Jumat, 22 November 2024

Kritik Para Insinyur: Pembangunan Batam Tanpa Perencanaan Drainase yang Matang

Berita Terkait

spot_img
Hujan yang mengguyur Kota Batam mengakibatkan sejumlah ruas jalan banjir, seperti yang terlihat di Jalan Raja Isa Batamcenter, Senin (14/10). F Cecep Mulyan/Batam Pos

batampos – Cuaca ekstrem dengan intensitas hujan yang tinggi kerap menjadi kambing hitam penyebab banjir di Kota Batam belakangan ini. Padahal, bukan rahasia umum, penyebab utamanya akibat drainase Batam yang sembelit, hingga air hujan meluber ke badan jalan, bahkan hingga ke permukiman warga.

Namun, para Insinyur yang tergabung dalam Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Batam, lebih jernih menilai penyebab banjir di Batam. Mereka tidak menyalahkan alam atau cuaca, tapi lebih menitikberatkan pada lemahnya perencanaan pembangunan di Batam yang kadang mengabaikan pentingnya drainase yang laik dan terintegrasi.


Ketua PII Cabang Batam, Ir Prastiwo Anggoro, bahkan menyampaikan kritik pedas terhadap pembangunan infrastruktur yang dilakukan Pemerintah Kota Batam. Ia menilai, perencanaan infrastruktur di Batam belum matang, terutama dalam hal integrasi dengan sistem drainase.
”Proyek perbaikan dan pembangunan jalan kerap kali tidak memperhatikan sistem drainase. Ketika hujan deras, saluran air yang ada tidak mampu menampung debit air, mengakibatkan banjir di beberapa wilayah,” ungkap Prastiwo, Selasa (15/10) lalu.

Ia mencontohkan, proyek di bundaran simpang yang menghubungkan Kabil dan Bandara Hang Nadim, tanpa drainase sementara yang memadai. Menurutnya, kondisi ini berpotensi menimbulkan banjir, terutama di area dengan permukaan tanah rendah.

”Memang kualitas jalan baru bagus, tetapi tidak ada langkah penanganan untuk mengatasi genangan air saat hujan lebat,” tambahnya.

Prastiwo juga menyoroti kurangnya evaluasi pemerintah dalam mengantisipasi daerah rawan banjir. Meski banjir di Batam sudah sering terjadi, hingga kini belum ada sistem peringatan dini yang diinisiasi pemerintah, padahal BMKG sudah memiliki data mengenai daerah-daerah berpotensi banjir.

Meski demikian, Prastiwo mengapresiasi usaha pemerintah dalam pembangunan infrastruktur. Ia juga menyatakan bahwa PII Batam siap memberikan masukan dan berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam, untuk membantu mencari solusi terkait permasalahan ini.

“Kami dari sisi profesional selalu siap memberikan input, jika memang diperlukan oleh pemerintah kota. Kami juga sudah berkoordinasi dengan dewan penasihat PII Batam untuk berdiskusi dengan BP Batam agar dapat memberikan masukan yang konstruktif,” tutupnya
Tak hanya PII, warga Batam juga mengeluhkan kurangnya upaya pemerintah dalam mengatasi masalah banjir. Meski beberapa titik telah dinormalisasi, tapi langkah-langkah yang dilakukan dinilai belum cukup signifikan.

”Dari dulu sampai sekarang yang digalakkan itu pembangunan saja. Adakah mereka (pemerintah) memikirkan dampak lingkungan? Banjir itu, selain sistem drainase yang tak memadai, penyebabnya juga karena minimnya daya serapan,” ujar Ari, warga Tiban Lama.
Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Batam, Andi Agung, termasuk yang kaget dengan banjir yang kerap terjadi Batam. Terutama setelah banjir besar melanda berbagai wilayah Batam pada Senin (14/10) pagi.

