batampos – Praktik prostitusi online yang melibatkan kaum pelajar di Batuaji dan Sagulung kembali disorot masyarakat. Pasalnya, transaksi esek-esek tersebut makin masif terjadi.
Ini menjadi kekhawatiran serius para orangtua, sebab anak mereka bisa saja terjerumus menjadi korban ataupun pelaku praktik prostitusi ini. Masyarakat berharap pihak berwenang serius memperhatikan persoalan ini.
Penegakan hukum dari pihak kepolisian sa-ngat diperlukan untuk menye-lamatkan generasi muda dari praktik pergaulan bebas ini. Begitu juga dengan dinas terkait yang berwenang mengawasi hotel, wisma, atau tempat penginapan lainnya untuk memperketat pengawasan di lapangan. Hotel dan tempat pengi-napan yang melayani praktik prostitusi anak bawah umur ini sudah seharusnya mendapat sanksi yang tegas.
“Pemerintah baru ini fokusnya mempersiapkan generasi emas untuk Indonesia yang lebih baik. Generasi emas ini ya anak-anak kita ini. Tolong ini diperhatikan karena semakin masif dan terang-terangan praktik prostitusi online yang melibatkan anak-anak sekolah ini,” ujar Suherman, warga Bukit Tempayan, Kecamatan Batuaji.
Sulaiman sendiri mengaku sering memergoki aktivitas anak di bawah umur yang menyimpang. Sebagai sopir taksi online yang kerap mangkal di kawasan perhotelan dan wisma malam hari, ia sering mengantar penumpang dari kalangan pelajar usai melakukan transaksi di hotel kelas melati.
“Tahu kita dari gerak-gerik mereka ketika keluar dari hotel. Saya sering ngobrol dengan mereka dan memang ke sana arahnya. Jual diri. Padahal masih sekolah. Ini kan miris,” tutur Sulaiman. “Orangtua mungkin di rumah pikir anaknya sedang kerja kelompok atau belajar, rupanya check in ke hotel. Bahkan ada yang berkeliaran di sekitar hotel sampai subuh,” tambah dia.
Warga yang berdiam dan berjualan di sekitar Ruko Limanda, Kelurahan Buliang, Batuaji, juga menyampaikan hal yang sama. Praktik prostitusi online anak di bawah umur makin marak.
Setiap malam, banyak anak remaja yang keluar-masuk hotel melati di sekitar ruko tersebut. Bahkan kafe remang-remang juga ramai dengan gadis di bawah umur.
“Semakin ramai sekarang dengan anak-anak sekolah ini. Setiap malam itu. Keluar dari kafe, kadang langsung check in ke hotel. Semakin mengkhawatirkan lingkungan kami ini,” kata Saurma, warga Perumahan Pandawa, Batuaji.
Apa yang dikhawatirkan masyarakat ini pernah dibuktikan jajaran Polsek Batuaji dan Seibeduk beberapa waktu lalu. Bahkan menurut Polsek Seibeduk, muncikari janda muda kerap menyalurkan anak di bawah umur atau pelajar ke pria hidung belang. Meskipun lokasi pengungkapannya di Kampung Aceh, Mukakuning, ia tinggal di Batuaji, dan sering beraksi di Batuaji.
Demikian dengan Polsek Batuaji yang pernah mengungkap jaringan prostitusi yang melibatkan anak di bawah umur ini. Muncikarinya bahkan juga siswi yang masih aktif sebagai pelajar waktu itu. Ini hendaknya menjadi perhatian serius dari aparat penegak hukum agar praktik prostitusi online anak di bawah umur ini bisa diberantas.
Sementara di lapangan, Batam Pos juga mendapati maraknya praktik prostitusi terselubung anak di bawah umur. Aplikasi MiChat menjadi media favorit bagi pelaku ataupun penikmat layanan prostitusi terselubung tersebut.
Penelusuran Batam Pos menunjukkan bahwa pelaku prostitusi ini terang-terangan menawarkan jasa mereka pada keterangan profil aplikasi. Tulisan beragam, mulai dari “terima short time” hingga “temani pelanggan semalaman”.
Pelaku prostitusi juga sudah memiliki lokasi hotel atau wisma langganan sehingga transaksi berlangsung di hotel atau wisma yang sudah mereka tentukan. Tarif yang ditawarkan berkisar dari Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta.
Ls, salah satu pelaku prostitusi yang berhasil dihubungi menuturkan, praktik seperti ini sudah lama berlangsung dan bukan rahasia umum lagi bagi para pria yang ingin menikmati jasa layanan esek-esek tersebut. Pelaku prostitusi diakui sangat banyak.
Aktivitas mereka ada yang dikoordinasi oleh muncikari serta ada juga yang bergerak sendiri.
“Kalau saya sendiri. Karena ada layanan massage juga,” ujar Ls.
Praktik prostitusi online ini memiliki beragam modus. Mulai dari terang-terangan hingga bermoduskan pijat atau massage.
Aktivitas massage plus-plus ini marak di perhotelan sebab lokasi massage yang sebelumnya cukup marak di sana sudah banyak tutup. Pelaku massage kini pindah ke hotel dan bekerja secara mandiri.
Polsek Batuaji saat kembali dikonfirmasi mengaku masih intens dengan pengawasan dan penindakan di lapangan. Praktik prostitusi ataupun kenakalan remaja pada umumnya masih menjadi perhatian dalam berbagai kegiatan penertiban dan pengawasan.
“Itu tetap kita perhatikan. Kita pantau. Tapi yang jauh lebih penting adalah pengawasan orangtua di rumah. Kami tak bosan-bosan untuk menyampaikan ini agar perhatikan kegiatan anak di rumah. Anak keluar malam harus diperhatikan. Kalau kelamaan segera jemput atau telepon suruh pulang. Bila perlu jangan izinkan keluar di malam hari,” imbau Kanit Reskrim Polsek Batuaji Iptu Andi Pakpahan. (*)
Reporter : Eusebius Sara