batampos – Intensitas hujan yang tinggi akhir-akhir ini membuat petani cabai gelisah. Tanaman cabai mereka banyak yang mulai rusak karena kelebihan air. Akar cabai membusuk dan mengganggu pertumbuhan daun dan buah.
Tanaman cabai yang seharusnya sudah bisa panen harus tertunda karena pertumbuhan pohon cabai yang tidak normal tadi. Cabai jadi kerdil dan berdaun keriting. Bunga bakal buah yang sudah keluar kembali gugur dan rusak.
“Harusnya sudah panen ini tapi karena hujan terus jadi rusak. Tak jadi panen cabai bulan ini, ” ujar R Simatupang petani sayur di Marina.
Baca Juga:Â Harga Cabai di Batam Masih Tinggi, Pedagang Mengeluh
Tidak satu, dua pokok, semua cabai yang ditanam dalam tiga bulan terakhir ini semuanya rusak.
“Padahal sudah pupuk terus tapi karena memang hujan yang berlebihan. Air terendam terus, akar jadi busuk, ” kata Susi, petani sayur lainnya di Marina.
Situasi ini memang menyulitkan petani, sebab untuk menanam dan merawat cabai hingga berbuah membutuhkan biaya perawatan yang besar. Sementara di Batam alokasi pupuk subsidi untuk petani masih sangat minim dan belum semua petani dapat.
“Ya mau gimana lagi, mau jual mahal pun, apa yang mau dijual hasilnya (panen) tak ada, ” kata Susi.
Gagal panen petani cabai karena musim hujan yang berkepanjangan ini juga dialami petani cabai di Barelang. Cabai yang sudah siap panen berubah jadi kerdil dan keriting. Bunga bakal buah berguguran sehingga tidak menghasilkan buah.
“Semua, cabai, sayur pun hancur semua. Tak ada panenan dalam seminggu ini, ” ujar Ismail, petani sayur di Jembatan III Barelang.
Gagalnya petani dengan hasil panen cabai dan sayuran ini belum berdampak dengan harga kebutuhan dapur di pasar. Cabai dan sayur masih stabil seperti pekan-pekan sebelumnya karena mendapat pasokan dari luar Batam.
“Masih sama sayuran mulai dari Rp 12 ribu hingga Rp 18 ribu perkilogram. Cabai pun masih diangka Rp 60 ribu perkilogram. Tak tahu lah kedepannya karena musim hujan ini, ” kata Anita, pedagang sayur di pasar Fanindo. (*)
Reporter: Eusebius Sara