batampos– Kasus dugaan premanisme pemukulan terhadap seorang korban di Apartemen Formosa, Lubuk Baja, menjadi sorotan publik dan mengundang perhatian dari Anggota DPRD Kepri, Lik Khai. Insiden ini, tengah ditangani oleh Polda Kepri, terlebih karena korban adalah anggota dari Perkumpulan Tionghoa Karimun Batam (PTKB), organisasi yang dipimpinnya.
“Korban adalah anggota kami, dan saya meminta Polda Kepri mengusut kasus ini secara tuntas. Aksi pemukulan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang jelas tidak wajar dan tidak manusiawi,” ujar Lik Khai, Jumat (13/12).
Menurut informasi yang diterimanya, korban awalnya hanya datang ke lokasi untuk bersantai dan mengambil foto di area apartemen.
Namun, tindakan tersebut dilarang oleh pihak tertentu dari manajemen Apartemen Formosa, yang kemudian berujung pada insiden kekerasan.
“Korban hanya berniat hiburan dan mengambil foto sambil menunggu rekannya. Bukannya diperingatkan dengan baik, korban malah mendapat perlakuan kasar hingga berujung pemukulan,” tambahnya.
Saat ini, korban tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Awal Bros, Batam, akibat luka serius di kepala dan tubuhnya.
Lik Khai pun mendesak pihak kepolisian untuk segera mengambil langkah tegas, termasuk menutup sementara lokasi apartemen tersebut jika ditemukan adanya pelanggaran hukum.
“Saya menduga ada aktivitas ilegal di lokasi itu. Saya curiga mereka memiliki bekingan kuat, sehingga berani bertindak sewenang-wenang. Tempat itu sebaiknya disegel hingga penyelidikan selesai,” ujarnya
Kuasa hukum korban, Rudianto, membeberkan kronologi kejadian yang menimpa kliennya. Menurutnya, korban diundang oleh seorang rekan ke Apartemen Formosa dan tiba di lokasi seorang diri.
Ketika naik ke lantai tujuh, korban secara tidak sengaja mengambil foto di area tersebut, namun tiba-tiba diinterogasi oleh beberapa petugas yang diduga berasal dari manajemen apartemen.
“Korban ditarik paksa ke sebuah ruangan, diinterogasi, lalu dipukuli oleh sekitar 10 orang. Saat ini, kami belum mengetahui motif sebenarnya di balik insiden ini dan masih menunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian,” ungkap Rudianto.
Ia juga menambahkan bahwa korban saat ini belum pulih sepenuhnya dan memerlukan operasi akibat luka serius yang dideritanya.
Rudianto turut mengungkap dugaan bahwa rekaman CCTV di lokasi kejadian telah dihilangkan oleh pihak manajemen apartemen. Hal ini semakin memperkuat dugaan adanya upaya untuk menutupi insiden tersebut.
“Kami mendengar informasi bahwa rekaman CCTV di lokasi kejadian dihapus. Ini jelas menghalangi proses hukum. Kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati jika mendatangi tempat itu, karena kami mencurigai adanya sindikat preman yang beroperasi di sana,” katanya.
Selain itu, Rudianto juga menyampaikan kekhawatiran atas keselamatan korban dan keluarganya.
“Korban beserta anak dan istrinya juga mendapat ancaman. Kami berharap ada penegakan hukum yang adil dan pelaku kekerasan segera ditindak tegas,” ujarnya. (*)
Reporter: Azis Maulana