Sabtu, 5 Oktober 2024

Gunung Sampah Setinggi 50 Meter di Batam

Berita Terkait

spot_img
TPA Punggur 3 F Cecep Mulyana e1719416816387
Tumpukan sampah yang menggunung memenuhi area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Punggur (26/6). F Cecep Mulyana/Batam Pos

Jauh dari hiruk pikuk masyarakat Kota Batam. Persisnya di ujung timur Pulau Batam. Ada ‘gunung’ baru yang pertumbuhannya satu centimeter per hari. Namanya, gunung sampah TPA Punggur

FISKA JUANDA, Batam

RABU (2/10) pagi, Batam Pos berkesempatan untuk melihat langsung pengolahan sampah di TPA Telagapunggur. Perjalanan dari Orchard Walk, Batam Centre ke TPA Telagapunggur hanya memakan waktu sekitar 20 menit.

Saat memasuki gerbang TPA Telagapunggur, aroma tidak sedap yang tajam langsung menyengat hidung, seolah menyambut kedatangan kami dengan baunya yang menusuk. Di kejauhan, suara riuh rendah manusia mulai terdengar, menciptakan suasana yang ramai dan sibuk.

Lalu lalang truk sampah, dengan bunyi mesin yang menggempur keheningan, menjadi pemandangan sehari-hari di tempat ini, menandakan bahwa aktivitas pengelolaan sampah terus berjalan tanpa henti.

Baru saja melewati gerbang TPA Telagapunggur, seseorang mencegat kedatangan Batam Pos. “Mau ke mana pak,” kata pria tersebut.

Setelah dijelaskan, tujuan datang ke TPA Punggur, pria tersebut mempersilahkan masuk ke area parkir. Di sana sudah menunggu Kepala UPTD TPA Telagapunggur, Heri Winarso.

Pria yang bergulat sehari-hari dengan sampah warga Batam ini bercerita mengenai kondisi TPA Telagapunggur. Ia mengatakan, sampah yang masuk ke TPA Telagapunggur terus bertambah setiap harinya.

Baca Juga: Gabriel Sianturi Disiapkan Menggantikan Cak Nur di DPRD Batam

Dua tahun lalu, sampah yang masuk ke TPA Telagapunggur hanya sekitar 850 ton saja, per harinya. Namun kini, mencapai 1.200 ton sampah sehari. Volume sampah di Kota Batam terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Sampah domestik dan rumah tangga mendominasi, produsi harian sampah di Batam.

Meningkatnya jumlah sampah di produksi warga Batam, tak sebanding dengan lahan yang tersedia di TPA Telagapunggur. Saat ini, lahan untuk menumpuk sampah kian menipis. DLH Batam tidak memiliki alat dan teknologi mumpuni untuk mengurangi tumpukan sampah itu, hal itu disebabkan minimnya anggaran.

Dengan berbagai problem ini, DLH Batam hanya bisa menumpuk sampah-sampah yang dihasilkan warga Batam. Tumpukan sampah ini menghasilkan gunung-gunung sampah di TPA Telagapunggur.

Baca Juga: Curi Motor dan Ponsel Rekan Kerja Untuk Biaya Pulang Kampung

Dari beberapa gunung sampah yang terus bermunculan, ada satu yang paling tinggi. Heri Winarso, mengatakan, ketinggianya mencapai 50 meter.

“Kami menghitung ketinggian pakai tali rapia, kira-kira 50 meter. Tapi itu bisa lebih lagi,” ucapnya.

Gunung sampah itu, kata Heri, berkali-kali mengalami longsor. Ia mengaku, selalu khawatir saat hujan datang.

Berdasarkan pengamatan Batam Pos melalui drone, gunungan sampah TPA Telagapunggur ini dikelilingi oleh pemukiman warga. Tak banyak lagi lahan yang tersisa, untuk menumpuk sampah di kawasan itu.

Heri mengatakan, DLH Batam sudah berupaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Punggur. Semakin sedikit sampah yang masuk, tentunya pertumbuhan gunung sampah dapat diminimalisir.

Salah satu cara yang dilakukan oleh DLH Batam dengan cara memilah sampah, serta meningkatkan kesadaran masyarakat.

“Sebenarnya, 40 persen sampah yang masuk ke TPA Telagapunggur ini masih memiliki nilai ekonomis. Namun, pemilahan di masyarakat masih belum maksimal. Kami akan terus berupaya meningkatkannya,” ujar Heri.

Ia menjelaskan, sampah anorganik masih bisa dijual dan didaur ulang. Sedangkan sampah organik bisa menjadi kompos. “Kami terus menggalakan ini, dengan harapan dari 100 persen produksi sampah di Batam, yang masuk TPA itu hanya 70 persen. Sedangkan, 30 persen lainnya dikelola masyarakat,” ucapnya.

Baca Juga: Program Diskon Pajak Kendaraan dan Hapus Denda Diperpanjang Sampai 16 November

Meningkatkan peran bank-bank sampah, juga menjadi alternatif untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA Telagapunggur. Saat ini, kata Heri ada seratusan komunitas bank sampah di Batam.
“Kami tingkatkan lagi dan bagi yang berminat membuat bank sampah bisa hubungi ke DLH Batam,” ujar Heri.

Tidak hanya cara itu saja yang telah ditempuh DLH mengurangi sampah. DLH Batam berupaya membudidayakan maggot. Heri Winarso, mengatakan, budidaya ini sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu.

“Gunanya dapat mengurai sampah-sampah organik,” kata Heri.

Ia mengatakan, bagi masyarakat yang ingin belajar budidaya maggot, bisa datang ke TPA Punggur. Dia mengaku, budidaya maggot ini tidaklah sulit. “Sangat mudah,” tuturnya.

Maggot yang diternakan di TPA Punggur adalah lalat tentara hitam. Maggot lalat tentara hitam, dapat mengonsumsi sampah organik dalam jumlah besar, sehingga membantu mengurangi limbah dan mendaur ulang bahan organik seperti sisa makanan, sayuran, atau limbah pertanian.

Selain itu, maggot jenis ini kaya nutrisi, khususnya protein dan lemak, sehingga banyak digunakan sebagai pakan alami untuk ikan, unggas, dan hewan ternak lainnya.

Berbagai ikhatiar itu, Heri berharap, dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Telagapunggur. “Saya harap, kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah juga meningkat,” ucapnya sembari melihat ke arah gunung sampah. (*)

spot_img

Update