batampos– Enam tokoh nasional dari Jakarta, termasuk aktivis Said Didu dan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad, menemui masyarakat Rempang di Lapangan Sepak Bola Dataran Muhammad Musa, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang, pada Minggu (22/12). Mereka hadir bersama jurnalis senior dan pengacara hak asasi manusia, mendengarkan keluh kesah masyarakat yang menolak proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City.
Kedatangan rombongan disambut antusias oleh ratusan warga Rempang yang telah lama berjuang mempertahankan kampung halamannya. Di bawah terik matahari, warga dengan penuh semangat menyampaikan keresahan mereka terkait konflik yang terjadi akibat proyek PSN tersebut.
“Kami ingin kampung kami tetap terjaga. Jangan hilangkan kampung kami. Ini tanah ulayat kami,” ujar seorang warga.
BACA JUGA: Kerusuhan Rempang, Komnas HAM dan Ombudsman Desak Penegakan Hukum
Said Didu, yang mengenakan kaos hitam bertuliskan “Manusia Merdeka,” menyampaikan pidato penuh semangat, membakar perjuangan warga Rempang. Ia menegaskan bahwa kehadirannya bersama tokoh lain adalah bentuk dukungan atas insiden yang terjadi sebelumnya, di mana bentrokan antara PT MEG dan warga menyebabkan beberapa korban terluka, termasuk satu orang yang harus dirawat intensif.
“Kehadiran kami di sini, terlebih saya sendiri, setelah melihat video yang menunjukkan masyarakat menjadi korban kebiadaban atas nama investor,” ujar Said Didu, disambut sorakan warga. Ia mengaku darah Bugisnya mendidih saat melihat video insiden tersebut, yang langsung mendorongnya untuk mempercepat rencana kunjungan ke Rempang.
Menurut Said, dirinya dan rombongan sejatinya telah menjadwalkan kunjungan ke Rempang pada Januari 2025, namun tragedi yang terjadi pada Selasa (17/12) mendorong mereka untuk segera hadir. “Atas kejadian ini, kami mempercepat jadwal untuk hadir di Rempang,” tegasnya.
Said Didu juga meminta warga untuk tetap mempertahankan kampung halamannya. Menurutnya, hanya masyarakat asli yang mengetahui sejarah dan nilai tanah tersebut, bukan para investor. “Kita sudah berkeliling dan melihat beberapa proyek strategis nasional di Indonesia. Tidak ada yang benar-benar mensejahterakan masyarakat,” kata Said.
Ia menyoroti bahwa proyek strategis nasional seharusnya memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, bukan malah merampas hak dan mengusir mereka dari kampung halaman. Said bahkan menyebut, “PSN ini lebih kejam dari masa penjajahan. Para penjajah dulu tidak pernah mengusir masyarakat seperti ini.”
Dalam pidatonya, Said juga mengecam alasan pemerintah yang menyebut masyarakat tidak memiliki surat kepemilikan tanah. “Memangnya investor memiliki surat? Surat itu urusan pemerintah. Kenapa masyarakat tidak disuruh untuk mengurus surat?” tambahnya dengan nada tegas.
Mantan Ketua KPK Abraham Samad turut menyampaikan dukungannya kepada masyarakat Rempang. Ia menekankan pentingnya solidaritas nasional dalam memperjuangkan hak masyarakat adat yang terusir akibat proyek-proyek besar. “Ini bukan hanya perjuangan masyarakat Rempang, tetapi perjuangan kita semua untuk keadilan,” ujarnya.
Kunjungan ini menambah semangat perjuangan masyarakat Rempang untuk mempertahankan tanah mereka dari ancaman PSN Rempang Eco City. Masyarakat berharap dukungan para tokoh nasional ini dapat membuka mata pemerintah terhadap penderitaan mereka. (*)
Reporter: Eusebius Sara