batampos– Aktivitas proyek cut and fill di kawasan perbukitan Tanjunguncang terus menjadi sorotan masyarakat. Proyek yang dilakukan untuk kepentingan penimbunan lahan galangan kapal ini dianggap mengganggu kenyamanan pengguna jalan di sekitar lokasi. Kondisi jalan yang semula masih berupa semenisasi kini terancam rusak akibat sering dilalui truk beroda sepuluh yang mengangkut material tanah.
Selama musim hujan, jalan menjadi becek dan berlumpur karena ceceran material tanah dari truk proyek. Kondisi ini memperburuk kenyamanan para pengendara yang setiap hari melintasi kawasan tersebut. Simson, seorang warga Tanjunguncang, menyampaikan keluhannya terhadap dampak proyek ini. “Prihatin sekali dengan jalan yang dilalui kendaraan proyek ini. Becek dan berlumpur kalau musim hujan seperti ini. Proyek ini tak mau tahu dengan situasi kenyamanan pengendara lainnya,” ujarnya.
Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi proyek melaporkan bahwa tanah yang diangkut berasal dari lokasi perbukitan di Tanjunguncang dan dibawa ke area galangan kapal. “Iya, tanah dibawa ke galangan kapal. Itu truk bolak-balik antar tanah ke dalam PT itu,” ujar Elson, warga setempat.
Aktivitas truk ini berlangsung hampir sepanjang hari, sehingga menimbulkan gangguan lalu lintas dan menambah beban jalan yang sudah tidak ideal.
Selain itu, warga juga mengkhawatirkan kerusakan lingkungan akibat proyek ini. Material tanah yang tercecer tidak hanya mengganggu pengguna jalan, tetapi juga berpotensi mencemari saluran air di sekitarnya. Hal ini dinilai dapat menimbulkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem di kawasan tersebut.
Kadishub Batam, Salim, saat dikonfirmasi menyatakan keprihatinannya terhadap situasi ini. Ia berharap ada pengawasan lebih ketat dari instansi terkait, terutama Dinas Lingkungan Hidup dan Satpol PP, agar dampak proyek terhadap masyarakat dapat diminimalisasi. “Perlu ada langkah konkret dari instansi pemberi izin dan penegak perda untuk menyelesaikan keluhan masyarakat,” ujar Salim.
Warga mendesak pihak pengembang untuk segera bertanggung jawab atas kondisi jalan yang rusak dan berlumpur. Mereka juga meminta adanya solusi jangka panjang agar aktivitas proyek tidak terus-menerus mengganggu pengguna jalan. Hingga kini, belum ada langkah nyata dari pihak proyek untuk menangani keluhan tersebut.
Elson menambahkan, warga di sekitar lokasi proyek sudah lama merasa terganggu, namun suara mereka seolah tidak didengar. “Kami harap ada tindakan tegas. Jangan sampai kerusakan ini makin parah, apalagi kalau hujan deras terus,” tuturnya.
Sementara itu, pengembang proyek belum memberikan tanggapan resmi terkait keluhan masyarakat ini. Aktivitas truk masih terus berlangsung, dan kondisi jalan semakin memprihatinkan. Beberapa pengendara bahkan harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam lumpur yang menggenang.
Masyarakat berharap pemerintah Kota Batam dapat turun tangan untuk menyelesaikan persoalan ini. Dengan adanya pengawasan ketat dan koordinasi antar instansi, diharapkan dampak buruk proyek cut and fill di Tanjunguncang bisa segera diatasi. (*)
Reporter: Eusebius Sara