batampos – Kematian Anang, nelayan Pulau Abang yang tenggelam saat menyelam barang antik di perairan Laut China Selatan beberapa waktu lalu masih jadi perbincangan hangat masyarakat pulau. Masyarakat berharap aktifitas eksploitasi barang antik secara ilegal ini segera dihentikan.
“Sangat beralasan karena sifatnya ekspolitasi tentu merugikan negara. Kedua sudah banyak makan korban jadi memang harus dihentikan biar tak ada lagi korban berikutnya,” ujar Hasan, masyatakat Pulau Bulang.
Dijelaskan sumber di lapangan, penyelaman barang antik ataupun harta karun di perairan dalam sudah jadi rutinitas sebagian masyarakat di wilayah Kecamatan Galang, khususnya nelayan-nelayan pulau di sana. Mereka terpaksa melakukan karena tergiur dengan upah yang tinggi.
Baca Juga:Â Kenali Gejala Penyakit Jantung Pada Wanita dan Risikonya
Penyelaman barang antik ini bermodalkan peralatan selam ala kadarnya saja. Pemodal penyelaman disebutkan kolektor barang antik asal Batam. Barang antik dari lautan dalam lokasi kapal karam diangkat kemudian dijual lagi ke peminat barang antik dengan harga yang tinggi.
Yang lebih parahnya lagi aktifitas ilegal ini disebutkan sudah banyak memakan korban nyawa karena peralatan selam yang sederhana. Kecelakaan ini sengaja didiamkan karena banyak pihak terlibat dengan aktifitas tersebut. Sebagian nelayan yang prihatin akhirnya angkat suara berharap Anang adalah korban yang terakhir.
“Harapannya agar ini segera dihentikan. Pengawasan terhadap kegiatan ilegal di laut tidak saja pencurian ikan atau udang tapi juga barang antik ini,” harap Ijal, warga lainnya.
Baca Juga:Â Polda Kepri Amankan Tersangka Penggelapan Miliaran Uang Konsumen
Seperti diketahui Anang, seorang nelayan asal Pulau Abang, Kecamatan Galang tewas tenggelam di Perairan Laut China Selatan, Minggu (5/12). Pria 50 tahun ini tenggelam saat selam mencari harta karun dan barang antik. Nyawanya tak tertolong sebab saat dievakuasi ke kapal yang ditumpangi sudah meninggal dunia.
Informasi yang didapat, korban menyelam bersama beberapa penyelam lainnya sebagai orang upahan dari seorang pengusaha di Kota Batam yang memang menampung barang antik. Diinformasikan alat bantu pernapasan korban saat berada di laut dalam macet dan korban terjebak dalam bangkai kapal karam. Korban meninggal karena kehabisan oksigen.
“Sudah sering terjadi seperti itu. Penyebabnya macam-macam. Kadang oksigen habis karena kompresor macet, kadang kejepit juga juga di bangkai kapal. Sudah banyak korban cuman jarang terekspose selama ini,” ujar sumber di lapangan yang tak mau namanya disebutkan. (*)
Reporter : Eusebius Sara