Andi pun penasaran. Ia dan tim langsung turun ke titik-titik banjir. Ia menemukan akar masalah penyebab banjir di Batam, yakni drainase yang sempit dan tak terintegrasi satu sama lain secara baik.

Ironisnya, drainase yang sembelit karena endapan sedimen dan tumpukan berbagai jenis sampah, hingga hujan lebat sebentar saja, air yang seharusnya mengalir lancar di drainase ke laut atau ke danau buatan (dam) meluber ke badan jalan.

”Luar biasa, semua drainase atau aliran air penuh dengan sampah,” ujar Andi.

Kondisi ini menjadi perhatian serius dia selama menjadi Pjs. Dia sudah memerintahkan ke Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Batam untuk mengatasi persoalan serius ini.
Meski langkah membersihkan drainase yang sembelit itu hanya bisa mengatasi persoalan sementara, namun tetap itu sebagai salah satu pilihan tercepat yang bisa dilakukan saat ini.

”Tapi apapun ceritanya, ini bagian dari tugas kita, pelayanan kita membersihkan drainase yang tersumbat. Semua harus dibersihkan, supaya jangan hanya hujan sedikit langsung banjir,” ujar Andi.

Bahkan ia mengaku sangat prihatin, sebab persoalan drainase sembelit oleh sedimen (pasir berlumpur) dan sampah ini, ternyata bukan hanya berlangsung berbulan-bulan, tapi sudah bertahun-tahun.

”Kami melihat tadi, bukan hanya berbulan-bulan, tapi sudah bertahun-tahun tak dibersihkan,” ungkap Andi Agung (Lihat Video Komentar Andi Agung di link Instagram Batampos

Andi menyebut, sebenarnya, Pemko Batam telah melakukan pemetaan titik rawan banjir. Hanya saja, langka nyata dan keseriusan mengatasi banjir di titik-titik rawan tersebut yang kurang selama ini.

Untuk itu, Andi tak ingin lagi ruas jalan protokol banjir saat hujan sebentar saja. Maka, persoalan banjir ini menjadi atensinya selama menjabat Pjs Wali Kota Batam.

Hujan deras yang mengguyur kota Batam dan buruknya sistem drainase mengakibatkan sejumlah ruas jalan banjir, seperti yang terlihat di Jalan Raja Isa Batamcenter ini, Senin (14/10). Foto: Cecep Mulyan/Batam Pos

Selain mengerahkan alat berat ke titik-titik rawan banjir (lebih dari 20 titik, red), Andi dan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, juga menghidupkan kembali budaya gotong royong dari mati suri.

”Memang ada beberapa titik yang sudah dinormalisasi, tetapi banjir tetap terjadi karena waktu hujan bertepatan dengan pasang laut, sehingga air tidak bisa langsung mengalir ke laut,” ujar Andi.

Masalah drainase yang buruk juga diakui Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBM-SDA), Suhar. Ia menjelaskan, beberapa area terdampak, seperti Tembesi Tower, masih belum mendapat solusi yang memadai karena kendala lahan yang melibatkan investor.

”Kami tidak ingin mengganggu investasi, tetapi solusinya juga tidak mudah. Kami masih mencari cara terbaik untuk menangani masalah drainase ini tanpa merugikan masyarakat maupun investor,” ujarnya.

Mengenai instruksi dari Pjs Wako Batam, Suhar mengatakan, telah merespons dengan menurunkan alat berat di berbagai titik. Bahkan, beberapa titik seperti drainase di dekat Arsikon Batam Center sudah dibersihkan. Begitupun titik-titik rawan banjir lainnya. Perlahan tapi pasti, drainase yang sembelit oleh sedimen dan sampah dibersihkan.

 

Siapkan Anggaran Rp32,4 Miliar di 2025

Selain melakukan normalisasi drainase sempit yang sembelit dengan alat berat dan gotong-royong, Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Batam juga sudah mengusulkan anggaran sebesar Rp32,4 miliar untuk mengatasi permasalahan banjir di wilayah Batam pada 2025.

Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk beberapa kegiatan utama, termasuk pembangunan stasiun pompa banjir, normalisasi saluran, dan peningkatan (pelebaran dan penambahan, red) drainase di sejumlah titik rawan banjir di Batam.

Suhar menjelaskan, salah satu prioritas dalam penanganan banjir adalah pengadaan stasiun pompa yang akan ditempatkan di wilayah Jodoh-Nagoya, yang selama ini menjadi salah satu titik terparah saat terjadi banjir. Rencana ini bertujuan untuk mengurangi genangan yang sering terjadi di daerah tersebut, terutama saat musim hujan tiba.

”Untuk penanganan banjir tahun depan, fokus kami meliputi tiga kegiatan utama, yaitu pengadaan stasiun pompa, normalisasi saluran melalui operasional alat berat, dan peningkatan drainase tersier dan sekunder di beberapa lokasi untuk mengantisipasi banjir on the spot,” ungkap Suhar.

Suhar menyampaikan, tahap awal, pihaknya akan membangun tiga stasiun pompa banjir di wilayah Jodoh dan satu stasiun pompa lagi di wilayah Baloi.

”Stasiun pompa banjir akan kita bangun di muara-muara untuk membuang air ke laut. Lokasi pertama yang dipilih adalah Pasar Induk Jodoh, karena wilayah ini termasuk yang paling rawan tergenang,” tambahnya.

Meskipun pengadaan stasiun pompa banjir baru dimulai dengan satu unit, Suhar optimistis hal ini akan membantu mengurangi intensitas banjir di beberapa wilayah, seperti Nagoya, Jodoh, dan sekitarnya.

”Meskipun baru satu stasiun yang tersedia, paling tidak ini bisa mengurangi genangan di beberapa titik seperti wilayah Martabak Har di Nagoya, Jodoh, dan area sekitarnya,” jelas Suhar.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan pentingnya pembangunan stasiun pompa banjir di Batam, mengingat selama ini penanganan banjir hanya mengandalkan aliran air secara alami melalui gravitasi.

Air hujan yang melimpah sulit mengalir dengan cepat ke tempat pembuangan, terutama di wilayah datar yang elevasinya tidak jauh dari permukaan laut.

Sementara itu, Kepala Bidang Sumber Daya Air DBMSDA Kota Batam, Wan Taufik, merinci, dari total anggaran Rp32,4 miliar yang diusulkan untuk penanganan banjir 2025, sekitar Rp18,9 miliar dialokasikan untuk pembangunan stasiun pompa beserta bangunan pelengkapnya.

Selain itu, Rp8,4 miliar digunakan untuk pembangunan dan peningkatan drainase, serta Rp5,1 miliar dialokasikan untuk normalisasi saluran.

”Usulan anggaran untuk tahun 2025 ini dirancang agar penanganan banjir di Batam dapat dilakukan secara efektif dan bertahap, mengingat permasalahan banjir masih menjadi tantangan besar bagi kota ini,” ungkap Wan Taufik.

Dengan berbagai upaya ini, diharapkan banjir yang selama ini mengganggu aktivitas warga Batam dapat diatasi, sehingga tidak lagi menimbulkan kerugian material dan gangguan pada kegiatan masyarakat dan dunia usaha sehari-hari.

Sementara itu, cuaca ekstrem masih akan melanda Batam dengan hujan lebat disertai petir serta angin kencang yang berlangsung beberapa hari ke depan.

Wilayah yang terdampak meliputi Belakangpadang, Batuampar, Sekupang, Nongsa, Lubukbaja, Galang, Bengkong, Batam Kota, dan sekitarnya.

BMKG telah mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi hujan lebat yang akan terjadi hingga pukul 14:30 WIB. (*)

 

Reporter : ARJUNA, AZIS MAULANA, RENGGA YULIANDRA

spot_img

Baca Juga

Update