Jumat, 31 Januari 2025

Fakta Persidangan: Eks Polisi Narkoba Jemput 44 Kg Sabu hingga Perbatasaan Malaysia

Berita Terkait

spot_img
Jaksa membacakan dakwaan kasus penyalahgunaan narkotika dengan terdakwa polisi di Pengadilan negeri Batam, Kamis (30/1). F.cecep Mulyana

batampos – Kasus dugaan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang menyeret 10 anggota polisi Polda Kepri akhirnya bergulir di Pengadilan Negeri Batam, Kamis (30/1) sekitar pukul 11.20 WIB. Dua warga sipil yang satu diantaranya mantan anggota polisi dalam perkara yang sama juga disidang dengan agenda pembacaan dakwaan.

Dalam dakwaan, terungkap para terdakwa polisi tak hanya menyalahgunakan barang bukti narkoba jenis sabu. Namun juga menjemput 44 kilogram sabu hingga perbatasaan Malaysia, dengan membayar upah tekong Rp 20 juta dan upah informan Rp 20 juta perkilogram.


Proses persidangan yang dipimpin hakim Tiwik didampingi hakim anggota Douglas dan Andi Bayu tersebut dibagi dua, meski ke 12 terdakwa didakwa dengan surat dakwaan terpisah. Ke 12 terdakwa yakni Satria Nanda, Alex Candra, Jaka Surya, Shigit Sarwo Edi, Ibnu Marfu, Zulkifli Simanjuntak, Rahmadi, Fadillah, Ariyanto, Junaidi Gunawan, Wan Rahmad, dan Aziz Martua Siregar.

Dalam sidang pembacaan dakwaan, ada 5 JPU yang membacakan dakwaan secara bergantian. Sedangkan para terdakwa didampingi masing-masing penasehat hukum.

Dalam dakwaan dijelaskan bahwa kejadian tersebut berlangsung antara bulan Juni hingga September 2024. Berawal dari salah satu ruangan Satnarkoba Polrest Barelang.

Baca Juga: AWI, Pengendali Peredaran 10,95 Kg Sabu, Libatkan Keluarga dan Teman Dekat

Mereka mendapatkan informasi terkait penyelundupan 300 Kg sabu dari Malaysia yang diperoleh Rahmadi SI, seorang informan. Namun, rencana tersebut batal hingga akhirnya muncul informasi baru pada Mei 2024 mengenai masuknya 100 kg sabu ke Indonesia.

Atas informasi tersebut, beberapa terdakwa menggelar pertemuan di One Spot Coffee, Batam, guna membahas distribusi barang haram itu.

Awalnya, rencana penyelundupan mengalami kendala, namun setelah Ditresnarkoba Polda Kepri mengungkap kasus narkotika di Imperium, Batam, serta adanya tekanan dari pimpinan Polresta Barelang agar segera mengungkap kasus besar, Satria Nanda diduga memerintahkan timnya untuk kembali menjalankan operasi ini.

Dalam rapat lanjutan, terdakwa Shigit Sarwo Edhi sebagai Kanit memberikan arahan kepada Fadillah dan Rahmadi untuk memastikan eksekusi berjalan lancar. Rencana itu mencakup pembagian 100 Kg sabu, di mana 90 Kg digunakan untuk pengungkapan kasus, sedangkan 10 Kg lainnya diduga disisihkan untuk membayar SI dan keperluan operasional.

Pada akhirnya, strategi tersebut mendapat persetujuan Satria Nanda meski awalnya ia menilai skema itu berisiko tinggi.

Lalu, pada bulan Juni, beberapa terdakwa menyewa Awang, seorang tekong untuk mengambil sabu dari Malaysia. Awang diupah Rp 20 juta dan melaju dari Perairan Nongsa, menuju Tanjung Uban hingga ke Malaysia.

“Awang membawa kapal seorang diri, dikawal oleh beberapa terdakwa (polisi) menggunakan kapal terpisah. Namun diperbatasan, para terdakwa berhenti. Sedangkan Awang masuk ke perairan Malaysia,” ujar jaksa.

Baca Juga: Sabu Ditumbuk dan Dihaluskan, Pasangan Kekasih Diupah Rp 50 Juta Selundupkan Sabu Melalui Bandara

Setelah Awang kembali dari perairan Malaysia, para terdakwa kembali mengawal Awang hingga perairan Nongsa. Sesampai di perairan Nongsa, Awang tetap berada diatas kapal, sedangkan para terdakwa mengambil dua tas besar dan memasukan ke dalam mobil warna silver untuk menuju Satnarkoba Polresta Barelang.

Di markas Satnarkoba Polresta Barelang, para terdkawa menghitung jumlah sabu didalam dua tas ada 44 bungkus, yang masing-masing bungkus berisi 1 kilogram. Sabu-sabu tersebut kemudian disisihkan 9 bungkus dan disimpan di tempat terpisah.

“Untuk 35 bungkus lagi atau 35 kilogram, dilaporkan untuk diekspos dan disetujui oleh Kasat yang saat itu berada di Bandara Hang Nadim Batam,” jabar jaksa.

Dalam pertemuan para terdakwa dan kasat, kasat juga sempat mengucapkan selamat kepada para terdakwa karena sudah sukses bekerja. Yang kemudian ditentukan waktu untuk melakukan ekspos perkara nantinya.

“Para terdakwa kemudian menghubungi Poy (DPO), untuk mencari orang yang akan membawa sabu itu ke Jakarta. Dan Poy mendapatkan 3 orang, yakni Effendi, Nely dan Ade,” ujar jaksa.

Dua diantara kurir adalah pasangan suami istri yang dijanjikan upah Rp 150 juta dan Ade yang dijanjikan upah Rp 10 juta. Namun dalam aksi itu, para polisi yang semula memiliki barang, melakukan aksi penyergapan kepada ketiganya.

“Orang suruhan Poy ditangkap di dekat Jembatan Barelang dengan barang bukti 35 kilogram sabu,” tegas jaksa.

Tak hanya itu, sembilan kilogram sabu yang disisihkan itu kemudian dijual. Salah satunya kepada Azis dengan harga Rp 400 juta per kilogram. Namun diperjalanan, Azis tak melunasi sisa dari pembelian sabu tersebut.

“Perbuataan para terdakwa dijerat dengan pasal 112 ayat 2 UU narkotika jo 132 jo pasal 64 UU narkotika. Atau pasal 114 ayat 2 Jo 132 Jo 64 UU narkotika,” jelas jaksa.

Atas dakwaan itu, 2 dari 12 terdakwa tidak mengajukan eksepsi atau keberatan. Yang tidak mengajukan keberataan yakni Satria Nanda dan Junaidi.

Atas pendapat penasehatnhukum terdakwa, majelis hakim Tiwik menunda sidang hingga 6 Februari untuk yang mengajukan eksepsi atas dakwaan, dan tanggal 20 Februari untuk yang tidak mengajukan eksepsi.

“Sidang ditunda, hingga minggu depan, dengan agenda Keberatan dari terdakwa,” ujar Tiwik.

Sementara, penasehat hukum Satria Nanda, Calvin Wijaya menjelaskan pihaknya menerima materi dakwaan, karena itu tak mengajukan eksepsi.

“Kami terima materi dakwaan, namun nanti dipembuktiaan akan kami bantah,” tegasnya. (*)

 

Reporter: Yashinta

 

spot_img

Update