Selasa, 1 Oktober 2024

Kisah Saksi tentang yang Pria Hilang dari Jembatan Barelang Ditemukan Meninggal Dunia

Berita Terkait

spot_img
IMG 20240630 WA0063 scaled
Jasad Yefta, pria yang lompat dari Jembatan Barelang akhirnya ditremukan Tim SAR, Minggu (30/6).

batampos – Yefta Handrido Surbakti, 23, pria yang diduga hilang ke laut dari Jem-batan I Barelang, Minggu (30/6) dini hari, akhirnya ditemukan, kemarin sore. Warga yang tinggal di Kampung Melayu, Kompleks Bukit Jodoh, Sungai Panas, Batam Kota itu, ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa, tidak jauh dari lokasi ia pertama kali menghilang.

”Kami temukan sekitar pukul 16.20 WIB dengan kondisi sudah meninggal dunia,” ujar Kepala Kantor SAR Tanjung Pinang, Fazzli, melalui Komandan Basarnas Batam, Dedius, kemarin.
Dikatakan Dedius, korban ditemukan 1,6 Neutical Miles (NM) dari Jembatan 1 Barelang. Kondisinya masih lengkap dengan pakaian yang ia pakai pada saat ia menghilang. Selan-jutnya, jenazah korban Yefta dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.



”Karena sudah ditemukan, maka pencarian korban kami hentikan,” tambah Dedius.

Sebelumnya, identitas korban diketahui dari keterangan saksi, Natan, yang tidak lain teman satu kos korban. Dari ketera-ngan Natan, komunikasi terakhir terjadi Rabu (26/6) lalu, pada saat mereka akan pindah kos.

”Pengakuan Natan itu terakhir komunikasi. Saat itu, korban tak punya motor lagi karena ditarik leasing,” ujarnya.

Sementara itu, keterangan teman korban lainnya, David, mengaku, ia bertemu korban pada Jumat (27/6) malam. Dari pesan WhatsApp terakhir pukul 18.51 WIB pada hari tersebut, korban menitip salam buat semuanya. Diduga, korban mengalami persoalan ekonomi. David menuturkan, korban diketahui sudah enam bulan tidak bekerja di Batam dan bah-kan untuk biaya makan dan bayar kos, terkadang ia dibantu David.

”Kepada David, korban juga pernah bercerita jika kondisi orangtua lagi susah di kampung,” tuturnya.

Informasi yang dihimpun Batam Pos, korban yang berpakaian kaos hitam dan mengenakan topi, terlihat galau dan sempat memegang kepala selama beberapa menit di tepi jembatan tersebut. Di lokasi itu, laki-laki tersebut selalu memegang ponselnya dan menaruh tangannya di atas kepalanya. Setelah itu, pria itu lang-sung melewati pagar besi serta menepi ke pinggir jembatan.

Aksinya sempat disaksikan dua orang pengunjung yang berada di sekitar lokasi kejadian hingga sempat melihat korban meng-hilang dari Jembatan I Barelang. Seketika itu, kedua saksi tersebut langsung melaporkan ke pos Ditpam BP Batam.

 

Baru Temukan Jasad Korban, Tim SAR Selamatkan Satu Pria Lagi

Seorang pria yang belakangan diketahui bernama Dapot, diselamatkan tim SAR dan nelayan dari perairan di bawah Jembatan I Barelang, Minggu (30/6) sore. Ia diduga menceburkan diri ke laut, namun kemudian berhasil diselamatkan tim SAR yang baru saja menemukan jasad Yefta, seorang pria yang sebelumnya juga hilang dari Jembatan I Barelang.

”Waduh, pusing kami ini, baru saja temukan jenazah yang satu, ada lagi yang loncat. Ini masih di TKP kami,” ujar Kapolsek Sagulung, Iptu Donald Tambunan, Minggu (30/6) petang.
Dapot yang masih bisa bangun dan berjalan kaki, akhirnya dibawa ke Polsek Sagulung untuk diminta keterangan dan dijemput keluarga.

”Itulah kayaknya ada masalah asmara. Ini yang sering kami sampaikan bahwa apapun masalahnya, janganlah main bunuh diri. Semua masalah ada solusinya kalau mau tegar menyele-saikannya,” ujar Donald.

Kepada polisi yang memeriksa, Dapot mengaku cintanya bertepuk sebelah tangan. Gadis yang ditaksirnya tidak merespons cintanya. Dia putus asa dan berniat mengakhiri hidupnya.

