Kasus bunuh diri dengan cara meloncat dari Jembatan Barelang akhir-akhir ini marak terjadi. Hal itu menimbulkan keprihatinan dan perhatian Muhammad Candra P Pusponegoro Al Jubron Fahirro. Ia merasa Jembatan Barelang perlu dirukiah.
ARJUNA, Batam
Pagi itu, sedari pukul 8.32 WIB saat langit sedang cerah-cerahnya, Candra melakukan serangkaian prosesi spiritual yang ia yakini. Mulai dari salat, sampai penyiraman air rukiah di sekitaran Jembatan I Barelang.
Mula-mula, dia membentangkan sajadah menghadap ke barat laut. Posisinya tepat di kiri luar pangkal Jembatan I Barelang. Dihadapannya ada empat botol minuman mineral ukuran besar yang berisi air bersih. Dia tampak khusyuk melaksanakan salat: dua rakaat salat sunah hajat, dilanjutkan salat ghaib empat kali takbir dan diakhiri pembacaan doa.
Selepas itu, Candra melanjutkan dengan menyirami area tempat ia salat dengan setengah botol air yang ia bawa tadi. Kemudian beranjak lagi menyusuri sisi kiri sampai ke tengah jembatan sambil mendirus air yang tersisa. Beberapa kali Candra juga terlihat menyemburkan air dari bekas tersebut ke laut.
Sejumlah warga, petugas Ditpam BP Batam, satu pejabat polisi, dan beberapa jurnalis mengikuti jalannya ritual tersebut. Setelah selesai, ia membeberkan musababnya merukiah Jembatan Barelang.
Baca Juga:Â Dua Koridor Baru Bus Trans Batam Segera Beroperasi, Ini Rutenya
Candra merasa ada ruh jahat di Jembatan I Barelang. Ketika salat pun ia mengaku merinding, lalu tiba-tiba haru, sedih. Perasaannya campur aduk. Semua mengalir begitu saja tanpa ada tendensi.
“Pertama salat hajat, kedua salat ghoib. Salat hajat bermohon kepada Allah. Allah tempat bergantung segala apa yang di langit dan di bumi. Salat ghaib, mungkin jembatan ini dulunya ada yang meninggal tapi enggak ketemu (jasadnya) atau sekarang enggak tau siapa orangnya. Mudah-mudahanan arwah almarhum almarhumah tenang di sisi Allah,” kata Ketua Yayasan An Nubuwwah itu.
Menurut apa yang ia yakini, bahwa rukiah jadi metode pengobatan dan penyembuhan dengan cara membacakan sesuatu pada orang yang sakit akibat dari sihir, gangguan iblis, jin, kerasukan, dan lain-lain. Sedangkan dalam syariat Islam, rukiah adalah pembacaan ayat-ayat Al Qu’ran dan berdoa khusus memohon dan meminta pertolongan Sang Pencipta untuk pengobatan atau pencegahan suatu bencana atau penyakit jasmani maupun rohani.
Perihal mengapa ia terpanggil merukiah Jembatan Barelang, itu karena terlalu banyak dapat keluhan dan aduan dari pasien-pasiennya. Puluhan orang blak-blakan merasa depresi, sampai-sampai terpanggil mengakhiri hidup di jembatan itu.
“Sebenarnya saya di Anggrek Sari (perumahan) itu ada klinik bekam. Dari 2020, banyak pasien yang saya rukiah juga. Ketika mereka depresi, halusinasi, itu kuat sekali terpanggil mengakhiri hidup di jembatan, semacam ada bisikan. Banyak sekali pasien seperti itu. Ini menjadi tanda tanya saya pribadi. Akhirnya saya bermunajat kepada Allah bagaimana cara mengatasinya secara syariat,” ujarnya.
Untuk konteks bunuh diri, kata Candra, bahwa dalam syariat Islam itu tindakan dosa besar. Masalah takkan selesai dengan bunuh diri. Sudah mati meninggalkan hutang, merepotkan ahli waris pula.
“Bunuh diri itu justru menyengsarakan buat yang meninggal dan yang hidup. Semua pihak jadi terganggu,” ujarnya.
Baca Juga:Â Cegah Aksi Bunuh Diri dan Tindakan Kejahatan Lainnya, Polisi Perkuat Pengawasan di Jembatan Barelang
Sarannya, kepada siapapun khususnya bagi yang dirundung masalah duniawi, untuk lebih mendekatkan diri ke Tuhan. Bagi umat muslim, hendaklah mendirikan salat, membaca ayat suci Al Qur’an, juga selawat nabi.
Masalah yang datang dikehidupan adalah sebuah kewajaran. Hal-hal demikian pasti dirasa oleh setiap manusia. Akan tetapi, perlu diyakini juga bahwa setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan.
“Mudah-mudahan harapannya tidak ada lagi yang bunuh diri di Jembatan Barelang. Saya pribadi berdoa supaya tidak hanya di Jembatan I saja, tapi di jembatan lain dan daerah lain di Batam aman, tidak terjadi kecelakaan, dan gangguan,” kata Candra.
