batampos – Konselor Keluarga, Suryani mengatakan ketahanan keluarga menjadi salah satu persoalan sekaligus tantangan. Dewasa ini, fakta makin maraknya anak remaja yang mengalami penyimpangan seksualitas menjadi pekerjaan rumah yang harus dicarikan solusinya.
Pentingnya parenting atau pendidikan dalam pengasuhan bisa menghindari anak dari pergaulan yang salah atau menyimpang. Remaja yang memasuki fase pencarian jati diri, sering terjerumus dalam pergaulan yang menyimpang ini.
Suryani menyebut setiap tahun perkembangan LGBT di Batam mengalami peningkatan. Sepengalaman di tahun 2016 lalu, terdapat sedikitnya 3.000 orang, yang tergabung di komunitas ini, dan yang paling banyak di Batam.
Perilaku atau gaya hidup yang menular ini menjadi tantangan bagi orangtua dalam menyiapkan generasi berikutnya, bahkan sejak lahir. Melihat perkembangan kasus penyimpangan seksualitas yang semakin tumbuh ini, mengundang kekhawatiran dan keprihatinan dari orangtua.
Baca Juga:Â Pengakuan Seorang LGBT di Batam: Targetnya Anak-Anak
Banyak kasus yang terjadi, orangtua tidak mengetahui perkembangan seksualitas anak mereka. Anak- anak generasi sekarang memiliki akses yang luar biasa, dan berbeda dengan jaman dulu.
“Sekarang kalau komunikasi dengan anak, tidak bisa lagi pakai bahasa “ibu dulu nak,” karena jamannya berbeda,” kata dia saat ditemui di wilayah Batamcenter, Senin (23/10).
Tantangan menjadi orangtua kini terasa lebih berat. Perilaku menyimpang ini., sebenarnya bisa dicegah. Menurut mantan anggota DPRD Provinsi Kepri ini, pertama kuncinya ada pada orangtua. Pola asuh adalah hal yang utama. Kenalkan anak mengenai seksualitas mereka. Anak perempuan diberi kesempatan dekat dengan ayah, begitu juga dengan anak lelaki juga harus dekat dengan ibu.
“Indonesia ini julukannya fatherless. Ada bapaknya, tapi jiwanya tidak ada. Banyak kasus ini juga melatarbelakangi anak salah dalam mengenali seksualitas mereka,” ujarnya.
Orangtua bisa memulai langkah pencegahan, agar anak- anak mereka berada di jalur yang sebenarnya, dan sesuai dengan gender mereka. Ketahanan keluarga sangat penting, dan tidak bisa lepas dari peran ayah dan ibu dari rumah.
Baca Juga: MUI Kecam Komunitas LGBT di Batam, Ini Penjelasannya
Perilaku menyimpang ini bahkan sudah masuk pada sekolah- sekolah berasrama. Kemudahan akses informasi dari internet juga turut mendorong anak-anak jadi kesulitan mengenali seksualitas mereka.
Orangtua bisa memulai pendidikan identifikasi seksualitas sejak kecil. Misalnya menjelaskan bagian tubuh mereka, perubahan yang terjadi pada tubuh, termasuk seksualitas mereka.
“Jika lelaki harus memiliki rasa suka terhadap perempuan, begitu juga sebaliknya.Identifikasi yang jelas, ini yang paling penting sedini mungkin. Sehingga orangtua bisa mengenali orientasi seksual mereka dengan benar,” ungkapnya.
Harus diakui, untuk saat ini banyak orangtua yang tidak memiliki perhatian dan sering abai betapa pentingnya identifikasi seksualitas ini. Banyak orangtua yang memiliki keterbatasan dalam penyampaian edukasi seks sedini mungkin.
Berdasarkan pengalaman, banyak ditemukan anak- anak yang kurang perhatian di rumah tangga, juga menjadi salah jalan, termasuk dalam mengelola orientasi seksual mereka. Anak berusaha mencari sosok atau hal yang membuat mereka penasaran. Rasa terabaikan di keluarga juga mendasari mereka salah mengenali diri mereka.
