Sabtu, 21 September 2024

Krisis Tenaga Welder, Karena Upah Tidak Sesuai

Berita Terkait

spot_img
Galangan Kapal Dalil Harahap 66 e1693194288819
Seorang pekerja galangan kapal di Tanjunguncang sedang beraktivitas, Minggu (27/8). F Dalil Harahap/Batam Pos

batampos – Krisis tenaga las kapal atau welder di Batam terjadi salah satunya karena upah yang tidak sesuai. Sejumlah sumber di lapangan menyebutkan, welder profesional untuk galangan kapal banyak yang memilih beralih profesi ataupun bekerja di luar negeri karena upah di sana lebih besar.

Suhardi, mantan welder di salah satu perusahaan galangan kapal di Tanjunguncang yang saat ini beralih usaha pembuatan teralis rumah mengaku, tak mau lagi menerima tawaran di galangan kapal karena upah yang dia terima tidak seimbang dengan skill dan pekerjaan. Tenaga welder galangan kapal di Batam saat ini digaji sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu per jam sesuai kelas klasifikasi kemampuan yang dimilikinya. Upah ini berbeda berkali lipat dengan upah tenaga welder di luar negeri.



Baca Juga: Galangan Kapal di Batam Masih Kesulitan Dapatkan Tenaga Welder

“Upah di sini terlalu kecil. Tidak sesuai dengan skill dan tenaga yang kita kerjakan. Dibandingkan dengan luar negeri bisa sepuluh kali lipat selisihnya. Makanya orang pada keluar negeri sekalipun harus melalui penyalur yang ada banyak potongannya ketimbang kerja di sini. Saya sendiri sudah nyaman dengan usaha teralis seperti ini,” ujar pria yang berdiam di wilayah Marina tersebut.

Untuk upah welder di Batam sepengetahuan dia maksimal diangka Rp 30 ribu perjam dan itu pun bagi welder yang memiliki skill diatas kelas 4 G.

“Kalau istilah welder itu sudah bisa semuanya. Kan dalam kelas welder galangan ini ada 2 G, 3 G dan 4 G. 2 G itu untuk yang bisa las normal dan vertikal, 3 G bisa las normal vertikal dan horizontal dan 4 G bisa normal, vertikal, horizontal dan over head. Jadi kalau masih 2G, 3G dan 4G paling mentok di Rp 25 ribu per jam,” terang Suhardi.

Baca Juga: Amsakar Minta Masyarakat Batam Tetap Kompak

Ketua DPD FSP LEM SPSI Provinsi Kepri Saiful Badri sebelumnya juga menyampaikan hal yang sama. Krisis tenaga welder yang terjadi karena upah yang terlalu rendah. Tukang welder akhirnya memilih ke luar negeri atau beralih profesi.

“Permasalahannya upah yang rendah. Kalau upah sesuai tentu mereka akan bertahan. Jauh perbedaannya dengan luar negeri,” kata Saiful. (*)

 

 

Reporter: Eusebius Sara

spot_img

Update