batampos – Limbah glasswool atau busa peredam yang biasa digunakan di industri galangan kapal menumpuk di pinggir jalan menuju lokasi galangan kapal di Jalan Brigjen Katamso, Tanjunguncang. Limbah ini bisa jadi sumber penyakit bagi masyarakat atupun pekerja galangan sebab sudah rapuh dan berterbangan saat ditiup angin.
Masyarakat ataupun pekerja yang melewati lokasi jalan menuju kawasan galangan kapal ini sering menghirup serbuk limbah yang tertiup angin.
Siswono, pekerja galangan kapal yang selalu melewati lokasi tumpukan limbah busa peredam ini mengaku sudah seminggu melihat keberadaan limbah tersebut. Saat hari hujan pengendara aman melintasi lokasi jalannya, namun saat panas terik, udara sekitar berubah jadi badai debu limbah tersebut.
Baca Juga:Â Cerai Gugat Dominan di Batam, Dipicu Suami Tak Bertanggung Jawab
“Sesak napas kita kalau tak pakai masker. Itu limbah rapuh jadi serbuk kecil dan berterbangan. Itu seharusnya tak boleh dibuang sembarangan. Itu limbah busa peredam di mesin kapal biasanya,” kata Siswono.
Informasi yang disampaikan masyarakat, limbah tersebut diduga berasal dari perusahaan yang melakukan pemotongan galangan kapal. Masyarakat berharap agar instansi pemerintah terkait segera merespon sehingga limbah tersebut segera diatasi.
“Bila perlu kasih sanksi kepada perusahaan yang membuangnya. Ini berbahaya karena serbuknya itu bahaya sekali,” ujar Agus, warga lainnya.
Baca Juga:Â Harga Beras Premium Naik, Berharap Ada Operasi Pasar
Seperti diketahui glasswool adalah bahan isolasi yang terbuat dari serat kaca yang disusun menggunakan pengikat menjadi tekstur yang mirip dengan wol atau bulu domba. Prosesnya memerangkap banyak kantong udara kecil di antara kaca, dan kantong udara kecil ini menghasilkan sifat insulasi termal yang tinggi.
Jika sudah habis limit pemakaian, maka bahan tersebut akan menjadi lapuk dan sangat mudah diterbangkan angin. Glaswoll tersbut sangat berbahaya terhadap kesehatan, dapat mengakibatkan kulit gatal dan juga iritasi. (*)
Reporter: Eusebius Sara