Minggu, 29 September 2024

Kemenkes: Batam Belum Perlu Uji Coba Nyamuk Wolbachia, Anomali Kasus DBD Jadi Alasannya

Berita Terkait

spot_img

batampos – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencanangkan kawasan bebas jentik nyamuk di kota Batam dengan meninjau kawasan Pelabuhan Internasional Batamcenter. Hal ini dilakukan sebagai upaya menekan angka Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah tersebut, terutama di perkantoran yang banyak terdapat pekerja.

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Yudi Pramono, mengatakan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya nasional untuk menurunkan angka DBD.



“Di Batam, angka kasus DBD cukup tinggi karena banyak pelabuhan yang notebene banyak pekerja. Kami harap program ini dapat membantu menurunkan angka kasus DBD,” ujarnya, Kamis (27/6).

Yudi mengapresiasi upaya Pemda Batam, puskesmas setempat, dan masyarakat dalam menangani kasus DBD. Berkat kolaborasi tersebut, Batam menjadi salah satu daerah dengan angka kasus DBD yang rendah di Indonesia.

Baca Juga: Kasus DBD di Batam: 6 Warga Meninggal hingga Juli 2024, Lebih Banyak dari Tahun lalu

“Sampai minggu ke-25, Batam hanya memiliki 181 kasus DBD. Hal ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain yang memiliki pelabuhan,” terangnya.

Sementara itu, secara nasional, angka kasus DBD mengalami peningkatan kurang lebih 146 ribu, dengan angka kematian mencapai 869 jiwa hingga minggu ke-25. Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menjadi provinsi dengan kasus DBD tertinggi.

Yudi menekankan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk sebagai langkah utama dalam mencegah DBD.

“Fogging tidak langsung berdampak pada jentik nyamuk. Yang kami harapkan penguatan untuk pemberantasan sarang nyamuknya supaya jentik itu tidak berkembang,” ujarnya.

fogging dbdKementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) juga menyebutkan, Kota Batam belum memerlukan uji coba pelepasan nyamuk ber-wolbachia untuk menekan kasus demam berdarah (DBD).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr Imram Pambudi menjelaskan, di Batam terjadi anomali kasus DBD dibandingkan daerah lainnya.

Di mana, kasus DBD terus meningkat tiap tahunnya di daerah lain, sedangkan di Batam jumlahnya yang terkena DBD justru menurun sejak tahun 2022 – 2023.

Pada tahun 2023, Dinkes Kota Batam mencatat ada sebanyak 376 kasus DBD. Sedangkan pada tahun 2024 ada sebanyak 181 kasus DBD.

“Jadi dalam taraf ini belum perlu untuk metode nyamuk ber-wolbachia,” katanya di Hotel Santika.

Dia menyebutkan, di Indonesia sendiri sudah ada uji coba penerapan nyamuk ber-wolbachia, seperti di Yogjakarta, Semarang, Kupang, Bandung, Jakarta Barat dan Denpasar.

Indonesia juga bukan satu satunya negara yang menggunakan teknologi nyamuk ber-wolbachia, contohnya di Singapura , Vietnam, Brazil, Australia.

“Nyamuk berwolbachia ini bukan hanya di Indonesia saja dan terbukti efektif digunakan di beberapa negara tersebut,” ujarnya.

Hanya saja kata dia, penerapan teknologi nyamuk ber- wolbachia ini merupakan pendekatan nya tidak bisa instan. Butuh waktu untuk bisa mengakibatkan penurunan jumlah kasus.

Wolbachia sendiri kata dia, merupakan nyamuk aedes aegypti yang diinfeksi dengan bakteri wolbachia.

Cara kerja dari bakteri wolbachia ini adalah, jika diinfeksikan ke nyamuk aedes aegypti, maka darah yang disedot, virus nya mati di tubuh nyamuk yang sudah diinfeksi virus wolbachia.

“Jadi ketika nyamuk tersebut menggigit seseorang lagi, itu tidak bisa menularkan virus dengue nya, beginilah cara kerjanya. Tapi metodenya, nyamuk ber-wolbachia ini baru bisa berefek kalau populasi nyamuk Aedes aigpty ber-wolbachia sudah lebih dari 60 persen,” tutupnya. (*)

 

Reporter: AZIS MAULANA

spot_img

Update