Senin, 25 November 2024

Kepri Mengalami Deflasi 0,04 Persen

Berita Terkait

spot_img
Aneka lauk-pauk dan sayur-mayur di Warung. F Suprizal Tanjung

batampos – Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatatkan deflasi sebesar 0,04% pada Agustus 2024, menurut data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Deflasi ini terutama disebabkan oleh penurunan harga di sektor makanan, minuman, tembakau, dan transportasi.

Secara geografis, Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Karimun mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,06% dan 0,48%. Namun, berbeda dengan wilayah lain, Kota Batam justru mencatat inflasi ringan sebesar 0,02% di bulan yang sama.


Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kepri, Suryono, menjelaskan, bahwa penurunan harga di kelompok pengeluaran makanan dan minuman menjadi faktor utama yang mendorong deflasi.

”Penurunan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan kontribusi sebesar -0,27% terhadap deflasi ini,” kata Suryono yang juga menjabat sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau.

Dia menambahkan bahwa hal ini didorong oleh meningkatnya pasokan komoditas pangan dari daerah produsen, yang berhasil menekan harga pasar.

Selain itu, Suryono juga menyebutkan, kelompok transportasi turut memberikan andil sebesar -0,02%, terutama akibat normalisasi tarif angkutan udara setelah musim liburan sekolah berakhir.

”Tarif angkutan udara kembali normal setelah lonjakan harga pada masa liburan,” ucap Suryono.

Namun, tidak semua kelompok pengeluaran mengalami penurunan harga. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga justru mencatat inflasi sebesar 1,28% mtm (month-to-month), dengan kontribusi sebesar 0,20%.

Kenaikan ini, menurut Suryono, terutama disebabkan oleh tarif listrik yang meningkat sejak 1 Juli 2024 di wilayah Batam. ”Kenaikan tarif listrik memberikan dampak inflasi yang cukup signifikan, terutama di Kota Batam,” tuturnya.

Untuk menjaga stabilitas harga, Bank Indonesia bersama TPID Provinsi Kepri telah mengambil berbagai langkah strategis. ”Kami terus bersinergi dengan TPID di berbagai level untuk memastikan harga tetap terkendali,” ujar Suryono.

Beberapa inisiatif yang dilakukan antara lain Operasi Pasar Murah (OPM), Gerakan Pangan Murah (GPM), serta Gerakan Sekolah Menanam (GSM) yang melibatkan panen cabai merah di 100 sekolah di seluruh Kepri.

Suryono juga menjelaskan bahwa TPID akan terus memantau beberapa potensi risiko inflasi ke depan, termasuk dampak lanjutan dari kenaikan tarif listrik dan tekanan harga beras yang belum berkurang.

”Kami mengantisipasi bahwa harga beras mungkin akan tetap tinggi karena musim panen belum tiba,” ujarnya.

Meski begitu, TPID tetap optimis bahwa beberapa faktor akan membantu menahan laju inflasi, seperti normalisasi permintaan bahan pangan pasca-libur sekolah dan mulai masuknya masa panen untuk komoditas cabai dan bawang.

”Kami berharap pasokan yang lebih baik dari hasil panen dapat membantu menstabilkan harga ke depannya,” tutur Suryono. (*)

 

Reporter : ARJUNA

spot_img

Baca Juga

Update