Jumat, 10 Januari 2025

IPM Batam 2024 Meningkat Jadi 83,32, Investasi dan Peningkatan SDM Jadi Kunci Pencapaian IPM

Berita Terkait

spot_img
Rafki Rasyid.

batampos – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Batam tahun 2024 mencapai 83,32. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,68 poin atau 0,82 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar 82,64.

Kepala BPS Kota Batam, Eko Aprianto, menjelaskan bahwa selama lima tahun terakhir (2020–2024), IPM Batam terus menunjukkan tren positif dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,46 persen per tahun.


“Peningkatan ini tidak lepas dari perbaikan di ketiga dimensi utama yang membentuk IPM, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak,” ujar Eko.

Dari dimensi umur panjang dan hidup sehat, Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir di Batam mencapai 75,19 tahun, meningkat 0,21 tahun dari tahun 2023.

“Artinya, bayi yang lahir di Batam pada 2024 memiliki harapan hidup hingga 75,19 tahun, menunjukkan perbaikan dalam kualitas layanan kesehatan,” kata dia.

Dimensi pengetahuan juga mencatat peningkatan signifikan. Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun naik dari 13,34 tahun menjadi 13,56 tahun. Sementara Rata-rata Lama Sekolah (RLS) untuk penduduk usia 25 tahun ke atas meningkat dari 11,19 tahun menjadi 11,21 tahun.

Selain itu, standar hidup layak yang diukur dari rata-rata pengeluaran riil per kapita juga tumbuh sebesar 3,57 persen, mencapai Rp 19,67 juta pada 2024. “Ini menunjukkan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut setelah dampak pandemi COVID-19,” lanjutnya.

IPM Kota Batam yang kini berada di angka 83,32 menempatkan kota ini pada kategori pembangunan manusia cukup tinggi.

Sementara itu, Ketua Apindo Batam, Rafki Rasyid, menegaskan pentingnya memahami IPM sebagai standar penilaian keberhasilan pembangunan suatu negara. IPM, menurutnya, merupakan indikator utama yang digunakan oleh PBB untuk menilai sejauh mana sebuah negara berhasil dalam membangun kualitas SDM.

“IPM ini memiliki tiga dimensi utama yang perlu dipahami. Pertama adalah dimensi kesehatan, yang diukur dari harapan hidup bayi dan tingkat kematian ibu serta anak. Kedua, pendidikan, yang dipantau dari rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah penduduk. Ketiga, standar hidup yang layak, yang dihitung dari pendapatan per kapita di suatu negara atau daerah,” katanya, Kamis (9/1)

Menurut dia, sektor industri dan investasi memiliki peran besar dalam meningkatkan IPM. Seiring dengan bertumbuhnya investasi, pendapatan per kapita di suatu daerah akan meningkat, yang pada gilirannya akan membawa dampak positif terhadap sektor kesehatan dan pendidikan.

“Contohnya adalah Batam. Ketika pertumbuhan ekonomi di Batam meningkat berkat masuknya investasi, pendapatan per kapita masyarakat juga meningkat, yang berpengaruh pada kualitas kesehatan dan pendidikan,” ujar dia.

Apindo Batam, lanjut Rafki, selama ini telah berperan aktif dalam mendukung berbagai kegiatan untuk meningkatkan kualitas SDM. Salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan kepada tenaga kerja dan mendukung lembaga-lembaga kesehatan. Selama pandemi Covid-19, Apindo terlibat langsung dalam program vaksinasi dengan menyuntikkan sekitar 300 ribu vaksin kepada masyarakat Batam.

Meningkatkan daya beli masyarakat juga menjadi fokus utama Apindo. Daya beli tidak bisa hanya bergantung pada kenaikan upah minimum.

“Upah minimum itu hanya relevan untuk pekerja yang baru bekerja kurang dari satu tahun dan pekerja lajang. Jika ingin meningkatkan kesejahteraan, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki kemampuan dan keterampilan para pekerja,” katanya.

Menurutnya, penghasilan yang lebih tinggi dari upah minimum bisa didapatkan melalui peningkatan keahlian. Pekerja yang terus memperbarui kemampuan dan tidak puas dengan kondisi saat ini tentu akan memiliki peluang lebih besar untuk meraih kesejahteraan. Jika tidak, mereka akan kesulitan untuk sejahtera.

Dia mengamini bahwa IPM Batam saat ini relatif tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan IPM nasional. Meski demikian, tantangan terbesar yang masih ada adalah kualitas SDM. Banyak pengusaha mengeluhkan bahwa kualitas SDM di Batam belum memenuhi harapan, baik dalam hal kompetensi teknis maupun soft skills.

“Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Kita harus bersama-sama mendorong peningkatan kualitas SDM, terutama dalam hal sikap kerja, keahlian, dan kualitas lainnya. Kualitas SDM yang baik adalah kunci untuk menjawab tantangan dunia usaha yang semakin kompetitif,” ujar Rafki.

Untuk meningkatkan IPM, tidak bisa ada pengabaian terhadap sektor atau bidang tertentu. Peningkatan IPM harus merata di semua bidang. Kesehatan, pendidikan, dan pendapatan harus menjadi prioritas.

Kata Rafki, peningkatan IPM tidak bisa ditawar-tawar, dan itu adalah sebuah keharusan. Hal demikian merupakan tugas pemerintah untuk memastikan bahwa IPM terus meningkat.

“Jangan sampai IPM kita turun karena persaingan global dan tuntutan dunia kerja yang semakin tinggi,” kata dia.

Menurut Rafki, kinerja pemerintah juga dapat diukur dari keberhasilan dalam meningkatkan IPM. Jika IPM menurun, maka perlu dipertanyakan sejauh mana upaya pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Selain itu, Apindo Batam terus berupaya menarik lebih banyak investasi untuk mempercepat pembangunan daerah. Investasi adalah motor penggerak ekonomi, dan semua pihak harus terus berupaya menarik lebih banyak investasi agar Batam bisa terus berkembang dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Untuk itu, Apindo juga mendorong kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM. Kerja sama antara dunia usaha dan pemerintah sangat penting untuk menciptakan SDM yang kompeten dan siap bersaing di pasar global.

Rafki optimistis bahwa dengan terus memperbaiki kualitas SDM dan menarik lebih banyak investasi, IPM Batam akan terus meningkat, membawa kemajuan bagi masyarakat dan daerah. (*)

Reporter: Arjuna

spot_img

Update