“Ini harus menjadi perhatian dari orangtua. Kesadaran menjalani peran orangtua saat ini berbeda dengan dulu. Perkembangan teknologi juga membuat penyebaran paham ini meluas. Di tambah peran publik figur yang memberikan contoh. Jadi anak ini melihat role model mereka di dunia luar, karena di rumah tak didapatkan,” bebernya.
Baca Juga:Â Ini Fakta Pria Berusia 37 Tahun yang Gauli Remaja 14 Tahun di Nongsa
Pola pendidikan sangat penting. Dari sedini mungkin orangtua bisa mengidentifikasi kesukaan atau orientasi anak. Hal ini bukan berarti anak gemulai diindikasikan menyimpang. Namun hal itu menjadi bahan da perhatian dari orangtua, dalam mendidik anak sesuai dengan jalur yang tepat.
Pendidikan agama juga tidak kalah penting. Tanamkan iman dan ajaran agama sejak dini. Bekali anak dengan hal baik, tentu hal ini tiangnya di orangtua. Sehingga orangtua bisa mengetahui orientasi anaknya. Hal ini bisa menjadi tindakan pencegahan agar anak tidak terjerumus pada penyimpangan seksual.
“Ketika anak mengutarakan rasa suka mereka terhadap lawan jenis, harus diapresiasi, hal itu membuktikan masa orientasi seksual mereka berjalan dengan benar. Bagian dari orangtua adalah menata, mendidik mereka agar mengelola emosional atau perasaan sesuai dengan usia mereka. Jangan sampai mereka lepas dari pantauan, dan salah jalan,” beber Suryani.
Ia menyebutkan penyimpangan seksual ini bisa dicegah, dan anak bisa tumbuh di jalurnya. Penguatan dan pengenalan pendidikan sejak dini ini yang harus menjadi pekerjaan rumah dari orangtua. “Jadi anak mengenali gender mereka. Sehingga mereka tahu harus bagaimana dan mengelola orientasi seksual mereka. Anak- anak jadi tahu kalau mereka perempuan harus apa, begitu juga anak lelaki,” ungkapnya.
Peran penting orangtua, dan pola asuh yang baik dan benar akan mempengaruhi seksualitas anak berkembang dengan baik. Selain itu faktor berikutnya yang bisa mencegah anak tidak terjerumus pada pergaulan yang salah.
“Sekali lagi yang paling penting itu adalah orangtua. Peran orangtua bisa mendampingi tumbuh kembang anak mereka. Jangan abaikan kondisi anak berkembang, tanpa pengawasan orangtua, yang membuat anak mencari jati diri ke sosok yang lain,” ungkapnya.
Baca Juga: Remaja Paling Mudah Dipengaruhi LGBT
Menurutnya,orangtua adalah orang pertama yang bisa membaca ada perubahan pada anak mereka. Orangtua jangan bersikap skeptis ketika anak mengutarakan perasaan mereka terhadap lawan jenis.
“Kebanyakan sekarang itu bilangnya, jangan pacaran, fokus belajar saja. Sehingga anak itu, berfikir sama lawan jenis dilarang, kalau sama anak sejenis tidak masalah. Nah, ini puncaknya. Makanya orangtua yang berperan dalam mengenali anaknya,” jelasnya.
Selanjutnya, orangtua juga bisa memilihkan lingkungan yang baik untuk menopang pertumbuhan anak. Banyak kasus, anak yang tumbuh di keluarga bagus, namun ketika berada di lingkungan tidak baik, menjadi penyebab anak terjerumus dalam perilaku LGBT.
“Dan kalau sudah terlibat, biasanya akan berlanjut menjadi pelaku. Sehingga perilaku menyimpang ini terus menyebar. Orang normal bisa berbelok, karena kuatnya komunitas ini melakukan tindakan pendekatan mereka,” kata dia. (*)
Reporter: YULITAVIA