Setiap tahun, ribuan nyawa manusia di seluruh dunia melayang akibat tindakan bunuh diri. Cara ini bukanlah pilihan, melainkan sebuah teriakan minta tolong yang tak terdengar dari orang-orang yang menyimpan luka mendalam.
Buka mata dan telinga untuk memahami mengapa seseorang sampai pada titik tersebut. Jadi, jangan pernah meremehkan perasaan seseorang yang sedang dalam tekanan hidup. Kata-kata yang baik dan tindakan yang tulus bisa menjadi cahaya di tengah kegelapan.
Baca Juga:Â Terjunkan Armada Tambahan, DLH Bereskan Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan
Ada penelitian yang termuat di thelancet.com, mengarah ke statistik kasus bunuh diri di Indonesia. Spesifik di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), angka kasar bunuh diri sebesar 1,17 per 100.000 individu. Lebih miris lagi bila melihat angka kasar percobaan bunuh diri di Kepri, yakni 6,62 per 100.000 individu. Angka itu jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional, 2,25 per 100.000 individu.
Satu daerah di Kepri yang menjadi perhatian ialah Kota Batam. Jembatan Barelang jadi saksi bisu atas aksi atau percobaan bunuh diri yang sudah tujuh kali terjadi sepanjang Januari sampai pertengahan Juli 2024 ini.
Kasus pertama terjadi 4 Februari, dilakukan CY di Jembatan II (Nara Singa) Barelang. Untungnya CY berhasil diselamatkan oleh orang sekitar. Kasus kedua terjadi di 12 Mei, dilakukan MM, 20 tahun, yang meloncat dari Jembatan I (Tengku Fisabilillah) Barelang dan ditemukan tewas pada 14 Mei, di perairan Belakangpadang.
Kasus ketiga terjadi sehari pascakejadian pertama, yakni tanggal 15 Mei 2024. Pelakunya adalah DG, 35 tahun. DG loncat dari jembatan IV (Sultan Zainal Abidin) Barelang dan ditemukan tak jauh dari lokasi pada 16 Mei 2024, dengan kondisi sudah tak bernyawa.
Kejadian keempat, pada 4 Juni, seorang wanita membawa anak nekat mengakhiri hidup di Jembatan I Barelang. Aksi wanita itu lantas beredar viral di media sosial. Ia terisak dengan ditemani sang anak. Beruntungnya, aksi itu berhasil ditangani tim Ditpam BP Batam
Selanjutnya kasus kelima dan enam, terjadi pada 30 Juni 2024, dilakukan IF dan D. IF lompat dari Jembatan I Barelang dan ditemukan meninggal tak jauh dari lokasi. Setelah itu, D juga loncat dari Jembatan I Barelang, namun beruntung ia masih dapat diselamatkan oleh tim Basarnas.
Kasus ketujuh terjadi 13 Juli 2024. Pelaku ialah JF, 23 tahun, yang loncat dari Jembatan V (Tuanku Tambusai) Barelang. JF ditemukan sekitar 250 meter dari lokasi kejadian, pada 14 Juli. Saat ditemukan, nyawanya sudah tiada.
Jembatan yang dibangun pada 1992 – 1998 itu, sejatinya menjadi penghubung antar pulau dan juga ikon terpopuler di Batam. Namun, jembatan itu kini berubah jadi lokasi buat orang-orang mengakhiri hidup.
Dari rentetan kasus itu, nurani Muhammad Candra P Pusponegoro Al Jubron Fahirro, tergerak. Ia ambil andil melakukan pencegahan, diantaranya dengan melakukan rukiah atau doa-doa di Jembatan Barelang, Jumat (19/7).
Baca Juga:Â Kasus Penggelapan Mobil Rental di Batam Terungkap, Pelaku Diproses di POM Lantamal IV
Sementara itu, Koordinator Pos Jembatan I Barelang, Amron menambahkan, bahwa tindakan tak terpuji itu tidak lepas dari kesadaran manusia itu sendiri. Rata-rata yang bunuh diri dipicu masalah ekonomi, serta keluarga.
Macam-macam upaya dilakukan ia bersama rekan sejawat untuk memperkecil peristiwa itu. Mereka melakukan patroli dua jam sekali, dan itu 24 jam nonstop dilaksanakan. Selain itu, CCTV di jembatan-jembatan akan ditambah lagi.
“Akhir-akhir ini lebih banyak (yang bunuh diri). Dua bulan terakhir cukup mengkhawatirkan. Dengan adanya acara ini (rukiah jembatan) mudah-mudahan bisa menyadarkan masyarakat dan lebih menghayati hidupnya,” kata dia.
Setiap jiwa berharga, setiap hidup memiliki makna. Mari wujudkan lingkungan yang lebih peduli, tempat dimana setiap individu merasa didengar dan didukung. Jika Anda atau seseorang yang dikenal sedang berjuang, jangan ragu untuk mencari bantuan. Ingat, kalian tidak sendirian. Survive! (*)