Bangun Tiga Universitas Favorit di Sumatera
batampos – SOEKARNO Hatta adalah pejuang. Dwitunggal RI ini memerdekakan Indonesia dari penjajah Belanda, Senin 17 Agustus 1945 lalu. Ada banyak pejuang pra kemerdekaan, dan pejuang kemerdekaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Kini kita berada di zaman modern, di era ilmu pengetahuan dan tekonologi (Iptek). Masih adakah orang yang mau berjuang untuk bangsa dan negaranya? Jawabannya ada. Siapa itu?
Prof DR Ir Jemmy Rumengan SE MM bisa disebut sebagai salah seorang ‘’pejuang‘’ di sektor pendidikan. Mantan aktivis kampus ini tak henti memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan dana untuk mencerdaskan anak bangsa di Bumi Lancang Kuning, dan di NKRI ini.
Alumnus jurusan Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1992 ini dikenal bertangan dingin. Lewat cara persahabatan, lelaki ‘’lasak’’ dan ‘’haus’’ Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) ini, malah membuat tantangan menjadi nikmat dan prestasi. Koordinator Kopertis X, Prof Dr rer soz Damsar MA sendiri menyebutkan, lewat Jemmy, Uniba menjadi salah satu barometer pendidikan di Kopertis X. Jemmy dinilai sebagai aset Negeri Melayu (Kepri), dan nasional, yang unik, dan langka.
Di tangan anak ketiga dari empat bersaudara yang lahir di Tondano, Sulawesi Utara, pada 19 September 1968 inilah, lahir Akademi Keperawatan (Akper) Griya Husada tahun 1996, dan kemudian berubah nama menjadi Universitas Abul Yatama. Terakhir berubah nama lagi menjadi Universitas Batam (Uniba) tahun 2001. Uniba merupakan pertama dan satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Provinsi Kepri yang memiliki Fakultas Kedokteran. Ini satu prestasi besar di Kopertis X yang meliputi wilayah Sumatera Barat (Sumbar), Kepri, Riau, dan Jambi. Dia juga membangun Universitas Malahayati di Lampung (wilayah Kopertis II), dan Universitas Abul Yatama di Aceh (wilayah Kopertis I).
Bagi Jemmy, mendirikan PTS favorit bukan tanpa kendala, tidak mudah, dan relatif lama. Mendapatkan lahan sekitar 11 hektare di Uniba, mengurus berbagai perizinan mulai tingkat Kota Batam, Provinsi Kepri, dan nasional tidak semua orang bisa melakukannya. Membuat tantangan menjadi keberhasilan adalah kebiasaan yang dilakukan Jemmy yang juga peraih sebagai wisudawan terbaik, dengan yudisium cumlaude, pada program doktor (S3) pada program studi Manajemen Pendidikan, nomor registrasi: 7617070770, di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) 20 Mei 2009.
PTS tidak lepas dari dana. Bicara dana pasti ada kaitannya dengan untung. Kalau bicara untung, tentu lebih dipilih membangun perumahan, hotel, restoran. Break Event Point (BEP) lebih cepat diraih. PTS sangat lambat memberikan BEP. 20 tahun ke depan baru BEP bisa diraih. Lantas kenapa profesor termuda di Indonesia itu (saat dilantik September 2009, Jemmy masih relatif muda), masih tetap konsisten di sektor pendidikan? Berikut wawancara redaktur Batam Pos, Suprizal Tanjung dengan Jemmy di Harmony One, Convention Hotel & Service Apartments, Batam Centre, Selasa siang (13/5/2014).
Nampaknya Anda tidak tanggung-tanggung terjun di sektor pendidikan. Apa dasarnya?
Saya ingin agar anak bangsa kita ini cerdas. Dengan kecerdasaran, kesejahteraan, harga diri, dan kehormatan, bisa diraih. Coba lihat bangsa Jepang. Setelah Amerika Serikat (AS) menjatukan bom atom Little Boy di Hirosima pada 6 Agustus 1945, dan menjatuhkan bom nuklir Fat Man di Nagasaki pada 9 Agustus 1945, perkonomian, infrastruktur, dan negara mereka hancur. Tapi mereka masih memiliki harta tak ternilai, yaitu guru, dosen, guru besar, dan semangat. Guru inilah yang terus membangun sekolah, institut, universitas, dan lainnya. Guru terus memotivasi, mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi kepada bangsa mereka. Tak lama setelah hancur, Jepang menjadi negara terkuat di dunia secara ekonomi, dan teknologi. Dengan kepintarannya, Jepang telah ‘’menjajah’’ hampir semua bangsa di dunia, termasuk Amerika Serikat lewat produksi barang dan jasanya. Siapa yang tidak kenal Suzuki, Yamaha, Honda, Sonny, Mitsubishi, Sumitomo, Fuyo, Mitsui, Dai-Ichi Kangyo, Sanwa, dan lainnya. Jepang menjadi bangsa yang disegani dan dihormati bahkan mengalahkan ‘’gurunya’’ Amerika Serikat.
