Senin, 27 Januari 2025

Mengenal Lebih Dekat Herlina Setyorini, Srikandi Pertama yang Memimpin Korps Adyaksa Batam

Sempat Melamar Jadi Karyawan Bank, Masuk Kejaksaan Lewat Jalur Prestasi

Berita Terkait

spot_img
Kajari Batam Herlina Setyorini. F. Dalil Harahap

Karir Herlina Setyorini selalu moncer di ruang lingkup Korps Adhyaksa. Memiliki sifat ramah dan energik, wanita kelahiran Kota Wali Demak, Jawatengah ini sudah tiga kali menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri. Kini, ia menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Batam. Srikandi pertama yang menduduki pucuk pimpinan Korps Adyaksa Batam. Semua sukses karirnya, berawal dari rida orang tua.

BATAM, Yashinta


AROMA wangi menyergap hidung dari balik pintu lantai 4 Kantor Kejaksaan Negeri Batam, di Batamcenter. Seorang wanita berkulit putih dan bertubuh tegap mengucapkan selamat datang dengan senyum ramah. Ia memakai baju dan celana cokelat panjang, juga kerudung berwarna krem. Ada lencana melati 3 di pundaknya. Ya, jelas pakaian yang digunakan wanita itu adalah seragam Adhyaksa.

“Silahkan masuk, maaf baru sempat ketemu. Kebetulan, sejak awal masuk banyak agenda,” ujar wanita itu sembari terus tersenyum menyambut kedatangan Batampos, pekan lalu di bulan Juli 2022.

Ia adalah, Herlina Setyorini, srikandi pertama yang menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Batam. Resmi duduk di pucuk pimpinan Kantor Kejari Batam sejak 8 Maret 2022. Jabatan sebelumnya Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara (Asdatun) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Banten. Namun ia juga pernah menjabat sebagai Kajari Kudus dan Kajari Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan.

Beberapa kali menjabat sebagai pimpinan Kejaksaan Negeri tak lantas membuat Lina -panggilan akrab Herlina- sombong. Justru ia terlihat sangat ramah dan bersahaja. Ia adalah sosok mandiri, energik dan merangkul. Tak heran, Lina mudah membuat suasana cair saat berhadapan dengan siapapun, termasuk orang baru.

Sifat ramah dan bersahaja Lina ternyata di dapat dari kedua orang tuanya. Ayahnya (almarhum), sosok tegas merupakan pensiunan TNI AD yang juga pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Demak. Sedangkan ibu dari Lina merupakan seorang guru, sosok yang lembut dan sederhana. Sebagai anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, juga menjadikan Lina seorang yang mandiri.

“Rida dan doa dari orang tua menjadi pendukung utama karir saya. Beliau memberikan saya banyak pelajaran, yang akhirnya membuat saya mengerti luar biasanya Rida orang tua. Yang jelas sejak kecil, saya sudah belajar mandiri,” imbuh ibu tujuh anak ini.

Sewaktu muda, ternyata Lina punya keinginan menjadi pramugari. Baginya, seorang pramugari bisa terbang kemana saja. Namun itu dulu, sebelum masuk sebagai mahasiswi Fakultas hukum di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawatengah. Mengambil jurusan Hukum Perdata, Lina muda ingin bekerja di perbankan. Ia pun tekun belajar hingga akhirnya lulus dengan nilai memuaskan. Ia mendapat peringkat kedua tertinggi saat kelulusan tahun 1994.

Bermodalkan keinginan, Lina memasukkan lamaran kerja di BNI 46. Disaat hampir bersamaan juga, Lina diundang oleh Kejaksaan Agung melalui program prestasi untuk menjadi pegawai Kejaksaan. Lina sempat berkeinginan menolak undangan Kejaksaan itu. Pekerjaan impiannya sebagai pegawai bank sudah di depan mata. Ia yakin bisa lulus di BNI 46, karena prestasi selama kuliah.

Namun, kedua orang tuanya menolak. Mereka tak setuju Lina kerja di bank. Bagi orang tua Lina, pegawai negeri adalah pilihan tepat. Tapi tidak bagi Lina, menurutnya pegawai bank lebih sejatera, karena itulah ia mengambil jurusan Hukum Perdata.

“Jujur saya dilema banget. Yang satu adalah pekerjaan impian saya, yang satunya adalah keinginan orang tua,” ungkap Lina yang rutin untuk berpuasa Senin-Kamis ini.

Dilema semakin memuncak saat namanya keluar sebagai pegawai BNI 46 yang diterima. Impiannya tinggal selangkah lagi jadi pegawai bank. Tapi ternyata, Lina memilih mengubur impian itu. Ia menurunkan ego sebagai anak. Tak ingin durhaka pada keinginan orang tua. Tak ingin melihat orang tua yang telah berjuang untuknya kecewa.

