batampos – Nilai ekspor hasil perikanan di Kota Batam terus menunjukan tren yang positif di sepanjang tahun 2024 ini. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kota Batam, hasil ekspor perikanan mencapai 2.406,5 ton, terhitung dari Januari hingga Mei 2024.
“Ini sampai Mei 2024, karena untuk Juni masih direkap, ” ujar Kepala Dinas Perikanan Batam Yudi Admajianto, Rabu (24/7).
Menurutnya, capaian ekspor komoditi ikan tertinggi bulan ini terjadi bulan Januari yakni 546,06 ton dengan nilai ekspor Rp 24,7 miliar. Lalu disusul Mei 2024 dengan 504,62 ton dengan nilai ekspor Rp 23,6 miliar. Selanjutnya April 448,63 ton dengan nilai ekspor Rp 22,01 miliar, Februari 445,82 ton atau Rp 19,05 miliar dan Maret yakni 443,9 ton atau Rp 17,53 miliar.
“Angkanya relatif stabil setiap bulan dengan total keseluruhan hingga Mei 2024 ini Rp 106,9 miliar, ” terang Yudi.
Ia menjelaskan secara grafik ekspor perikanan di Batam tidak jauh berbeda dibanding tahun 2023. Dimana total nilai ekepor komoditi ikan mencapai Rp 240 miliar di sepanjang tahun.
“Karena pasarnya itu sudah dan permintaan ini sesuai dengan kebutuhan di negara tujuan ekspor, ” tambah Yudi.
Mantan Camat Belakang Padang itu menyebutkan, Singapura masih menjadi negara tujuan utama ekapor komoditi ikan di Batam. Hampir seluruh ikan hasil tangkapan nelayan di Batam dikirim ke pengepul untuk selanjutnya dibawa ke Singapura.
“Dan ikan ekspor itu ada jenisnya juga yang dikirim. Artinya tak semua hasil tangkapan ini yang dikirim. Kalau seperti selar dan ikan benggol itu banyak dijual di lokal Batam,” ucap Yudi.
Tingginya harga jual di negara Singapura menjadi alasan nelayan menjual hasil tangkapan ikannya ke negara tetangga tersebut. Selain itu ikan yang di ekspor ini juga haruslah dalam kondisi yang segar serta memiliki nilai jual pasar yang tinggi.
“Macam ikan ungar lah, di Batam dijual Rp 150 ribu. Kalau kita masyarakat mending beli ikan benggol yang Rp 28 ribu sekilo, makanya banyak jenis ikan ini diekspor karena permintaan tinggi dan pasarnya memang banyak disana, ” pungkas Yudi.
Bahri, salah satu nelayan di Batam mengaku setiap minggu ia bisa mendapatakan satu ton ikan selar dan kerapu. Ikan-ikan ini selanjutnya diantar ke pengepul untuk dijual ke Singapura.
“Kadang kalau hasil tangkapan tidak banyak kita jual di pasar. Tapi kalau banyak itu kami antar ke pengepul. Lebih untuk ke pengepul karena mereka terima dengan harga tinggi,” ujarnya.
Hal senada juga dikatakan Nizam nelayan lainnya. Ia mengaku pada bulan Februari 2024 lalu bisa mendapatkan 20 ton ikan dingkis. Ikan tersebut dikirim ke Singapura melalui pengepul dengan harga pasar yang tinggi khususnya jelang Imlek.
“Kalau Dingkis itu pas Imlek aja, jadi harganya tinggi. Setelah itu harga normal lagi dan banyak dijual di lokal saja,” ujarnya. (*)
Reporter: Rengga Yuliandra