Selasa, 1 Oktober 2024

Hingga September 2024, Kasus Diare di Kota Batam Capai 1.670, Angka Kematian Meningkat

Berita Terkait

spot_img
gambar ilustrasi diare pada anak
Ilustrasi.

batampos – Kasus diare di Kota Batam hingga September 2024 tercatat sebanyak 1.670 kasus, dengan jumlah kematian mencapai 3 orang. Meski jumlah kasus menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, peningkatan angka kematian menimbulkan kekhawatiran di kalangan tenaga kesehatan.

Dibandingkan tahun 2023, tercatat 2.131 kasus diare dengan dua kasus kematian. Sedangkan pada tahun 2022, kasus diare lebih tinggi, yaitu 2.239 kasus, namun tidak ada laporan kematian. Peningkatan angka kematian pada tahun 2024 ini menunjukkan, meskipun jumlah kasus mengalami penurunan, diare masih menimbulkan dampak serius bagi masyarakat.



Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam mencatat adanya tren penurunan jumlah kasus diare selama tiga tahun terakhir. Namun, peningkatan jumlah kematian di tahun 2024 menjadi perhatian khusus. “Angka kematian akibat diare meningkat di tahun ini, dan ini adalah sesuatu yang perlu kami waspadai,” ujar Kepala Dinkes Batam, dr. Didi Kusmarjadi, Selasa (1/10).

Menurut Didi, faktor penyebab kematian pada kasus diare sering kali berkaitan dengan kondisi kesehatan individu yang sudah rentan, seperti pada anak-anak dan lanjut usia, serta terlambatnya penanganan medis. “Diare, jika tidak segera ditangani, bisa menyebabkan dehidrasi yang parah, dan dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa berakibat fatal,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa faktor lingkungan dan kebersihan menjadi pemicu utama penyebaran diare di Batam. “Penyakit diare biasanya menyebar melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Oleh karena itu, kami terus mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS),” tambahnya.

Dinas Kesehatan Kota Batam telah melakukan berbagai upaya pencegahan, termasuk penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan air dan makanan, serta mendorong peningkatan akses terhadap fasilitas sanitasi yang memadai. Selain itu, program pemberian oralit dan cairan rehidrasi juga terus disediakan di pusat-pusat kesehatan untuk mencegah dehidrasi pada penderita diare.

“Kami juga menekankan kepada masyarakat untuk segera membawa anggota keluarga yang mengalami diare ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan dini. Jangan menunggu hingga gejalanya parah,” tegas Didi.

Dengan adanya langkah-langkah antisipatif ini, Didi berharap angka kasus diare dapat terus ditekan dan tidak lagi menimbulkan korban jiwa. Masyarakat juga diharapkan untuk lebih waspada dan cepat tanggap dalam menghadapi gejala diare, terutama pada anak-anak dan lansia yang lebih rentan terkena dampaknya.

Diare, meskipun sering dianggap sebagai penyakit umum, tetap membutuhkan perhatian serius, terutama di wilayah yang rentan terhadap penyebaran penyakit akibat sanitasi yang buruk. Dinas Kesehatan Batam berkomitmen untuk terus memantau dan menangani kasus diare agar dapat diminimalkan dampaknya bagi masyarakat. (*)

Reporter: Rengga Yuliandra

spot_img

Update