batampos – Praktik prostitusi terselubung yang melibatkan anak di bawah umur masih jadi kekhwatiran serius masyarakat di Batuaji dan Sagulung. Hotel kelas melati yang terima booking-an jam, pub dan kafe remang-remang yang masih bebas beroperasi dan minim pengawasan memberi peluang bagi generasi muda terjerumus dalam dunia prostitusi.
Sudah lama masyarakat di sana merespon situasi yang kurang baik ini. Beberapa tokoh masyarakat yang dijumpai Batam Pos mendorong pihak kepolisian dan dinas terkait lainnya untuk serius menanggapi persoalan ini. Pub, kafe remang-remang hingga hotel melati yang bertebaran di Batuaji dan Sagulung hampir semuanya melibatkan anak di bawah umur sebagai pekerja.
”Pub di sekitar ruko Limanda (Batuaji) itu setiap malam selalu ramai dan kebanyakan masih anak-anak pekerjanya. Ini meresahkan karena pub ini dekat dengan perumahan yang juga banyak anak gadis. Ini yang kita kuatirkan. Kalau dibiarkan bisa terpengaruh anak-anak ini, ” keluh Robinson, warga Batuaji.
Begitu juga dengan kafe remang-remang di sekitaran simpang Tobing hingga kawasan Aviari juga ramai dengan gadis remaja setiap malam. Anak remaja ini umumnya bekerja sebagai pemandu karaoke.
”Sudah musiknya kencang-kencang, remaja perempuan juga bebas berkeliaran. Sampai ke hotel-hotel kecil itu kebanyakan anak di bawah umur yang keluar masuk. Ini sangat mengkhawatirkan. Semoga ini diawasi,” kata Sujono, warga Bukit Tempayan Batuaji.
Beberapa waktu lalu, jajaran Polresta Barelang pernah menggerebek sebuah bar di kawasan Simpang Tobing dan memang mendapati ada pekerja wanita di bawah umur. Namun penggerebekan ini tidak memberikan efek jera, sebab bar ini kembali beroperasi dan banyak mempkerjakan wanita yang masih di bawah umur.
Kawasan pertokoan baru Cipta Grand City dan Tunas Regency di Seibinti juga demikian ada puluhan kafe yang beroperasi saat ini. Berbagai persoalan terjadi di lokasi kafe ini. Mulai dari keributan, hingga persoalan pekerjaan yang berselisih dengan keluarga. Belum lama ini seorang bapak asal Bengkong mendapati sang istri yang sudah tiga hari kabur dari rumah bekerja di salah satu kafe di sana. Ini disayangkan karena perekrutan pekerjaan kafe tanpa melihat umur status sang pelamar. Ini jadi kekhawatiran serius masya-rakat pada umumnya, sebab jika dibiarkan, bisa saja anak di bawah umur atau anak sekolah yang ingin bekerja sebagai wanita penghibur dalam kafe juga akan dipekerjakan. (*)
Reporter : EUSEBIUS SARA