Ancaman resisi ekonomi memang semakin nyata. Lalu bagaimana dengan Kepri, khususnya Batam? Akankah ekonomi Batam terdampak atau bertahan dan terus tumbuh? Sektor mana saja yang diprediksi tetap moncer.
Reporter : Eggi Idriansyah
Rengga Yuliandra
PENGAMAT Ekonomi Universitas Internasional Batam Dr Suyono Saputra tetap tersenyum saat ditanya ancaman resesi untuk ekonomi Batam di 2023 ini. Ia tak begitu yakin ekonomi Batam akan berdampak besar, namun tetap harus diwaspadai.
Suyono merujuk pada sejumlah indikator sektor usaha yang menjadi penopang ekonomi Batam masih berpotensi berkembang di 2023 ini.
Ia merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa ada 16 sektor yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Batam. Jika dilihat secara makro, ada tujuh hingga delapan sektor.
“Di antaranya industri pengolahan, konstruksi, penyediaan akomodasi, perdagangan besar, jasa, transportasi, dan jasa lainnya. Semuanya berpotensi tumbuh pesat di 2023,” ujarnya.
Apalagi, dari proyeksi yang dikeluarkan Bank Indonesia, ekonomi Kepri, khususnya Batam, diperkirakan akan terus tumbuh melanjutkan tren positif pertumbuhan di tahun 2022.
Baca Juga:Â Inflasi 2022 Tertinggi Sepanjang 5 Tahun Terakhir di Batam
Namun, Yono, sapaan akrab Suyono, tak menafikan ancaman resesi tahun ini yang melanda negara-negara seperti Amerika, Tiongkok, dan negara-negara Eropa, memang nyata.
“Yang kita khawatirkan hanya satu, kalau terjadi penurunan produk manufaktur dari negara-negara tujuan ekspor kita,” katanya.
“Tentu kita berharap, tahun ini resesi itu tidak terjadi di sini,” lanjutnya.
Untuk itu, sejumlah bisnis yang kemungkinan akan masih terus berkembang di tahun 2023 ini seperti yang dikatakannya sebelumnya. Yaitu, bisnis yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Kepri dan Batam selama ini.
“Salah satunya di sektor industri, kemudian, konstruksi, penyediaan akomodasi, termasuk di dalamnya itu, perhotelan, kuliner, transportasi dan sektor-sektor yang berkaitan dan pariwisata, kemudian perdagangan serta jasa,” jelasnya.
Baca Juga:Â UMKM dan Pariwisata Bisa Jadi Solusi Ancaman Resesi Tahun 2023
Sektor-sektor yang disebutkan itu, masih mempunyai peluang yang cukup besar. Sehingga harapannya, meskipum ada resesi, hal itu diperkirakan akan terjadi pada triwulan ke empat tahun ini.
“Itupun kalau memang negara-negara yang menjadi mitra itu mengalami perlambatan ekonomi yang cukup dalam pada tahun 2023,” ujarnya.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah (Pemda) tentunya harus meningkatkan dan mempermudah pelayanan khususnya dalam bidang perizinan.
Pemda juga harus meningkatkan belanja modal, terutama pada bidang infrasktruktur agar akses masyarakat semakin lancar, distribusi barang semakin lancar, dan pasokan barang kebutuhan pokok tidak mengalami kendala.
“Harapan kita, kelancaran pasokan bisa menjaga inflasi tetap rendah,” katanya.
Baca Juga:Â Butuh Kartu Pengawasan untuk Taksi Online di Batam
Sementara, bagi pengusaha, tentu harus tetap waspada dengan kondisi yang ada. Namun jangan sampai menghambat rencana-rencana investasi atau pengembangan usaha.
“Kita tentu harus optimis, bahwa kondisi sampai sejauh ini masih baik,” tuturnya.
Sementara untuk sektor pariwisata, ia melihat sektor ini akan tumbuh signifikan, sebagaimana target nasional di tahun 2023 dengan meningkatkan sektor pariwisata. Hal ini, dipicu dengan semakin baiknya kondisi Covid-19 di Indonesia dan pasar utama wisatawan, khususnya dari Malaysia dan Singapura.
“Seperti kita ketahui data terakhir tahun lalu, arus wisatawan terbesar itu dari sana (Malaysia dan Singapura). Ini tentu harus kita jaga,”‘katanya.
Ia menambahkan, sebagaimana yang diketahui juga, sektor pariwisata ini juga mampu menggerakkan sektor lain dan tidak hanya perholetan. Tetapi juga sektor transportasi, kuliner dan lainnya.
Baca Juga:Â Penumpang Berangsur Normal, Diperkirakan Meledak Lagi Saat Imlek
Sehingga, ia memprediksi untuk sektor pariwisata akan semakin tumbuh. Meskipun tidak sebesar ketika sebelum masa pandemi.
