batampos – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Batam menggelar aksi spontanitas yang berlangsung damai di depan Kantor DPRD Kota Batam, Jumat (23/8) malam. Aksi yang diikuti puluhan jurnalis yang tergabung dalam AJI Batam ini merupakan bentuk keprihatinan terhadap matinya demokrasi di Indonesia.
Rasa kekecewaan dan prihatin itu disampaikan teman-teman AJI dengan cara membakar puluhan lilin di trotoar Jalan Engku Putri, di depan Gedung DPRD Batam dan seberang Kantor Wali Kota Batam. Sembari memegang karton bertuliskan berbagai rasa prihatin terhadap kondisi Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja, sejumlah jurnalis menyuarakan keprihatinanya. Terutama, keputusan DPR RI yang diduga baru menunda revisi UU Pilkada, bukan membatalkan.
Dalam aksi tersebut, anggota AJI Batam juga sempat berorasi dan berpuisi untuk menyuarakan rasa kecewa terhadap kepemimpinan yang dinilai telah semena-mena terhadap demokrasi di Indonesia.
Baca Juga: Resepsi Hari Nasional Singapura di Batam: Gubernur Ansar dan Menteri Maliki Bahas Kolaborasi Ekonomi
Ketua AJI Batam, Fiska Juanda, mengatakan, demokrasi dalam pilkada juga dizalimi. Semua partai dimonopoli untuk memenangkan satu calon tunggal yang akan melawan kotak kosong.
“Jika kita tidak bergerak, maka semuanya akan dibuat semena-mena. Ini merupakan aksi spontanitas untuk menyampaikan rasa kecewa terhadap kondisi Indonesia yang sedang tidak baik-baik,” sebut Fiska.
Di tempat yang sama, Koordinator Aksi dan juga Seksi Hukum AJI Batam, Alam, mengatakan, aksi malam tersebut adalah aksi spontanitas yang diinisia pengurus dan anggota AJI Batam.
“Ini hanya kegiatan sederhana, pembakaran lilin sebagai bentuk belasungkawa kondisi demokrasi Indonesia saat ini,” ujar Alam.
Baca Juga: ASDP Batam Imbau Calon Penumpang Roro Beli Tiket Lewat Aplikasi Ferizy
Tak hanya itu, aksi juga sebagai bentuk perhatian AJI Batam atas situasi di Indonesia yang tak bisa didiamkan. Begitu juga bentuk penolakan AJI terhadap revisi UU Pilkada.
“Aksi dilakukan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, orasi, pusi perlawanan dan mengheningkan cipta, sebagai bentuk rasa kecewa terhadap demokrasi Indonesia,” jelas Alam.
Disinggung kenapa menggunakan lilin, menurut Alam sebagai ungkapan rasa duka cita saat ini. Dimana saat ini, DPR RI tak membantalkan revisi UU Pilkada, namun hanya menunda.
“Bisa saja pengesahan itu dilakukan pada malam hari. Di saat semuanya lengah. Karena itu aksi ini kami gelar pada malam hari,” pungkas Alam. (*)
Reporter: Yashinta