Jumat, 28 Juni 2024
spot_img

Menilik Sentuhan Kreatif UMKM Batam yang Bernilai Tinggi

Berita Terkait

spot_img
IMG 20240621 142809 287 scaled
Buah tangan dari para pelaku usaha di Kota Batam yang terpajang di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Layanan Usaha Terpadu (UPTD PLUT) UMKM Batam yang berada di kawasan Golden Prawn, Bengkong. Foto: Arjuna/ Batam Pos

batampos – Makin hari orang-orang tambah kreatif. Bayangkan saja, sisik ikan dijadikan bros berbentuk mawar, akar bakau dijadikan kerajinan seni rupa, sampai tulang ikan pun disulap jadi panganan.

Itu hanya sebagian saja. Masih banyak buah tangan dari para pelaku usaha di Kota Batam yang terpajang di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Layanan Usaha Terpadu (UPTD PLUT) UMKM Batam yang berada di kawasan Golden Prawn, Bengkong.

Batam Pos berkesempatan mengunjungi PLUT UMKM Batam ini, Jumat (21/6). Di sana, terdapat ratusan produk UMKM tempatan. Mulai dari makanan, kerajinan tangan, fashion, dan lain-lain. Harganya berkisar puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Semuanya terpampang rapi di etalase galeri. Namun, masih banyak rak-rak yang kosong, tak terisi.

Ratusan produk di PLUT UMKM Batam ini merupakan produksi dari 54 UMKM tempatan. Bahkan kadang bisa tembus 80 pelaku usaha. Pemerintah setempat memberikan laluan bagi para pelaku usaha yang mau menitipkan produk mereka, semua bebas, tapi bakal dikurasi secara kualitas dan lainnya.

PLUT ini disebut juga dengan nama Rumah UMKM. Di sana terdapat lima konsultan yang membidangi Sumber Daya Manusia (SDM), produksi, kelembagaan, pemasaran, dan pembiayaan.

Sejak gedung itu berdiri pada 2018 dan mulai aktif pada 2019 silam, setidaknya lebih dari seribu pelaku usaha atau UMKM dibina. “Untuk total pelaku usaha binaan kita ada 1.268,” kata salah seorang konsultan di PLUT UMKM Batam, Elfiyanti.

Sementara untuk produk primadona tetaplah makanan, apalagi yang berupa snack dengan ketahanan lebih dari seminggu. Diantaranya, keripik ikan dan keripik kari gonggong.

Pengelola pengennya PLUT ini jadi sentra oleh-oleh Batam. Namun karena belum ada kerja sama, pengelola tak berani menahan produk. Maklum saja, kunjungan di rumah UMKM ini terbilang minim. Paling banter ramainya pada saat ada event atau kegiatan saja.

“Pelaku usaha bebas mau menempatkan produk mereka ke sini atau tidak. Kita masih takut soalnya pengunjung sepi. Produk masih banyak di sini, nanti pelaku usaha terbebani kita juga begitu,” kata dia.

Hal itu menjadi catatan pemerintah dalam menggalakkan kembali minat masyarakat maupun pendatang ke PLUT UMKM Batam. Walau demikian, produk-produk di sana ternyata telah banyak go internasional.

Malaysia dan Singapura menjadi negara sasaran tujuan. Namun, masih belum bisa disebut sebagai ekspor dengan jumlah besar.

“Ada yang sampai ke negara tetangga. Tapi cuma sekedar buat oleh-oleh. Kapasitasnya belum ekspor, belum secara skala besar,” katanya.

Sementara untuk domestik, produk-produk sudah sampai ke luar pulau Sumatera, seperti Jawa hingga Kalimantan. Walau demikian, ada keluhan yang dirasakan pelaku usaha, yakni pajak dan cukai yang tergolong tinggi.

Elfiyanti mengatakan, bahwa pengiriman ke luar negeri lebih mudah ketimbang dalam negeri. Pelaku usaha mengeluhkan tingginya bea pajak, serta cukai, lantaran Batam merupakan daerah FTZ. Dia juga sudah meminta biaya-biaya tersebut diturunkan atau diberikan keringanan.

“Kalau dulu pengiriman barang bebas pajak. Sekarang berbeda. Pengiriman Batam ke luar negeri malah lebih mudah ketimbang antar daerah domestik. Tapi ada keuntungan juga dengan kemudahan pengiriman ke negara luar, karena yang beli negara seperti Singapura itu lebih tinggi, sehingga menjanjikan para pelaku UMKM,” ujarnya.

Terlepas dari itu, dia berharap kreatifitas para pelaku usaha terus diasah. Banyak hal-hal baru yang bisa digali sampai dapat dimanfaatkan menjadi sebuah produk bernilai tinggi. Pemerintah tentu terus melakukan pengawasan dan pembinaan sehingga UMKM di Bandar Dunia Madani terus berkembang. (*)

Reporter: Arjuna

spot_img

Update