Apa tidak berlebihan. Indonesia dan Jepang kan berbeda?
Hidup ini harus bersemangat. Jepang bangkit dari kehacuran karena ada semangat. Kita harus memandang ke depan, ke tempat tinggi, ke tempat yang berhasil (Jepang). Kalau melihat ke belakang, ke negara tertinggal-miskin, ya kita akan tertinggal terus. Jangan gengsi mencontoh keberhasilan negara lain. Gengsi itu kata lain dari sombong. Kita tak boleh sombong dengan ketidakmampuan. Kita ingin Indonesia terkenal dan dikenal karena ilmu pengetahuannya di dunia. Bukan dikenal karena hanya banyak mengirimkan Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar negeri.
Caranya?
Kita harus berjihad. Jangan ragu, tidak tanggung-tanggung membangun sektor pendidikan. Universitas Malahayati di Lampung, Universitas Abul Yatama di Aceh, dan Uniba ini adalah contohnya. Universitas Malahayati didirikan di rumah toko (ruko) kawasan Kartini 43 C Lampung. Akper Griya Husada (cikal bakal Uniba) juga didirikan di ruko Jodoh Square Batam. Semuanya kini telah besar. Memiliki lahan belasan hektare dan gedung sendiri. Uniba dan dua universitas tadi semakin maju pesat. Semuanya memiliki beberapa fakultas, dan Fakultas Kedokteran sebagai fakultas favorit. Uniba berhasil menjadi PTS favorit, menjadi rujukan, dan barometer keberhasilan PTS di Kopertis X. Uniba adalah kebanggan bagi Provinsi Kepri, dan Kopertis X di tingkat nasional.
Nampaknya Anda spesialis mendirikan perguruan tinggi di ruko dan kemudian merubahnya menjadi kampus megah dan besar?
Ha ha ha Anda bisa saja. Namun, itulah kenyataannya dan sejarah. Banyak suka dukanya.
Kenapa pilihan Anda jatuh pada sektor pendidikan?
Dalam Alquran, surat ke-96, Al Alaq, ayat pertama, ada kata Iqra’, artinya baca. Maknanya apa? Allah menyuruh Nabi Muhammad SAW dan kita untuk pintar. Selain itu, dasar dan asal saya adalah akademisi. Jadi semua relevan. Dengan pendidikan (pintar), membuat seseorang jadi mulia, terhormat, dan kaya. Ilmu pengetahuan kalau diajarkan dan dibagi, akan membuat kita (guru) semakin pintar. Beda dengan harta. Harta kalau dibagi terus, bisa bangkrut seseorang. Harta susah menjaganya, dan bisa mencelakakan-membunuh kita. Tapi, ilmu pengetahuan malah menjaga dan mengamankan kita di dunia dan akhirat. Pendidikan, sekolah, perguruan tinggi harus berkualitas. Kalau masyarakat sudah pintar, tentu mudah mencari atau menciptakan lapangan pekerjaan. Orang kalau sudah bekerja dan mapan, tentu tidak akan mau menjadi perampok, pencopet, atau sebagai aktor white collar crime (kejahatan kelas tinggi).
Apa keberhasilan Uniba saat Anda menjabat Rektor Universitas Batam (Uniba) periode 2006-2014?
Alhamdulillah berkat kerja sama dan doa berbagai pihak, Saya telah mendirikan 18 program studi (Prodi) D1 dan S1 seperti Keperawatan, Kebidanan, dan Fakultas Kedokteran. Lalu ada empat Prodi S2 (master). Rara-rata, prodi tadi telah mendapat Akreditas B dari Badan Akreditas Nasional (BAN). Uniba memiliki hubungan internasional dengan De Universitaet Des Bundes Wehr (Universitas Pertahanan Negara Jerman) Muenchen Germany (Jerman). Bekerja sama dengan Universitas Andalas (Unand) di Sumatera Barat (Sumbar), Universitas Sumatera Utara (USU), dan Universitas Hasanuddin (Unhas) di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Prestasi lain?
Tiga mahasiswa Uniba, berhasil menciptakan satu unit gocart, sejenis mobil golf, pertama se Kepri, pada Mei 2010. Laboratorium Kesehatan Uniba tahun 2011 meraih peringkat nomor empat tingkat nasional dan satu-satunya dari wilayah Sumatera. Laboratorium kita dinilai terbaik di bidang manajemen, fasilitas, kepribadian, kerapian, dan lainnya.
