Jumlah penderita gagal ginjal akut di Kepri terus menurun. Penarikan obat sirup memberi dampak positif.
Reporter: FISKA JUANDA
Nna, balita perempuan berusia 2 tahun 7 bulan masih dalam penanganan medis di Rumah Sakit BP Batam. Bocah itu masuk ruang perawatan sejak 27 September silam.
Masuknya Nna ke RSBP berawal dari rujukan untuk mendapatkan terapi cuci darah. Namun, perawatannya terus berlanjut sampai sekarang.
Tim dokter RSBP yang terdiri dari 4 dokter anak dan 2 konsultan terus bekerja keras untuk dapat memulihkan kondisi Nna.
Dr Ronald Chandra, salah seorang anggota tim dokter, kepada Batam Pos, menceritakan bahwa saat masuk Nna sudah dalam kondisi yang tidak bisa kencing.
“Saat masuk kami observasi dan rawat beberapa hal yang penting,” kata Ronald.
Tim dokter RSBP berusaha untuk membuat Nna, dapat kembali buang air kecil dan mengeluarkan cairan yang sudah berlebih di tubuhnya.
Salah satunya dengan cuci darah. Salah seorang tim dokter yang merawat Nna, dr Meidy Daniel Posumah, mengatakan cara yang dilakukan tidak biasa.
“Cuci darahnya tidak menggunakan mesin, tapi dengan menggunakan tubuh anaknya. Namanya, Peritoneal Dialysis dan dr Chandra yang berpengalaman dalam hal ini,” ujarnya.
Jika tidak dilakukan hal itu, kondisi anak tersebut akan terus menurun. Meidy mengatakan, saat itu kondisi balita tersebut sudah bengkak, termasuk organ dalamnya seperti paru-paru.
Apabila dibiarkan, anak akan mengalami gagal napas akibat paru-paru yang membengkak.
Peritoneal Dialysis dpilih menjadi salah satu jalan keluarnya.
Setelah dilakukan cuci darah, kondisi Nna mulai sedikit membaik. Namun, Nna beberapa kali “lupa napas”.
Tim dokter pun memasang ventilator. Beruntung Nna berada di rumah sakit yang memiliki ventilator.
“Sejauh ini baru RSBP yang punya ventilator untuk anak. Itu pun cuman dua unit saja,” ungkap Meidy.
Saat ini, dokter berusaha untuk mencopot ventilator yang terpasang. Namun, karena kondisinya masih lemah, tim dokter masih mengawasi pencopotan ventilator tersebut.
“Kami masih terus berusaha, demi kesembuhan pasien ini,” ucap Meidy.
Terkait merebaknya kasus gagal ginjal akut, Meidy mengatakan, masyarakat tidak perlu risau. Apalagi, sudah ada penarikan obat berbentuk sirup.
Ia mengatakan, jika anak demam atau batuk, orangtua bisa memberikan obat dalam bentuk tablet.
Salah satu obat tablet untuk demam direkomendasikan adalah paracetamol. “Jadi penghitungannya mudah. Satu tablet itu, untuk berat 50 kilogram. Jika anaknya beratnya 25 kilogram, berikan setengah tablet. Apabila beratnya 10 kilogram, berikan 1/5 tablet saja,” tutur Meidy.
Orangtua tidak perlu risau jika demam anak masih di kisaran 38 derajat celcius. Namun, jika sudah di 40 derajat celcius, Meidy meminta untuk segera dibawa ke rumah sakit.
Apakah ada tips, mengatasi tablet yang rasanya pahit? Meidy menyarankan dengan mencampurnya dengan gula.
“Sehingga ada rasa manisnya, tapi memang sedikit usaha dari orangtua. Taburkan saja gula ke tablet yang sudah dihaluskan itu,” tuturnya.
Sampai saat ini, tercatat ada sebanyak 8 kasus gagal ginjal akut di Kepri, 7 di antaranya meninggal dunia.
Salah satunya masih dirawat di rumah sakit RSBP Batam. “8 kasus ini, 3 di Tanjungpinang, 2 di Batam dan 3 di Karimun,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, M Bisri, Rabu (2/11).
Bisri merinci 3 kasus di Tanjungpinang yakni Rm berusia 3 tahun 10 bulan (meninggal dunia), Ma laki-laki berusia 8 bulan (meninggal dunia) dan Dss, perempuan berumur 1 tahun 11 bulan (meninggal dunia).
Di Batam Nna, perempuan berusia 2 tahun 7 bulan, masih dalam perawatan di RSBP Batam. As, laki-laki berusia 1 tahun (meninggal dunia).
Lalu, tiga kasus di Karimun, yang semuanya meninggal dunia yakni Ars laki-laki berusia 5 tahun 10 bulan, Af laki-laki berusia 1 tahun dan Pp berusia 8 tahun.
“Tambahan data ini kami peroleh setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam. Kasus baru yang kami temukan yang Dss,” ujar Bisri.
Ia mengatakan, dari penelusuran Dinkes Kepri, Dss sempat diberikan obat berbentuk sirup.
Terkait dengan satu orang anak yang masih dalam perawatan di RSBP. Bisri mengatakan kondisinya sudah cukup membaik.
Namun, untuk berjaga-jaga Dinkes Kepri sudah berkoordinasi dengan Rumah Sakit M Djamil, Padang, untuk mendapatkan obat gagal ginjal akut.
“Sebab untuk obat gagal ginjal wilayah Sumatera didrop ke Padang,” tuturnya.
Bisri meyakini bahwa kasus gagal ginjal akut ini tidak akan bertambah lagi. Sebab, saat ini pemerintah telah mengetatkan peredaran obat sirup untuk anak-anak.
Lalu, beberapa obat sirup yang diduga sebagai penyebab gagal ginjal akut sudah dilarang untuk diedarkan dan dijual.
“Sejauh ini itulah upaya kami. Tapi, usai beberapa obat ditarik dan tidak diedarkan, kasus gagal ginjal akut tak banyak lagi muncul,” ujarnya. (*)