batampos – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, mencatat sebanyak 871 kasus demam berdarah dengue (DBD) sepanjang tahun 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencapai 392 kasus, meskipun masih lebih rendah dari tahun 2022 yang mencapai 902 kasus.
Kepala Dinkes Kota Batam, Didi Kusmarjadi, mengungkapkan bahwa tingginya angka kasus DBD ini menjadi perhatian serius pemerintah.
“Angka kasus hingga akhir 2024 mencapai 871 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 14 kasus,” kata Didi, Jumat (2/1).
Dari 871 kasus tersebut, mayoritas penderitanya adalah laki-laki sebanyak 513 orang, sedangkan perempuan sebanyak 358 orang. Berdasarkan golongan usia, kasus terbanyak terjadi pada kelompok usia di atas 15 tahun dengan 440 kasus.
Selanjutnya diikuti usia 10-14 tahun dengan 173 kasus, usia lima-sembilan tahun yakni 172 kasus, usia satu-empat tahun sebanyak 75 kasus, dan usia di bawah satu tahun 11 kasus.
Enam kecamatan di Batam menjadi wilayah dengan kasus tertinggi. Kecamatan Bengkong mencatatkan angka tertinggi dengan 146 kasus, disusul Batamkota 136 kasus, Sagulung 135 kasus, Sekupang 106 kasus, Batuampar 94 kasus, dan Batuaji yakni sebanyak 85 kasus.
Untuk mengatasi lonjakan kasus DBD, Pemerintah Kota Batam telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Wali Kota Nomor 23 Tahun 2024 tentang Kewaspadaan Dini Peningkatan Kasus DBD. Dalam SE tersebut, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan lonjakan kasus, terutama selama musim hujan.
Dinkes juga telah membentuk sejumlah program preventif seperti jumantik rumah, jumantik perkantoran, dan pengawasan intensif di tempat-tempat umum.
“Langkah ini bertujuan memantau penyebaran jentik nyamuk di lingkungan sekitar,” ujar Didi.
Selain itu, gerakan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur, serta tindakan pencegahan lainnya dan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) terus digalakkan.
“Melalui G1R1J, setiap rumah tangga wajib memiliki satu juru pemantau jentik untuk memastikan tidak ada tempat berkembangbiaknya nyamuk penyebab DBD,” jelasnya.
Didi berharap langkah-langkah ini dapat menekan angka kasus DBD di Batam, terutama selama musim hujan yang menjadi waktu rawan penyebaran. Ia juga mengimbau masyarakat untuk lebih proaktif menjaga kebersihan lingkungan, memeriksa tempat penampungan air, dan rutin melakukan tindakan pencegahan.
“DBD adalah masalah yang bisa dicegah jika seluruh elemen masyarakat ikut berperan aktif. Kita perlu bahu-membahu menjaga lingkungan agar terbebas dari jentik nyamuk,” tambahnya. (*)
Reporter: Rengga Yuliandra