Apa itu sudah cukup meningkatkan kualitas proses pendidikan dan menghasilkan alumnus siap pakai?
Tantangan semakin besar. Tuntutan semakin banyak. Kita satu-satunya PTS di Sumatera yang tidak ragu mendatangkan guru besar dalam waktu bersamaan. Itu kita wujudkan dengan menghadirkan banyak profesor dari Sumatera Barat (Sumbar) dan Sumatera Utara (Sumut) di Uniba, Senin (10/10/2011). Kini Uniba telah memiliki banyak guru besar. Patut dicatat. Semua itu tidak mudah, dan tidak murah. Hukum alam, sesuatu yang mahal memang indah, berharga, mulia, unik, dan terhormat.
Apa kehormatan itu?
Uniba disegani berbagai kalangan, seperti PTS, Perguruan Tinggi Negeri (PTN), birokrat, akademisi, politisi, pengusaha, dan masyarakat. Kita menjadi perguruan tinggi rujukan di Kepri. Berbagai research dan penelitian banyak diminta dan dilakukan akademisi Uniba. Lulusan Uniba juga sudah menyebar dan bekerja di Rumah Sakit (RS), menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), polisisi, birokrat, aparat keamanan di Kepri dan Indonesia. Saya meminta agar 4.000 alumnus Uniba tidak hanya duduk di belakang meja. Alumnus Uniba harus menyatu mendengar apa kebutuhan masyarakat. Banyak daerah di Kepri dan Indonesia ini membutuhkan kontribusi intelektual sarjana. Free Trade Zone (FTZ) di Batam Bintan Karimun belum berjalan maksimal. Malaysia dan Singapura membutuhkan banyak orang pintar dari Kepri. Ini peluang dan tantangan bagi alumnus Uniba untuk mengisi dan mengatasinya.
Hubungan pemerintah dengan Uniba bagaimana?
Sangat baik. Gubernur Kepri HM Sani, Wakil Gubernur Kepri HM Soerya Respationo, Wali Kota Batam, Drs H Ahmad Dahlan, Wakil Wali Kota Batam, H Rudi SE MM, serta bupati dan wali kota se Kepri sangat mendukung, membantu segala kebijakan dan aktivititas Uniba. TNI AD, TNI AL, TNI AU, Polda Kepri, Poltabes Barelang, Kapolres se-Kepri mempunyai hubungan sangat dekat dengan kita. Pegawai Negeri Sipil (PNS), birokrat, politisi, para bintara, perwira, aparat keamanan dari berbagai satuan banyak belajar di Uniba. Polda Kepri merekomendasikan personelnya untuk menimba ilmu pengetahuan di Uniba. Kajian ahli Polda Kepri dilaksanakan di Uniba.
Banyak prestasi Anda torehkan saat menjabat rektor sejak 2006-20014. Lalu, kenapa Anda diganti?
Saya ini ‘’prajurit‘’. Siap ditempatkan dimana saja. Saya patuh dan menurut, ketika Ketua Umum (Ketum) Yayasan Griya Husada, Bapak H Rusli Bintang meminta berhenti dan diganti Rektor Uniba (yang baru) Prof Dr Novirman Jamarun (mulai April 2014).
Kan masih banyak pekerjaan dan prestasi lain yang yang harus Anda buat?
Saya optimis, Rektor Uniba yang baru Prof Dr Novirman Jamarun bisa melanjutkan dan melebihi dari apa yang Saya sudah buat. Di periode Saya telah didirikan 18 Prodi S1, dan empat Prodi S2. Ke depan harus berdiri program doktor (S3), dan merealisasikan pembangunan RS Pendidikan (Teaching Hospital) Bunda Halimah di Uniba. Ini baromoter keberhasilan. Selain itu, pengabdian tidak harus duduk sebagai rektor. Di manapun kita bisa mengabdi. Sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Uniba, intelektual Saya masih dibutuhkan dan bermanfaat bagi berbagai institusi di Kepri dan nasional.
Tidak kecewa tidak lagi menjabat sebagai Rektor?
Saya malah bangga. Karena ketika berhenti menjabat sebagai Rektor, Uniba telah besar, meng-Kepri, me-nasional. Levelnya sudah naik, lebih tinggi, dan terhormat. Lagipula saya bukan haus kekuasaan. Saya sudah dua kali menjabat sebagai Rektor. Itu Alhamdulillah sekali. Yang ditakutkan jika Saya berhenti karena tersangkut hal-hal negatif dan merugikan lembaga, orang banyak, dan negara. Berhentinya Saya adalah proses positif, demi berjalannya sebuah sistem pendidikan dan kaderisasi. Saya berhenti ketika Uniba sudah di atas angin. Saya ingin memberi contoh positif dan berjiwa besar kepada birokrat, politisi dan siapapun. Biasanya, orang kalau sudah duduk (dapat jabatan) lupa berdiri (turun, mundur). Saya lain. Saya siap diberi amanah menjabat rektor dan siap pula melepas amanah tadi dengan besar hati.