”Stres aku dibuatnya,” ujar pekerja galangan kapal di Tanjunguncang ini.

 

Jika Banyak Masalah, Berkeluh Kesahlah

Tindakan mengakhiri nyawa dengan menghilang dari Jembatan I Barelang yang terjadi Minggu (30/6), hendaknya menjadi pembelajaran bagi banyak pihak agar kasus serupa tak terulang. Jika ada masalah, maka berkeluh kesahlah, atau curahkan pada kawan, melalui tulisan, atau cari pertolongan sehingga tidak memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Psikolog dari Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) Batam, Maryana M.Psi. Psi, mengatakan, cara mengatasi tekanan pada diri, dengan bercerita dan berkeluh kesah kepada orang yang di-percaya. Jika tidak ada, maka bisa meminta bantuan orang profesional, misalnya psikolog atau ahli kejiwaan.

”Bisa juga menulis jurnal atau diary, juga menjadi langkah bagus,” sebut Maryana.

Apalagi, jika ada keinginan bunuh diri, bisa segera menghubungi orang dekat atau yang dipercaya sehingga persoalan tidak dipendam sendiri. Syukur-syukur, orang tersebut memberikan nasihat dan menawarkan solusi keluar dari persoalan yang dihadapi. ”Atau cari support system yang dimiliki, ” sebutnya.

Menurut dia, penyebab orang memutuskan untuk bunuh diri bervariasi. Namun, pada umumnya terjadi karena adanya perasaan hopeless (hilangnya harapan), merasa tidak ada jalan keluar dan worthlessness (merasa diri tidak berharga, tidak layak atas kehidupan).

”Biasanya sangat dekat dengan depresi, kebanyakan orang yang menderita depresi ada keinginan untuk bunuh diri,” sebutnya.

Beberapa gejala depresi sebenarnya mirip dengan tanda-tanda orang yang ingin bunuh diri. Di antaranya tidak memiliki minat untuk melakukan hal yang sebelumnya menyenangkan baginya, menghindari kontak dengan orang lain, lebih sering mengurung diri, merasa rendah diri dan merasa diri tidak berharga.

”Putus pengharapan, emosi tidak stabil, sulit fokus dalam mengerjakan tugas-tugas yang sebelumnya dapat dikerjakan dengan baik,” sebutnya.

Lalu, untuk kasus bunuh diri karena cinta, biasanya dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa dirinya tidak lagi berharga. Karena alasan tidak dicintai lagi atau karena cintanya tidak terbalaskan.

”Bisa juga karena adanya pikiran bahwa dirinya terasingkan, tidak ada lagi yang mencintainya, sendirian dalam menjalani kehidupan,” ungkap Maryana.

Ada beberapa tanda-tanda orang yang ingin bunuh diri atau depresi. Di antaranya perubahan yang cukup signifikan pada perilaku. Seperti merasa sendiri, merasa tidak ada masa depan, menyalahkan diri sendiri atas semua kejadian buruk, kesulitan tidur, merasa tidak ada tujuan hidup. Mulai menjauhi teman dan keluarga, menutup diri, sering menangis, muncul tindakan-tindakan menyakiti diri sendiri, kehilangan minat untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya disukai.

Orang yang ingin bunuh diri juga pernah mengungkapkan keinginan tersebut, dengan berharap akan kematian. Baik dalam percakapan maupun dalam tulisan, mungkin juga ada ungkapan-ungkapan ingin bertemu dengan orang yang sudah meninggal.

Kemudian, melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya mambawa kendaraan dengan kecepatan tinggi, menolak untuk makan dan lain-lain

”Ada kemungkinan adanya tindakan yang dianggap ’aneh’, misalnya memberikan pesan seolah-olah akan pergi jauh, memberikan barang-barang berharga kepada orang lain, memberikan kode rahasia (PIN ATM, letak sertifikat rumah, dan lainnya) kepada org lain atau keluarga,” jelas Maryana.

Cara mencegah aksi mengakhiri hidup (bunuh diri) atau dep-resi, di antaranya mendengarkan ketika ada seseorang yang dirasa berpotensi hendak bunuh diri, jangan menunjukkan judgment atau penghakiman, syok, panik maupun kemarahan saat seseorang mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri.

”Namun, dengarkan saja dengan saksama apa yang ingin diceritakan orang tersebut, pahami perasaan dan pandangannya,” ujar Maryana. (*)

 

Reporter : RENGGA Y, EUSEBIUS SARA, YASHINTA

spot_img

Update