batampos – Krisis air bersih di wilayah Tanjunguncang dan wilayah lainnya di Batam belum teratasi. Janji pengelola air bersih di Batam (SPAM-PT Air Batam Hilir) menyuplai air menggunakan mobil tangki sebagai solusi jangka pendek, tak sesuai harapan. Warga butuh minimal 15 tangki, sementra yang datang hanya satu atau dua tangki saja.
“Itu pun datangnya kadang tengah malam. Tidak semua masyarakat dalam perumahan mendapat pasokan air tangki tersebut,” ujar Jupri, warga Perumahan Marina View, Tanjunguncang, kepada Batam Pos, Selasa (20/6).
Akibatnya, warga saling sikut karena berebut air. Bahkan, adu mulut sering terjadi. Selain itu, warga juga terpaksa begadang hanya untuk menunggu kedatangan mobil pembawa air bersih.
“Tak ada perubahan layanan sama sekali. Malah makin parah. Percuma protes ke sana kemari. Pemko, BP Batam, dan pengelolah sama saja. Menganggap ini bukan masalah serius. Warga dibiarkan terus menderita,” ujarnya.
Baca Juga: Konser 6 Hari Coldplay di Singapura, Batam Harus Ambil Peluang
Perangkat RT/RW di Tanjunguncang juga menyampaikan hal yang sama. Pengakuan mereka, jumlah suplai air ke setiap perumahan sudah disampaikan namun realisasinya jauh dari harapan masyarakat.
Satu perumahan yang umumnya membutuhkan 10 mobil tangki lebih, yang diantar hanya satu sampai dua tangki. Perangkat RT/RW tak jarang jadi sasaran amuk warga karena pembagian air tidak merata.
“Kami perangkat juga jadi pening mengatur biar warga tak ribut dengan keterbatasan suplai air mobil tangki ini,” ujar ketua RT 01 Perumahan Sumberindo, Mustari Abdul Hamid.
Imbas dari krisis air bersih ini, warga sakit karena terus bergadang. “Beraktivitas menjadi tak nyaman karena keterbatasan pasokan air bersih. Tolonglah pemerintah serius mengatasi persoalan air bersih ini demi keamanan dan kenyamanan masyarakat,” harapnya.
Penderitaan warga akibat macetnya aliran air ke wilayah Tanjunguncang juga dibenarkan Surya Darma Sitompul, ketua RT 01/RW 23 Perumahan Central Park Tanjunguncang. “Sebenarnya sudah masuk tahun ketiga ini kami menderita. Puncaknya tiga pekan terakhir ini, air bersih yang dulu mengalir 24 jam sebelum dikelola SPAM-Moya, kini hanya menetes di malam hari,” ujar Surya, saat hadir di Podcast Batam Pos, Selasa (20/6) siang di redaksi Batam Pos.
Baca Juga: 4,5 Kg Kokain dan 629 Gram Sabu Dimusnahkan di Batam
Ia mengapresiasi langkah BP Batam bersama Pemko Batam yang berkolaborasi membangun jalan menjadi lebih lebar sehingga jalanan Batam mendapat julukan Jalan Elite. Namun di sisi lain, utilitas vital berupa air bersih justru sulit dan terkesan terabaikan, sehingga membuat warga menjerit.
“Jalan elite, air sulit, warga menjerit,” ujarnya yang diamini Ismail Nolowala, ketua RW 019 Seibinti Tanjunguncang, yang juga hadir meluahkan penderitaan warganya di acara Podcast Batam Pos yang mengulas Krisis Air Bersih di Kota Batam yang tak kunjung usai.
Kedua tokoh masyarakat Tanjunguncang itu menambahkan, alasan pengelola air yang menjadikan pipa sudah tua dan butuh biaya triliunan untuk menggantinya, tidak dapat diterima. Sebab, mereka tahu persis, sebelum semua aset diserahkan ATB ke BP Batam pada 14 November 2020, Surveyor Indonesia sudah melakukan pengecekan bahwa semua aset pipa existing saat itu dalam kondisi baik.
“Apalagi wilayah Tanjunguncang, itu paling baru berusia sekitar 15 tahun, bahkan ada yang kurang dari itu, karena itu wilayah pengembangan baru,” ujar Ismail.
Ketua DPRD Batam, Nuryanto, yang diundang khusus di acara podcast ini menegaskan akan memanggil kembali SPAM-PT Air Batam Hulu-Hilir untuk membahas persoalan krusial tersebut.
“Ini persoalan serius, hak rakyat mendapatkan air bersih dan itu dijamin konstitusi. Air itu kebutuhan dasar,” tegasnya.
Baca Juga:Â Penyidikan Dugaan Korupsi Pegadaian Batam, Jaksa Sudah Periksa 10 Saksi
Pria yang akrab disapa Cak Nur ini juga mengungkapkan, krisis air yang berkepanjangan ini bisa memicu krisis kepercayaan dan bisa membuat masyarakat kehilangan kesabaran. Untuk itu, pengelola air bersih di Batam harus hadir memberikan informasi yang benar ke masyarakat apa sebenarnya terjadi.
“Jelaskan apa masalahnya, bagaimana solusinya, lalu kapan berakhirnya, semua harus jelas,” pintanya.
Jika tidak, Cak Nur khawatir, krisis air bersih ini bukan hanya bisa berubah menjadi krisis kepercayaan, tapi bisa lebih dari itu, karena berdampak juga pada sektor industri dan bisnis, sehingga krisis air ini mencoreng nama baik Batam sebagai wilayah tujuan investasi.
“Tapi saya minta masyarakat tetap tenang dan sabar dulu. Kami di dewan tak akan tinggal diam. Krisis air bersih ini memang persoalan serius, tapi kita harus sama-sama menjaga Batam kondusif. Segera kami panggil lagi para pihak terkait,” pintanya. (*)
Reporter: Eusebius Sara