batampos – Sejumlah pelaku pariwisata mengeluhkan peran dan fungsi Pengurus Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Kepri yang tak maksimal. Kehadiran GIPI Kepri sejak tahun 2018 dinilai tak maksimal untuk membantu pelaku pariwisata di Kepri.
Para pelaku pariwisata di Kepri seakan dibiarkan berjuang sendiri, meski sudah tergabung dalam GIPI. Pengurus GIPI yang masa aktifnya sudah selesai sejak tahun 2023 lalu pun dinilai hanya menguntungkan pribadi sendiri, bukan asosiasi yang tergabung didalamnya. Padahal GIPI merupakan wadah dari seluruh asosiasi-asosiasi pariwisata, mulai travel, perhotelan, restoran dan lainnya.
Surya Wijaya, salah satu pelaku pariwisata di Kepri mengaku bahwa selama ini GIPI Kepri tak memberi dampak positif terhadap perkembangan sektor pariwisata di Kepri. Bahkan ia sebagai Wakil Ketua GIPI Kepri, menilai seluruh pengurus GIPI Kepri telah gagal atau mandul dalam menjalankan tugas dan peranan untuk memajukan pariwisata di Kepri.
Baca Juga: Harga Cabai di Batam Masih Tinggi, Pedagang Mengeluh
“Ini saya dapat kabar akan ada pelantikan pengurus GIPI yang baru. Dan sebagian pengurus yang akan dilantik adalah orang-orang dipengurus lama. Padahal sudah jelas seluruh pengurus lama termasuk saya gagal,” sebut Surya.
Menurut Surya, jika memang ada pelantikan pengurus GIPI Kepri lagi, ia berharap pengurus adalah orang-orang baru yang memiliki kompetensi. Bukannya pengurus lama yang kembali menjabat sebagai pengurus baru GIPI Kepri.
“Harus orang-orang baru, jangan yang lama. Dan yang menjadi pengurus jangan yang juga menjabat sebagai pimpinan di satu asosiasi. Karena nantinya tak akan maksimal, seperti pengurus yang lama,” sebut Surya.
Ia juga berharap untuk pemilihan pengurus yang baru, diserahkan ke asosiasi yang ada di Kepri. Dari asosiasi lah yang menentukan siapa calon pemimpin dan pengurus lainnya yang ada di GIPI Kepri.
“Untuk pengurus yang baru, serahkan saja ke asosiasi. Biar asosiasi memilih mana yang layak jadi pengurus GIPI Kepri,” tegas Surya.
Baca Juga: UIB Sambut Ribuan Mahasiswa Baru Lewat Program P2K2 Bertema ‘DIGNITY’
Masih kata Surya, GIPI Kepri juga dinilai tidak memiliki usaha untuk menekan harga tiket yang gila-gilan di wilayah Indonesia, khususnya Kepri. Sehingga pelaku pariwisata sangat sulit untuk menjual paket-paket wisata di Kepri karena harga tiket yang tinggi.
“Belum lagi VoA, begitu juga tiket pesawat dan kapal yang tinggi. sehingga kami lebih memilih menjual paket tour ke luar negeri dibanding dalam negeri,” ungkap Surya.
Hal senada diungkapkan Ishaq, pemilik Nadif Tour and Travel di Batam menilai selama ini keberadaan GIPI tak memberi dampak positif untuk sektor pariwisata di Kepri. Padahal pelaku pariwisata di Kepri mempunyai harapan besar atas keberadaan GIPI yang dibentuk oleh pemerintah tersebut.
“Namun sampai saat ini, banyak aturan yang tidak jelas dan tidak menguntungkan para pelaku pariwisata. Pelaku pariwisata dibiarkan berjuang tanpa bantuan GIPI Kepri, yang seharusnya punya tugas membantu,” sebut Nadif.
Menurut Nadif, harusnya pengurus GIPI nantinya adalah orang yang mengerti jabatan dan profesinya. Orang yang menjambat harus mempunyai visi misi memajukan organisasi.
“Harus orang yang sehat finansial, dan punya kompetensi yang cukup dan paham peranannya. Sebab jika terjadi konflik nantinya, dia bisa mengatasinya,” jelas Nadif.
Pemerhati Pariwisata di Kepri, Phino juga menilai banyak aturan-aturan yang tidak jelas yang kemudian membatasi langkah pelaku pariwisata di Kepri. Hingga kemudian membuat budget lebih besar pemilik travel untuk membawa wisatawan di Kepri.
“Banyak aturan tidak jelas, yang hanya terjadi di Kepri. Misalnya status tour guide yang harus tergabung dalam satu asoasiasi. Padahal sudah memiliki kompetensi. Menariknya, untuk menjadi anggota asosiasi ini dibatasi, dan ini aturan tidak jelas,” sebut Phino.
Contohnya, lanjut Phino, tour guide dari Batam tidak boleh bertugas di Tanjungpinang atau pun Bintan. Begitu juga masuk ke Pulau Penyengat harus tour guide sendiri.
“Jadi beda daerah di Kepri, beda tour guide, tak bisa satu. Dilarang tour guide Batam untuk tour di daerah lain. Ini cuma di Kepri, daerah lain tidak ada,” jelasnya.
Hal senada juga dikatakan pelaku pariwisata lainnya, Sumantri juga menilai pengurus GIPI yang lama sudah gagal. Karena itu ia berharap pengurus GIPI tersebut tak kembali mencalon sebagai pengurus yang baru.
“Harus pengurus baru, karena yang lama sudah gagal. Yang jadi pengurus haruslah perwakilan dari asosiasi, jangan ketua. Yang paling penting, pengurus harus yang memiliki power atau kekuatan, dan linknya yang bagus kemana-mana,” pungkasnya. (*)
Reporter: Yashinta