Selasa, 19 November 2024

FPSO Pertama Indonesia Dibuat di Batam, Masterpiece Migas dari Galangan Kapal Batam dan Karya Anak Bangsa

Berita Terkait

spot_img
FPSO Marlin Natuna, proyek konversi pertama di Indonesia yang sepenuhnya dikerjakan anak bangsa.
F. Humas BP Batam untuk Batam Pos

batampos – Industri galangan kapal di Batam kembali menorehkan prestasi besar dalam industri minyak dan gas Indonesia. Kali ini, industri galangan di Batam, mampu menyulap kapal tanker menjadi FPSO (Floating Production, Storage, and Offloading), Marlin Natuna.
FPSO Marlin Natuna merupakan proyek konversi pertama di Indonesia yang sepenuhnya dikerjakan anak bangsa. Ini merupakan pencapaian penting dalam sejarah industri migas Indonesia, sekaligus bukti kapabilitas industri galangan kapal lokal.

FPSO Marlin Natuna merupakan simbol inovasi dan kolaborasi yang luar biasa. Proyek ini menggandeng SKK Migas, MedcoEnergi, PaxOcean, dan Hanochem. FPSO Marlin Natuna yang memiliki kapasitas produksi 250.000 barel itu akan menampung minyak bumi dari Proyek Forel di Natuna, Kepulauan Riau. Proyek Forel merupakan proyek minyak terbesar yang akan onstream di 2024 dengan perkiraan produksi sebesar 10.000 BOPD (barel minyak per hari).
Proyek ini diharapkan akan membantu meningkatkan produksi minyak nasional, terutama dari Blok Natuna B, yang dikelola oleh Medco. Kehadiran FPSO ini sangat diantisipasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Natuna dan sektor migas nasional.


Masterpiece oil and gas,” kata Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo.

Wahju mengatakan, penger-jaan Proyek Forel-Bronang secara keseluruhan mencapai sekitar 236 juta dolar AS (USD) atau sekitar Rp 3,5 triliun dengan angka konversi saat ini. “Proyek ini tidak hanya fokus pada hulu migas, tetapi juga menciptakan efek berganda (multiplier effect) yang besar bagi perekonomian,” ungkap Wahyu.

Proyek Forel ini mencakup dua pekerjaan besar. Pertama, kata Wahju mencakup pe-ngerjaan FPSO Marlin Natuna. Lalu, kedua, pembangunan rangkaian fasilitas produksi.

”Satu anjungan Wellhead Platform (WHP) Forel yang akan digunakan untuk lima sumur produksi, satu sumur injeksi gas, dan dua sumur tambahan untuk produksi di masa depan. Satu anjungan Wellhead Platform Bronang untuk satu sumur produksi dan dua sumur cadangan,” ungkapnya.

Selain itu, proyek ini juga mencakup pembangunan instalasi pipa bawah laut, sepanjang 17 kilometer dari Wellhead Platform Bronang ke Wellhead Platform Forel.

Sementara itu, Direktur Utama Medco E&P, Ronald Gunawan, memberikan apresiasi terhadap seluruh pihak yang terlibat dalam proyek konversi FPSO ini.

”Ini adalah proyek konversi FPSO pertama yang dilakukan sepenuhnya di Indonesia, oleh tenaga kerja Indonesia,” ujar Ronald.

”Ini merupakan tonggak sejarah penting yang dimulai sejak awal 2023 dan diperkirakan akan mulai berproduksi pada akhir 2024, dengan kapasitas 10.000 barel per hari. Proyek ini tidak hanya berkontribusi dalam peningkatan produksi minyak nasional, tetapi juga membantu perekonomian wilayah Natuna dan sekitarnya,” tambahnya.

Kepala Dinas ESDM Kepri, Muhammad Darwin, juga menyatakan hal yang sama. Ia mengatakan, jika ada peningkatan produksi migas, tentunya akan berdampak ke Kepri.
Salah satunya dana bagi hasil (DBH) migas Kepri akan meningkat. ”DBH 6 persen,” ucap Darwin.

COO PaxOcean Group dan Yard Director PaxOcean Batam, Jerome Chew, mengatakan, proyek ini bukti nyata kolabo-rasi yang harmonis. ”Proyek ini adalah simbol inovasi, kerja tim, dan dedikasi. FPSO ini akan menjadi pencapaian luar biasa bagi industri migas Indonesia,” kata Chew.

”Terima kasih kepada seluruh tim yang telah bekerja keras dan memberikan perhatian besar terhadap detail pembangunan FPSO Marlin Natuna,” ucapnya.

Dengan keberhasilan proyek ini, Batam semakin mempertegas posisinya sebagai pusat industri galangan kapal dan migas nasional. Proyek FPSO Marlin Natuna adalah bukti bahwa Indonesia mampu bersaing di kancah industri global dengan memanfaatkan keahlian dan dedikasi putra-putri bangsa. (*)

spot_img

Baca Juga

Kota Mandiri Renggali Cicilan Mulai Rp660 Ribuan

Update