Sabtu, 21 September 2024

Jumlah Penduduk Miskin di Batam Bertambah 

Berita Terkait

spot_img
miskin jawapos
Ilustrasi. Jawapos.com

batampos – Pada Maret 2022, jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan di Kota Batam mencapai 82.590 orang. Bertambah 5.420 orang dibandingkan kondisi Maret 2021 yang sebanyak 77.179 orang.

“Data terakhir kita tahun 2022 yakni sebesar 5,19 persen. Saat ini baru data penduduk miskin secara makro, sedangkan data untuk miskin ekstrim kita belum ada, ” Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Batam, Agus Kadaryanto, Jumat (26/5/2023).



Sementara itu, perkembangan garis kemiskinan periode Maret 2013-Maret 2022 menunjukan tren yang selalu meningkat. Garis kemiskinan (GK) adalah gambaran besarnya nilai rupiah per bulan yang harus dikeluarkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya baik mekanan maupun bukan makanan.

Baca Juga: BP Batam Ikut Serta Pameran Bali ITT Expo

Seseorang dikategorikan tidak miskin jika pengeluaran kebutuhan hidup minimum berada di atas Garis Kemiskinan. Garis kemiskinan Maret 2013 hanya Rp 482.567 per kapita per bulan. Sedangkan pada Maret 2022 garis kemiskinan mencapai Rp 783.730 per kapita per bulan.

“Angka ini meningkat 62 persen dibandingkan kondisi Maret 2013,” tambah Agus.

Secara umum, pada periode Maret 2013–Maret 2022, persentase penduduk miskin di Kota Batam mengalami penurunan, perkecualian pada Maret 2014, Maret 2017, Maret 2018, Maret 2021, dan Maret 2022.

Kenaikan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2014, Maret 2017, dan Maret 2018 dipicu oleh melemahnya kondisi perekonomian Kota Batam pada ketiga periode tersebut. Sementara itu, kenaikan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2021 disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang melanda Kota Batam dan daerah lainnya di Indonesia.

Baca Juga: Turis Korea Selatan Puji Kemajuan Kota Batam

Sedangkan Maret 2022, selain dalam fase pemulihan pasca Covid-19 salah satu faktor penyebab meningkatknya kemiskinan adalah terjadinya inflasi Maret y-o-y pada hampir semua kelompok pengeluaran terutama pada kelompok makanan, minuman, tembakau sebesar 5,41 persen (Sumber: BRS Inflasi Maret 2022). Inflasi tersebut memiliki andil paling besar terhadap nilai inflasi umum Maret y-o-y Kota Batam dibandingkan sepuluh kelompok pengeluaran lainnya.

Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan termbakau merupakan kelompok pengeluaran vital bagi seluruh masyarakat Kota Batam. Sehingga, pengaruhnya cukup tinggi terhadap kemiskinan. Meskipun persentase penduduk miskin menunjukan tren menurun pada periode Maret 2013-Maret 2022, tetapi potret kemiskinan dari sisi jumlah penduduk miskin mengalami tren yang meningkat pada periode tersebut.

“Hal ini disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk miskin lebih lambat dibandingkan pertumbuhan jumlah penduduk secara umum, ” terangnya.

Baca Juga: Tekong Boat Pancung Sekupang Minta Kapal Fery Kurangi Kecepatan Untuk Keselamatan

Agus menyebutkan, persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan di mana semakin kecil angka indeks berarti rata rata ketimpangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan juga semakin menyempit.

Kota Batam merupakan daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak se Provinsi Kepulauan Riau. Kondisi ini sejalan dengan banyaknya jumlah penduduk di Kota Batam.

Sementara itu, dari sisi persentase penduduk miskin, Kota Batam menduduki peringkat terendah. Sebagai informasi, garis kemiskinan Kota Batam merupakan yang tertinggi (Rp783.730 per kapita per bulan di Kepulauan Riau.

“Jika dibandingkan dengan garis kemiskinan terendah yaitu di Kabupaten Karimun (Rp446.856,-/kapita/bulan) pada periode tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk miskin lebih lambat dibandingkan pertumbuhan jumlah penduduk secara umum, ” pungkasnya.(*)

Reporter: Rengga Yuliandra

spot_img

Update