Ia pun memutuskan menerima undangan Kejaksaan Agung untuk mengikuti CPNS. Ia pun dinyatakan lulus, dan resmi menjadi CPNS Kejaksaan 1995. Tahun berlalu, Lina pun mengikuti ujian menjadi jaksa. Ia lulus, masuk sepuluh besar diklat pendidikan pembentukan jaksa. Dari situlah awal karir jaksa wanita kelahiran Demak, Jawa Tengah ini dimulai.

“Rida Allah dan orangtua makanya saya ada di Kejaksaan ini. Padahal dulunya saya ingin swasta. Tapi bagi saya, kebahagiaan orang tua lebih penting diatas segalanya, karena itu saya menurunkan ego dan mengikuti kemauan mereka. Sekarang saya mengerti kenapa orang tua inginkan saya jadi pegawai negeri. Tak harus jadi pramugari, pekerjaan ini juga membuat saya terbang kemana-mana,” imbuh Lina mengenang sembari tersenyum.

Untuk pekerjaan, Lina merupakan orang yang sangat supel dan merangkul. Ia juga bersahabat dengan siapa saja, tak heran setiap undangan kegiatan dari Forkopimda Kota Batam ia hadiri. Meski terlihat santai, ternyata Lina adalah sosok yang tegas dan cepat. Karena itu, ia sangat bersyukur, Kejaksaan Agung telah mengizinkan pegawai wanitanya mengenakan PDH celana panjang.

“Dua tahun lalu untuk PDH( pegawai wanita) sudah diizinkan celana panjang. Mungkin ini hikmahnya juga, agar saya bisa menyamai kerja laki-laki. Apalagi di Batam ini banyak pulau-pulaunya, yang tak mungkin saya memakai rok kesana kemari. Walau di rumah saya pakai daster,” ujarnya sembari tertawa.

Selama jadi jaksa, Lina beberapa kali menangani perkara besar. Diantaranya perkara tokoh besar Indonesia yang memiliki masa banyak. Selama proses perkara berlangsung, Lina selalu dibuat was-was. Ia harus mendapat pengawalan ketat agar tetap terlindungi. Banyak pihak yang mencoba mengintervensinya, namun gagal.

“Alhamdulillah banyak pihak yang menguatkan, terutama keluarga dan suami. Benar-benar lega saat perkara itu selesai di Pengadilan,” kenang Lina mengingat.

Sebagai Kejari Batam, Herlina ingin memberikan contoh yang baik. Ia ingin menciptakan tata pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih “Good governance dan Clean Goverment. Karena itu, apapun permasalahan yang ada harus diselesaikan secara profesional. Menjalankan apa yang sebenarnya harus dijalankan sesuai dengan tupoksinya.

“Sebagai Kajari bukan hanya untuk komando saja. Tapi bisa menyampaikan apa yang semestinya. Saya meminta para jaksa melaksanakan tugas secara profesional dan berintegritas dengan berpedoman pada Tri Krama Adhyaksa,” tegas Lina.

Untuk Kejari Batam saat ini, beberapa program dari Kejagung pun tengah dijalankan, diantaranya program restorative justice (RJ) atau keadilan diluar pengadilan. Ada 6 perkara ringan yang memenuhi syarat di Kota Batam telah berhasil didamaikan melalui RJ.

Meski begitu, pihaknya masih terus melakukan sosilisasi RJ agar semua masyarakat bisa tahun manfaat dari RJ. Disisi lain, menurut Lina saat ini Kejari Batam juga fokus untuk zona integritas menuju satuan kerja Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK), melalui innovasi yaitu E PTSP Kejari Batam.

Diungkapkan Lina, setinggi apapun jabatannya kini, ia tetap seorang anak, istri dan ibu dari tujuh anaknya. Karena itu, ia pasti menyempatkan waktu pulang sekali dalam dua minggu untuk bisa bersama keluarga besar. Apalagi, ia dan suami yang juga menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Pasuruan, Jawatimur, Ramdhanu Dwiyantoro, harus hidup terpisah karena tuntutan tugas.

“Bagaimanapun jabatan saya, saya adalah pendamping suami. Saya seorang ibu yang harus merawat dan membesarkan anak-anak. Sebelum berkarir saya tanya ke suami, Alhamdulillah beliau mengerti, karena tujuan saya juga untuk membahagiakan orang tua, yang jasanya tak bisa saya balas,” ungkap Lina.

Wanita kelahiran 10 April 1972 ini membagikan tips hidup tenang, yakni menjalani dengan sabar dan senantiasa bersyukur. Lina juga tak lupa untuk tetap beribadah dan menjaga daya tahan tubuh dengan konsumsi vitamin. Dan yang paling penting itu baginya adalah Vitamin C. “Vitamin Cinta keluarga” ujarnya menutup wawancara dengan Batam Pos. ***

spot_img

Update