Jumat, 22 November 2024

Lebih dari Sepekan Air Tak Mengalir di Tanjunguncang dan Sengkuang, 8.000 Pelanggan Terdampak

Berita Terkait

spot_img
Ilustrasi.

batampos – Lebih dari sepekan belakangan persoalan air kembali resahkan masyarakat Batam. Ada sekitar 8.000 pelanggan yang terdampak, meliputi wilayah seperti Tanjunguncang dan Tanjungsengkuang.

Masalah dipicu karena penurunan produksi air di IPA Muka Kuning dan Duriangkang. Petugas dari PT Air Batam Hilir (ABH), tengah menggesa pengerjaan agar suplai air atau produksi bisa bertambah.


Corporate Communication PT ABH, Ginda Alamsyah memaparkan bahwa sistem aliran air yang terintegrasi dari satu daerah ke daerah lain di Batam menyebabkan gangguan pada sebagian wilayah. PT ABH tengah berupaya maksimal dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, salah satunya dengan menaikkan produksi di IPA Mukakuning 2 (MK2).

Baca Juga: Tim Amsakar Achmad Bekali Relawan dengan Sejumlah Strategi, Siap Menangkan Amsakar Achmad dan Li Claudia

Saat ini, PT ABH sedang meningkatkan produksi di IPA MK2 sehingga pelanggan yang mati air atau kekurangan air, keluhannya bisa teratasi.

Akibat dari itu semua, ada beberapa wilayah terdampak, diantaranya Tanjunguncang, Sei Lekop, dan sekitarnya. Juga di daerah Tanjungsengkuang, beberapa kawasan di Bengkong, dan sekitarnya.

“Masalahnya debit air yang kurang. Sekarang kita tengah menggesa. Harusnya bisa lebih cepat karena itu kebutuhan mendasar buat masyarakat,” katanya, Senin (29/7).

Ginda tak bisa memastikan kapan masalah itu terselesaikan. Sebagai operator dan maintenance, pihaknya harus berkoordinasi dulu dengan SPAM Batam terkait persoalan itu.

Meski demikian, PT ABH telah berupaya mencukupi kebutuhan air untuk keperluan harian pelanggan yang terdampak dengan penyaluran tangki air. Kata dia, setiap daerah bervarian kebutuhannya. Misal di Tanjungsengkuang, bisa 4-6 tangki dalam sehari.

Baca Juga: Janji Ungkap Kasus Kejahatan di Batam, Kapolresta: Semua Pelakunya Bisa Ditangkap

“Ada beberapa daerah yang dikoordinator oleh RT untuk pemenuhan air bersih dari water tangki yang kami distribusikan. Namun, beberapa daerah yang berada dielevasi bawah masih mengalir walaupun sedikit,” kata Ginda.

Soal gangguan suplai air bersih di Batam kerap kali diingatkan oleh Ombudsman RI perwakilan Kepri. Keluhan masyarakat makin hari kian meluas.

“Banyak pipa-pipa yang jadi pemicu penurunan debit air. Apapun itu, ini bentuk kegagalan SPAM Batam dan operator. Seharusnya mitigasi dan antisipasi terkait perosoan air ini, baik hulu sampai hilir ke pelanggan sudah dituntaskan,” kata Kepala Ombudsman RI perwakilan Kepri, Lagat Parroha Patar Siadari.

Belum lagi mengenai pipa air yang kerap bocor. Bagi Lagat, sudah waktunya dilakukan peremajaan pipa. Selain itu, ia risau konsorsium air bersih di Batam hanya mengandalkan pemasukan atau pendapatan dari bisnis air.

Baca Juga: TPS Baru Beroperasi di Sagulung, Hasilnya Mulai Tampak

“Apakah ada nilai investasi BP Batam terhadap pengelolaan air ini? Karena selama ini kita tidak dengar ada nilai investasinya. Saya khawatir ini hanya mengandalkan pemasukan pendapatan dari air. Kalau itupun, harusnya cukup karena air di Batam ini laris manis. Harusnya Pendapatan diputar lagi untuk pengembangan yang baik,” kata Lagat.

Ia harap, konsorsium air bersih dapat bekerja maksimal dalam memenuhi kebutuhan hak dasar masyarakat di Batam. Pelanggan membayar untuk itu, maka mereka berhak mendapatkan pelayanan yang optimal.

“Kalau kita komparasikan dengan masa ATB, jelas ATB lebih baik dari yang sekarang ini. Itu fakta yang tidak terbantahkan. Ingat, masyarakat bayar. Mereka berhak mendapatkan pelayanan air bersih yang terbaik,” ujar dia. (*)

 

Reporter: Arjuna

 

spot_img

Baca Juga

Update