Kabarnya Anda kini sedang membangun Institut Kesehatan Indonesia (IKI) Jakarta?
Doakan saja perjuangan kita di Jakarta mendirikan IKI berhasil. IKI Jakarta tersebut beroperasi di Hypermart Kelapa Gading, Jakarta Utara (Jakut). Seluruh Hypermat yang diformat menjadi kampus IKI tersebut mememiliki gedung empat lantai. Lantai 1-2 digunakan sebagai Rumah Sakit (RS), lantai 3-4 sebagai tempat proses pendidikan.
Apakah nanti Anda juga yang akan menjabat sebagai rektor pertama di IKI Jakarta?
Wah, informasi dari mana itu? Saya tidak mau berandai-andai. Itu mendahului takdir Allah. Saya tidak mengejar jabatan.
Membangun IKI Jakarta berarti satu kaki Anda di Kepri, satu lagi kaki Anda di Jakarta. Anda akan meninggalkan Kepri?
Jiwa, semangat, dan badan Saya masih di Kepri, untuk Kepri dan untuk NKRI ini. Saya cinta Negeri Melayu ini. Cinta masyarakatnya. Cinta kawan-kawan yang telah banyak mendukung dan membantu saya membangun Uniba selama ini. Sampai kapanpun Saya tidak akan melupakan dan meninggalkan Negeri Elok (Kepri) ini.
Ada kabar, warga Kawanua (orang Minahasa) yang ada di Sulawesi Utara (Utara) meminta Anda membangun IKI Manado?
Ha ha ha. Anda pandai memancing Saya. Anda dapat kabar dari mana lagi ini? Biarlah nanti waktu dan sejarah yang menjawab semua pertanyaan ini. Yang jelas, Saya adalah ‘’prajurit‘’’ dan murni akademisi. Kiprah Saya di bidang pendidikan.
Sejak mahasiswa Anda bagai tidak pernah berhenti membangun dan memikirkan pendidikan. Apa yang Anda cari? Profit?
Pendidikan itu ibarat menanam kelapa, lama berbuahnya. Kalau mau cepat mendapat buah, ya tanam ubi atau mangga saja, atau membangun perumahan atau sektor hiburan saja. Kita tidak semata-mata mencari profit di sektor pendidikan. Saya bergelut di bidang pendidikan ingin mengabdi dan mendapatkan pahala dari Allah. Pengabdian tidak hanya sebatas cita-cita. Berbuat baik itu bisa dari niat, dan perbuatan. Saya melakukan dua-duanya. Sejak tahun 1990-an saya telah mengabdikan diri untuk bangsa dan NKRI ini di jalur pendidikan. Saya hanya mau, agar Kepri, dan bangsa Kita memiliki pendapatan per kapita tinggi, pintar, duduk sejajar, dan terhormat seperti bangsa lain. Semua itu Saya ingin wujudkan melalui pendidikan. ***
Biodata
Nama: Prof Dr Ir Muhammad Jemmy Rumengan SE MM
Panggilan: Jemmy
Tempat Lahir: Tondano, Sulawesi Utara, 19 September 1968
Jabatan:
1. Penasehat Yayasan Griya Husada Batam.
2. Rektor Uniba periode 2006-2014.
3. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Uniba, sejak April 2014.
4. Assesor penilai beban kerja dosen yang telah tersertifikasi di Kopertis Wilayah X (Sumbar, Riau, Kepri, Jambi).
Keluarga
Anak ke: Tiga dari empat bersaudara.
Istri: Putri Marlian
Anak: Muhammad Tommy Arby Rumengan, Muhammad Tammy Ikbal Rumengan, Jihaan Carrisa Rumengan.
Pendidikan
1. SD RK XIX Manado, Sulawesi Utara, 1981.
2. SMP Santo Rafael Manado, Sulawesi Utara,1984.
3. SMAN 46 Jakarta, 1987.
4. Alumnus S1 jurusan Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB), 25 April 1992.
5. Alumnus S2 jurusan Magister Manajemen di Universitas Surapati, Jakarta, 20 Agustus 2003.
6. Alumnus terbaik program doktor (S3) jurusan Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), 20 Mei 2009. ***
Reporter: Suprizal Tanjung