Jumat, 18 Oktober 2024

Kasus Gizi Kronis di Batam Terus Menurun Jadi 1.207 Balita

Berita Terkait

spot_img
stunting
Ilustrasi stunting. Foto: JawaPos.com

batampos – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam menyebutkan, kasus stunting atau balita kerdil di Kota Batam saat ini tercatat mengalami penurunan dari 1.441 orang balita di tahun 2022 menjadi 1.207 balita pada tahun 2023 kemarin.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam Didi Kusmarjadi menyampaikan, stunting merupakan masalah gizi kronis hingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan pada anak.

Di Kota Batam, kasus stunting mendapat perhatian. Salah satu dengan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), berupa 30 kotak susu bagi satu orang ibu hamil untuk 2 bulan.

“Penanganan stunting ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah,” ujarnya.

Baca Juga: Ada Perbaikan Kebocoran Pipa Air 600mm di Simpang Baloi

Menurutnya, sampai dengan Februari 2024 ini program pemberian makanan tambahan yang sudah terdistribusi pada ibu hamil mencapai 21.411 dari alokasi sebanyak 30 ribu.

“Sisa susu PMT bumil yang masih proses distribusi itu sekitar 8.589 dari alokasi susu PMT bumil 30 ribu,” ujarnya.

Sekretaris Daerah Batam Jefridin mengatakan, Batam menjadi satu dari 514 kabupaten kota di Indonesia yang mendapat penghargaan pemerintah pusat karena dapat menekan angka stunting.

“Dari keberhasilan itu kita mendapat penghargaan dan insentif fiskal sebesar Rp 6.918.794.000 yang mana uang tersebut dikembalikan kepada masyarakat melalui berbagai program bantuan kesehatan seperti ini,” jelas Jefridin.

Disebutnya, pada tahun 2020 jumlah angka stunting di Kota Batam 3.876 balita, tahun 2021 turun menjadi 3.367 balita, di tahun 2022 kembali turun menjadi 1.441 balita dan pada tahun 2023 angka stunting di Kota Batam berjumlah 1.207 balita.

Baca Juga: Warga Kecewa Harga Cabai dan Telur di Pasar Murah Masih Tinggi

“Penurunan angka stunting setiap tahunnya karena Wali Kota Batam, konsen menangani persoalan stunting di Kota Batam. Mudah-mudahan Batam bisa zero stunting,” ucapnya.

Penanganan stunting ini dalam rangka mempersiapkan generasi emas tahun 2045. Untuk itu perlu dipersiapkan anak yang sehat dan bebas stunting agar mampu bersaing karena Indonesia sudah menjadi generasi maju.

“Bicara stunting bicara kehidupan Kita kedepan, untuk anak-anak Kita. Kenapa sangat penting sekali karena kita mempersiapkan generasi emas yang akan melanjutkan pembangunan ini,” tuturnya. (*)

 

Reporter: Rengga Yuliandra

spot_img

Update