Kamis, 19 September 2024
spot_img

Ini Alat Kontrasepsi yang Paling Banyak Digunakan Pasangan di Kepri

spot_img

Berita Terkait

spot_img
BKKBN 1 F Cecep Mulyana scaled e1698724429905
Pelayanan KB di kantor BKKBN Kepri, Sabtu (12/8). F Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos – Alat kontrasepsi merupakan upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk. Tidak itu saja, tujuan lain adalah mencegah terjadinya stunting, yang diakibatkan tidak terkendalinya angka kelahiran.

“Dengan alat kontrasepsi mereka bisa merencanakan kapan akan memiliki anak, atau menambah anak. Meskipun masih ada kemungkinan jebol atau jadi. Namun cukup kecil, dibandingkan dengan KB alami yang berisiko 50 persen lebih untuk hamil di luar rencana,” ungkap Ketua Pokja Keluarga Berencana (KB), Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Kepri, Desri Mulyono.



Sementara untuk penggunaan alat kontrasepsi masih didominasi oleh suntik. Berdasarkan data hingga September 2023 ini capaian alat kontrasepsi IUD sebanyak 1.449 atau 79.24 persen dari target 1.852.

Baca Juga: Pasangan Menikah di Batam Lebih Pilih KB Alami, Ini Alasannya

Alat kontrasepsi suntik sudah mencapai angka 7.246 atau 38.68 persen dari target 18.731. Sementara untuk pil 2.120 atau 27.40 persen dari target 7.736. Sedangkan untuk implant nomor dua paling digemari sudah tercapai 1.893 atau 95.70 persen dari target 1.978.

“Secara keseluruhan Kepri itu ditargetkan 33.832 sasaran, namun yang tercapai 15.006 atau 44.35 persen,” jelasnya.

Mengenai vasektomi dan tubektomi di Kepri masih sangat rendah, begitu juga dengan alat kontrasepsi lainnya. Hal yang mempengaruhi di antaranya, sedang dalam keadaan hamil, karena ingin segera hamil, jadi mereka enggan KB, ingin anak tunda tapi enggan KB. Jadi mereka menjarakkan angka kelahiran dengan KB alami.

Selain itu, kurangnya pengetahuan, stigma negatif mengenai alat kontrasepsi, hingga alasan tidak ingin memiliki anak lagi, sehingga mereka putuskan untuk tidak mengunakan alat kontrasepsi.

“Yang jelas kami tidak merekomendasikan untuk KB tradisional. Karena KB moderen sudah sangat bervariatif dan bisa menjadi pilihan bagi pasangan subur,” jelasnya.

Baca Juga: Hanya 50 Persen Pasangan Usia Subur di Batam yang Gunakan Alat Kontrasepsi, Paling Rendah di Kepri

Setiap tahun BKKBN Kepri ditargetkan 18 pria dewasa yang sudah memiliki keluarga untuk ikut dalam program vasektomi ini. Dari angka tersebut hanya 7 pria menikah yang mau ikut dalam program tersebut.

“Masih sangat rendah pastinya. Karena stigma pria soal KB adalah istri. Sehingga keinginan suami untuk ikut vasektomi masih sangat rendah. Begitu juga dengan tubektomi itu biasanya dipilih ketika pasangan sudah memutuskan tidak ingin punya akan lagi,” ujarnya.

Namun, alasan pria menikah ikut vasektomi adalah karena istri tidak bisa menggunakan alat kontrasepsi lagi. Sehingga pria menikah sukarela melakukan vasektomi.

Desri menjelaskan mengenai dampak vasektomi terhadap aktivitas seksual pria sejauh ini belum ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan pria yang menjalani vasektomi, mereka tidak ada perubahan.

“Masih sama katanya. Dari medis juga menyampaikan hal yang sama. Untuk vasektomi dan tubektomi ini permanen. Jadi memang keputusan yang dibuat bersama pasangan,” imbuhnya.

Baca Juga: Angka Fertilitas di Kota Batam Menurun dalam 10 Tahun Terakhir

Upaya mendorong vasektomi atau tubektomi ini, BKKBN memberikan pelayanan gratis. Jadi bagi pasangan yang ingin ikut program ini, silakan datang ke kantor untuk berkonsultasi.

“Silakan datang, kapan saja. Kami akan layani,” sebutnya.

Pelayanan KB dari BKKBN tidak dipungut biaya alias gratis. BKKBN Kepri menganggarkan Rp4 miliar untuk belanja alat kontrasepsi. Bahkan tahun depan kemungkinan anggarannya akan naik, demi mencapai target pemenuhan sasaran program alat kontrasepsi ini.

“Untuk pelayanan vasektomi ini ada dua rumah sakit yang bekerja sama yaitu Graha Hermin, dan RS Bunda Halimah. Sebenarnya rumah sakit lain juga bisa. Namun baru dua RS ini yang kerjasama dengan pemerintah,” tambahnya.

Upaya lain yang dilakukan BKKBN untuk memasifkan informasi program ini adalah sosialisasi, serta dampak dari tidak terencana, termasuk soal stunting.

“Kehamilan ini rentan dengan stunting. Jadi kalau jarak angka kelahiran tidak dijaga, maka akan ada risiko stunting,”

Ada juga Duta Generasi Berencana (Genre) yang saat ini juga berperan penting dalam menyampaikan informasi mengenai angka kelahiran.

Mereka menjadi perpanjangan tangan BKKBN dalam edukasi pada generasi berencana. Mereka merupakan garda terdepan, karena mereka akan memasuki pernikahan, dan persiapan menjadi ibu.

“Mereka sudah paham, jadi harapan kami angka stunting bisa dikendalikan. Mereka bisa mempersiapkan masa depan dengan terencana,” katanya. (*)

 

 

Reporter: YULITAVIA

spot_img
spot_img

Update