batampos – Beberapa waktu lalu, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri sempat membeberkan program kerja prioritas yang akan dilakukan dalam enam bulan ke depan. Di antara program tersebut adalah hearing aspirasi transformasi pariwisata dengan pihak-pihak terkait dan Tourism 5.0, seperti pemasaran Calendar of Events berbasis digital dan AI travel assistance.
Kemudian, perumusan grand strategy penggunaan Indonesia Quality Tourism Fund untuk diversifikasi atraksi nasional dan merancang kerja sama dengan instansi kelas dunia untuk transfer of knowledge guna mewujudkan sekolah unggulan pariwisata kelas dunia.
Namun, Ketua Aspabri Kepri, Surya Wijaya, menuturkan salah satu program Menpar baru tersebut tak cocok untuk Kepri, yakni quality tourism. Hal itu dikarenakan Kepri bukan seperti daerah wisata lainnya seperti Bali dan daerah lainnya.
“Tentang quality tourism, tak bisa digunakan di semua daerah Indonesia. Quality tourism bisa diterapkan di Bali, sedangkan Kepri lebih cocok quantity tourism,” ujar Surya.
Menurut Surya, semakin banyak turis ke daerah Kepri, justru semakin bagus. Hal itu dikarenakan wisatawan asing yang berkunjung ke Batam atau Kepri tidak pernah dalam waktu lama. Karena itu, kesempatan sesaat tersebut harus dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian Kepri di bidang pariwisata.
“Batam sama dengan Johor, di mana warga asing, terutama dari Singapura, menjadi pasar terbesar. Laiknya Johor, turis tidak akan lama berwisata ke sana. Karena itu, mereka membuka akses semudah mungkin bagi wisatawannya. Tujuan mereka adalah menghabiskan uang (spending money), dan ini juga harus diterapkan di Kepri,” sebut Surya.
Menurut dia, salah satu program quality tourism yang direncanakan Menpar Widiyanti harus dikaji terlebih dahulu. Mulai dari melihat letak strategis suatu wilayah hingga kearifan lokal daerah tersebut.
“Saya lihat, bapak dan ibu menteri hanya melihat dari sudut pandang mereka sendiri saja. Seharusnya bisa melihat secara utuh bagaimana setiap daerah itu,” tegas Surya.
Untuk daerah Kepri, seharusnya juga mendapat perlakuan istimewa. Mulai dari menggratiskan Visa on Arrival (VoA), tiket murah, dan lainnya. Apalagi, salah satu pendapatan ekonomi daerah Kepri bergantung pada sektor pariwisata.
“Jadi, saya berharap Ibu Menteri dan jajarannya bisa turun langsung melihat permasalahan yang ada di tiap daerah yang memiliki potensi wisata yang baik. Salah satu contohnya adalah Natuna dan Anambas,” sebut Surya.
Masih menurut Surya, bicara soal pariwisata sangat hambar jika harga tiket melangit. Padahal, jarak antardaerah di Indonesia cukup jauh, yang seharusnya didukung dengan harga tiket yang ramah.
“Pariwisata akan hambar jika masalah aksesibilitas, terutama tiket pesawat yang tinggi, tidak diatasi. Kepri seharusnya menjadi gerbang pariwisata bahari Indonesia,” pungkasnya. (*)