batampos – Kronologis keributan di Bandara Hang Nadim Batam, cukup simpang siur. Ada beberapa versi, penyebab keributan yang terjadi, Minggu (25/6) lalu itu.
batampos.co.id merangkum kronologis kejadian dari dua sisi yang bertikai, taksi online dan taksi bandara.
Dari versi pihak taksi online, mengatakan keributan tersebut berawal dari pemasangan plang titik penjemputan. Pemasangan itu dinilai cacat hukum bahkan dilakukan sepihak.
“Itu yang pasang taksi bandara. Sampai sekarang tidak ada kesepakatan titiknya,” kata Penasehat Aliansi Driver Online Batam (ADOB), Wijaya.
Pemasangan plang sepihak ini, menjadi penyebab keributan tersebut. Wijaya mengatakan, titik pemasangan plang itu, hanya sebagai lokasi driver online menunggu penumpang.
Baca Juga: Keributan Pecah di Bandara Hang Nadim
“Disitu titik menunggu, supaya tidak menimbulkan kemacetan. Bukan titik jemput,” ungkapnya.
Selain pemasangan plang. Wijaya mengatakan, keributan disebabkan intimidasi oleh taksi bandara terhadap penumpang menggunakan taksi online.
Bagi Wijaya, asalkan melewati gerbang Bandara Hang Nadim, seharusnya tidak dipermasalahkan lagi untuk dijemput.
“Asal tidak menimbulkan kemacetan saja,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Manajer Operasional Taksi Bandara, Rusmini Simorangkir mengatakan, riak-riak keributan sudah dimulai sejak Jumat (23/6). Ketegangan kedua belah pihak, akhirnya dapat ditenangkan, setelah keluarnya lokasi titik jemput taksi online.
Rusmini menyebutkan, titik jemput disepakati dekat jalan masuk ke kargo baru bandara atau di samping kanan Masjid Tanjak. Sebagai penanda, dipasang spanduk selebar 4 x 1 meter.
“Penentuan ini, sudah berdasarkan kesepakatan bersama. Ada perwakilan taksi online. Kami menerima kesepakatan itu,” ujar Rusmini.
Baca Juga: Pengamat Nilai Keributan di Bandara, Tampar Wajah Pariwisata Batam
Lalu, Minggu (25/6), spanduk tersebut sudah tidak ada. Bahkan salah seorang oknum taksi online mengambil penumpang di bundaran elang, Bandara Hang Nadim.
“Mereka (taksi online), sudah berulah berulang kali. Kami sudah tegur, jika tidak ada petugas. Kadang mereka masuk lebih dari ketentuan,” ujar Rusmini.
Kedua pihak memiliki versi berbeda, soal keributan tersebut. Banyak pihak meminta, keributan ini tidak berulang dan dapat segera ditangani.
Pengamat pariwisata dan juga mantan ketua PHRI Batam, Muhammad Mansyur mengatakan, kejadian ini dampaknya multi efek. Keributan ini, dipertontonkan di lokasi wisatawan masuk dan keluar dari Batam.
“Ini malu-maluin pariwisata saja,” ujar Mansyur.
Mansyur mengatakan, dari awal permasalahan taksi online dan pangkalan ini, tidak tuntas dibahas. Permasalahan ini masih menggantung di beberapa lokasi.
“Apa yang kami takutkan, terjadi juga. Meskipun beberapa waktu lalu, kami mendengar ada surat perjanjian,” tuturnya.
Baca Juga: Kapolresta Mediasi Massa Taksi Bandara dan Online
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Batam Rafki Rasyid mengatakan, persoalan taksi online dan bandara ini, menimbulkan preseden buruk bagi Batam sebagai daerah tujuan investasi.
“Jika dibiarkan berlangsung lama, perlahan lahan akan mengganggu dunia usaha. Yang paling terdampak lebih dulu ada sektor pariwisata,” kata Rafki.
Rafki berharap pihak yang bertikai untuk sama-sama menahan diri, dan mencari penyelesaian masalah.
“Kepada pemerintah dan pihak terkait lainnya kita minta segera mengambil langkah langkah penyelesaian dan memfasilitasi perundingan kedua belah pihak yang bertikai. Perlu secepatnya diambil tindakan penyelesaian. Jangan dibiarkan berlarut larut,” ujar Rafki.
Rafki menilai, pemerintah perlu berhati-hati menyikapi dan membuat keputusan, atas permasalahan taksi online dan pangkalan ini.
Selain itu, Rafki melihat, selama ini belum ada penyelesaian yang komprehensif, dan final terkait keberadaan taksi online di Batam. Ia mengatakan, keputusan yang dibuat di masa lalu, hanya bersifat temporer.
Baik Rafki atau Mansyur berharap, permasalahan ini dapat segera selesai. Sehingga, tidak memberikan dampak ke sektor pariwisata, investasi atau keamanan. (*)