“Tetapi akan ada pertumbuhan. Kita lihat trendnya sampai akhir tahun lalu, memang pertumbuhan ini cukup baik. Artinya kondisi saat ini sudah seperti sediakala sebelum pandemi, ini tentu harus dijaga oleh masyarakat dan pemerintah daerah. Mari kita sama-sama menjaga kondisi ini,” imbuhnya.
UMKM dan Pariwisata Bisa Jadi Penyelamat
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam Rahmad Iswanto mengaku, gambaran ekonomi di tahun 2023 tentu saja masih terlalu dini jika dilakukan prediksi.
Namun, sebagai cerminan, bahwa ekspor impor sejauh ini sampai dengan November 2022, ekspor Kota Batam terhitung masih cukup robas. Artinya, masih konsisten dan stabil. Dimana angka ekspor dikisaran 1,2-1,3 miliar dolar Amerika per bulan.
“Ini menunjukkan bahwa kita masih sedikit punya kekebalan terhadap resesi yang sekarang dialamai dunia maupun resesi global yang dialami di Eropa,” ujarnya.
Baca Juga:Â Dukung Program Penanganan Banjir, Warga Antusias Goro Bersihkan Drainase
Rahmad menambahkan, apakah ini merupakan kekebalan yang mutlak atau hanya bersifat sementara, ia mengaku belum bisa memastikan. Bisa saja di 2023, Kota Batam akan terimbas resesi yang dialami oleh dunia global.
“Jadi mungkin barang kali yang perlu kita antisipasi bisa saja Batam mengalami resesi delay terhadap apa yang terjadi di Eropa dan juga dunia. Semisal terjadi penurunan beberapa pesanan industri manufaktur terutama industri garmen,” lanjutnya.
Hal tersebut tentu menjadi indikasi kuat bahwa Batam harus senantiasa bermawas diri apabila penurunan-penurunan pada hasil komoditi manufaktur juga akan berimbas kepada ekspor impor Kota Batam yang akhirnya pertumbuhan ekonomi daerah juga pasti akan terpengaruh.
“Nah, apa yang harus kita lakukan di 2023, minimal ada tiga yang menjadi rekomendasi kami dari BPS,” lanjut Rahmad.
Pertama, daerah harus membangkitkan kembali industri shipyard atau industri perkapalan. Rahmat menyebut, industri galanagan kapal Batam pernah berjaya pada era di bawah tahun 2015 yang lalu.
“Ini harus dibangkitkan kembali karena industri galangan kapal terhitung merupakan salah satu dari sekian banyak usaha manufaktur yang mempunyai serapan tenaga kerja yang cukup besar dan cukup banyak,” ujarnya.
Kedua, pemerintah memastikan UMKM harus dikembangkan. UMKM, lanjut Rahmad, harus dilindungi dan UMKM harus diberikan support yang memadai untuk bisa mengembangkan usahanya serta berorientasi pada pengembangan usaha yang lebih besar lagi dan bisa survive dalam menjalankan usahanya.
“Ini penting kenapa karena UMKM mempunyai sifat berupa penanaman modal dalam negeri, milik sendiri, dan juga merupakan satu jenis usaha yang padat karya,” terang Rahmad.
Baca Juga:Â Tilang Manual Diterapkan Kembali di Batam
Ketiga, sektor pariwisata. Sektor ini harus digalakan bahwa daerah tak boleh selalu bergantung pada sektor industri manufaktur yang selama ini memang sangat mendominasi. Terlihat bahwa sektor manufaktur itu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan PDRB sekitar 58 persen.
“Sektor pariwisata dan sektor lain ke depannya harus bisa menyaingi dan juga juga harus bisa berkembang lebih pesat lagi supaya Batam tidak terlalu tergantung terhadap sektor industri manufaktur ini,” bebernya.
Dilanjutkan Rahmad, ada sejumlah potensi yang sangat luar biasa di Batam bagaimana daerah bisa mengembangkan pariwisatanya. Semisal, keterikatan Batam dengan Singapura, kesamaan budaya serta keterikatan Singapura terhadap Batan dengan berbagai fasilitas dan kemurahan serta kemudahan yang diberikan.
“Hal inilah yang tetap harus kita pupuk dan harus kita kembangkan, ” ucapnya.
Kemudian, pariwisata merupakan satu jenis sektor yang multiplayer efek. Efek dominio yang luar biasa, berbagai jenis sektor perekonomian itu akan berkembang dan berpengaruh positif apabila pariwisata bertumbuh dan berkembang.
Semisalnya transportasi, pergudangan, hotel, restoran, akomodasi, industri kreatif, UMKM, dan lain sebagainya akan menggeliat dengan adanya perkembangan sektor pariwisata ini.
“Pariswata menjadi kunci Batam untuk menjadi alternatif dalam mengembangkan dan untuk mengantisipasi apabila terjadi resesi global, ” pungkasnya. (***)