batampos – Krisis air mulai mengganggu dunia usaha di Batam. Banyak sektor terdampak akibat suplai air yang tak lancar.
Hal itu disampaikan oleh Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Kepri, Uba Ingan Sigalingging. Problem krisis air di Batam, sudah berkali-kali.
Uba mengatakan, akibat suplai air tak lancar ini, hotel, restoran hingga warung kopi terdampak. Tidak hanya itu saja, dunia pendidikan juga merasakan dampak dari suplai air tak lancar ini.
“Masyarakat banyak terdampak, ini sangat menyedihkan untuk kota sebesar Batam,” kata Uba.
Baca Juga:Â Bapenda Batam Beri Tanda dan Peringatan Bagi Gerai yang Belum Bayar Pajak
Ia mengatakan, air adalah kebutuhan dasar manusia. Air tidak dapat diganti dengan benda lainnya. Sehingga, harusnya pemerintah paham, betapa pentingnya suplai air bersih ini ke masyarakat.
“Masyarakat tidak bisa mandi pakai oli. Atau mencuci baju dengan minyak. Problem air ini harus jadi atensi serius dari BP Batam,” ucap Uba.
Menurutnya, ATB selama 25 tahun mengelola air bersih, tidak pernah membuat problem seserius ini. Namun, sejak berganti pengelola, permasalahan air selalu jadi langganan di Batam.
Air bersih tak mengalir ke rumah penduduk, makin sering terdengar. Lalu, kini air bersih memberikan dampak ke daerah yang jadi pusat ekonomi Batam, seperti Nagoya.
“Saat ATB 25 tahun mengelola air bersih, tidak pernah sekalipun saya ke Simpang Jam untuk mengambil air bersih. Tapi kini, dengan ada pengelola baru, sudah beberapa kali saya ke sini untuk mengambil air,” ujar Uba.
Baca Juga:Â Banyak Ekspatriat, DPRD Batam Soroti Pengawasan Orang Asing di Batam
Tentunya, apa dirasakan Uba, dirasakan juga oleh masyarakat lainnya di Batam. Krisis air di Batam, tentunya mencoreng citra Batam, sebagai kota besar nan modern.
“Batam itu kota industri, kota besar, kebutuhan air bersihnya juga besar. Harusnya itu dipahami oleh pengelola air di Batam,” tuturnya.
Jelang akhir tahun, Batam akan semakin ramai didatangi wisatawan asing maupun nusantara. Jika problem air ini terus berlanjut, tentunya hal itu berdampak terhadap dunia pariwisata.
“Hotel-hotel khawatir tidak memiliki pasokan air bersih, tentunya berdampak pada pelayanan. SPAM dan BP Batam jangan hanya mengeluarkan pemberitahuan saja. Tapi, pikirkan cara mengatasi permasalahan ini dan mencegah krisis air kembali terjadi,” ujarnya.
SPAM Batam, kata Uba, juga harus bisa memberikan kepastian distribusi air bersih kepada masyarakat, akibat kerusakan pipa. “Misalnya, SOP distribusi air bersih kepada masyarakat yang terdampak harus jelas. Berapa hari air mati dan berapa perbaikan hingga distribusi air bersih berjalan,” ujarnya.
Uba berharap, pemerintah pusat memberikan perhatian khusus atas krisis air di Batam. Sebab, jika terus berulang, akan berdampak pada industri di Batam.
“Pajaknya diambil, tapi pengelolaan airnya seperti ini,” ungkapnya. (*)
Reporter: FISKA JUANDA