batampos – Seorang remaja jadi korban penganiayaan di salah satu pondok pesantren (Ponpes) di wilayah Dapur 12, Sagulung. Remaja berinisial Ra, siswa kelas dua SMP itu mengalami luka lecet dan lebam di sekujur tubuh akibat dianiaya dan dikeroyok oleh santri kakak kelas lainnya.
Peristiwa penganiayaan ini mulanya terbungkus dengan rapi, namun terkuak setelah orangtua Ra datang ke pondok pesantren untuk melihat anaknya yang sudah tiga hari tak masuk sekolah. Orangtua Ra syok karena saat melihat putranya, tubuh buah hatinya penuh dengan luka lecet dan lebam.
“Yang lebih kaget lagi kata pengurus pondok mereka tak tahu anak saya ini dianiaya oleh teman-temannya. Dimana tugas pengawasan pengurus pondok kalau begini ceritanya,” kata VN orangtua Ra, Jumat (18/11/2022).
Baca Juga: PT Capella Dinamik Nusantara Luncurkan Aplikasi My Capella Aps
“Saya bayar mahal mondok di sana untuk mendidik anak saya. Ini sama saja anak saya dibiarkan begitu saja tanpa ada pengawasan. Buktinya anak saya sudah tiga hari dianiaya dan tak sekolah tak tahu orang pondoknya,” kata dia lagi.
Disebut Vn, tubuhnya anaknya penuh lebam di wajah sebelah kiri, luka gores dibagian punggung, luka lebam di dada, luka lebam dan luka gores di bagian lengan kanan dan kiri, luka lebam di paha sebelah kanan, luka lebam di kaki sebelah kiri dan kanan, serta rusuk terasa sakit ketika mengangkat tangan.
Dia merasa kecewa atas peristiwa yanng menimpa anaknya. Sebab anaknya itu disekolahkan di pondok pesantren dengan harapan bisa membanggakan kedua orang tuanya dimasa yang akan datang.
Baca Juga: Beredar Informasi Penculikan Anak, Polisi Minta Orangtua Tetap Waspada
“Saya bayar mahal Rp900 ribu setiap bulan untuk biaya pendidikan di pondok. Tapi pulang-pulang kok penuh luka lebam,” katanya.
Tidak terima dengan kejadian ini, orangtua Ra melaporkan kasus penganiayaan anak dibawah umur tersebut ke Mapolsek Sagulung. Saat ini kasusnya tengah ditangani Polsek.
Baca Juga: Miris, Data BP3MI : Lebih 40 Kali Penindakan PMI Ilegal di Kepri
Batam Pos yang mencoba mendatangi pondok pesantren tersebut. Pihak pondok enggan berkomentar terkait kejadian tersebut.
“Saya harus konfirmasi terlebih dahulu ke pimpinan pondok. Untuk sekarang belum bisa klarifikasi,” jelas salah satu pengurus ditemui pada Jumat (18/11/2022).(*)
Reporter: Eusebius Sara