batampos – Jogi merupakan seni pertunjukan dari Kota Batam yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia tahun 2023. Sidang penetapan WBTb Indonesia 2023 ini berlangsung di Hotel Millenium Sirih, Jakarta, Kamis (31/8) malam.
Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Muhammad Zen, menyampaikan, Provinsi Kepri mengusulkan lima WBTb, masing-masingnya: Zapin Penyengat dari Kota Tanjungpinang; Legenda Meriam Tegak dan Nempah Bidan dari Kabupaten Lingga; Berdah Karimun dari Kabupaten Karimun; serta Jogi dari Kota Batam.
“Dari lima usulan, semuanya lolos dan ditetapkan sebagai WBTb Indonesia,” ujar Zen usai mengikuti Sidang Penetapan WBTb Indonesia 2023.
Adapun, tahapan Sidang Penetapan WBTb Indonesia 2023 ini, Provinsi Kepri berada di urutan ke-14 setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemudian, presentasi umum disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kepri, Juramadi Esram, selanjutnya pemaparan materi WBTb disampaikan oleh masing-masing pengusul. Untuk Jogi dari Kota Batam, dipaparkan oleh Zen dan staf Disbudpar Kota Batam, Raja Zulkarnain.
“Hasil sidang ini menetapkan hanya 113 usulan yang ditetapkan sebagai WBTb Indonesia dari 115 usulan,” kata Zen.
Di tempat berbeda, Normah, Pemimpinr Sanggar Pantai Basri Pulau Panjang, Batam, mengatakan, Jogi merupakan sendratari yang terkenal dan kerap ditampilkan saat acara-acara seni dan budaya besar di bumi Melayu. Seni tari ini juga selalu dipakai mengiringi pertunjukan Makyong, teater tradisional masyarakat Melayu.
Penari Jogi lima orang dan satu orang penyanyi. Salah satu gerakannya saat menaiki panggung sambil menangkupkan telapak tangan di dada. Itu pertanda, mereka tengah meng-hatur salam kepada penonton. Lagu yang dibawakan oleh penyanyi yang mengiringi gerakan Jogi, berjudul Rabesi are Dunia Jogi.
”Jogi terinspirasi dari lagu. Rentak-rentaknya rancak (apik), dan ada beberapa penari yang membuat gerakan masing-masing,” katanya.
Pada dasarnya, Jogi ini dibuat untuk menghibur masya-rakat. Bisa dipentaskan di mana saja dan setiap penampilannya, para penonton tidak dipungut biaya.
Urutan dalam tarian yang berdurasi enam menit ini, memiliki tujuh gerakan yakni menangkupkan tangan mengandung makna memberi salam kepada penonton, lalu memegang pinggang sambil memutar ke kiri dan ke kanan serta ke bawah dan ke atas.
Gerakan kedua ini memiliki makna penari melihat busana yang dipakai sudah sesuai atau belum. Gerakan ketiga, bersolek atau ber-make up, lalu gerakan keempat penari melihat cermin. Gerakan kelima melihat bahu, gerakan keenam mencuci baju, dan ketujuh melayang-layang. Ketujuh gerakan diambil dari kehidupan masyarakat Melayu yakni kebahagian seorang istri menyambut suami setelah pulang dari melaut atau pergi ke laut.
Kepala Disbudpar Kota Batam, Ardiwinata, menyambut gembira penetapan Jogi sebagai WBTb Indonesia. Ia mengatakan, Jogi ini sudah diperkenalkan secara luas kepada masyarakat Kota Batam.
”Mulai dari murid Sekolah Dasar (SD) dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), juga telah dikenalkan dengan Jogi lewat guru yang sudah mendapat pengajaran sebelumnya,” tuturnya.
Jogi juga kerap dipentaskan pada penutupan dari acara Kenduri Seni Melayu (KSM). Tak hanya itu, di era digital saat ini, Jogi kerap dikenalkan me-lalui media sosial dan surat kabar dan media online.
Ardi juga mengajak masyarakat Kota Batam ikut melestarikan budaya Melayu yang ada di Kota Batam. Salah satunya, menjaga agar Jogi serta tradisi lainnya, tetap lestari hingga anak cucu nanti.
”Ayo, kita cintai budaya kita agar budaya kita tetap lestari,” tutupnya. (*)