batampos – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam terus berinovasi dalam meningkatkan kualitas pengelolaan farmasi di puskesmas melalui transformasi digital. Salah satu upaya terbaru adalah penerapan aplikasi Sistem Integrasi Pengelolaan Farmasi (SIPOPI), yang resmi diluncurkan oleh Dinas Kesehatan Kota Batam.
Inovasi ini nantinya diterapkan di 21 puskesmas dengan tujuan mempercepat dan menyederhanakan manajemen stok obat dan alat kesehatan.
Kepala Dinkes Kota Batam, Didi Kusmarjadi menjelaskan, SIPOPI hadir sebagai solusi digital yang dapat membantu mengatasi berbagai tantangan dalam pengelolaan farmasi. Aplikasi ini dirancang untuk mendukung pengelolaan stok yang lebih akurat, pemantauan distribusi obat, serta pengendalian kualitas obat di setiap puskesmas.
“Dengan SIPOPI, seluruh proses pencatatan dan pelaporan stok obat bisa dilakukan secara real-time, sehingga meminimalkan risiko kekurangan maupun kelebihan stok,” kata Didi, Rabu (13/11).
Baca Juga: Proses Seleksi PPPK: 150 Sanggahan Pelamar Batam Lolos, Tunggu Jadwal SKD
Inovasi ini juga menjadi langkah awal bagi Dinkes Kota Batam dalam menerapkan digitalisasi pelayanan kesehatan. Menurut Didi, penggunaan teknologi dalam pengelolaan farmasi ini sejalan dengan visi Pemerintah Kota Batam untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih cepat, efisien, dan terintegrasi.
“Transformasi digital ini sangat penting agar masyarakat mendapatkan akses obat yang tepat dan cepat,” ujarnya.
Aplikasi SIPOPI memiliki berbagai fitur, termasuk membantu menyajikan data yang akurat sebagai dasar pembuatan Rencana Kebutuhan Obat yang menjamin ketersediaan obat yang dibutuhkan oleh masyarakat. Fitur-fitur ini diharapkan memudahkan para petugas puskesmas dalam mengelola stok obat dan alat kesehatan dengan lebih transparan dan akurat.
Selain itu, data yang dihasilkan dari aplikasi ini dapat diakses langsung oleh Dinkes, sehingga monitoring ketersediaan obat di seluruh puskesmas bisa dilakukan secara menyeluruh.
“Kami harap dengan adanya aplikasi ini, pengelolaan farmasi menjadi lebih tertib dan terstruktur. Petugas tidak perlu lagi khawatir tentang kekurangan stok obat, karena aplikasi ini akan memberikan notifikasi ketika stok hampir habis,” ujar Didi.
SIPOPI bukan hanya menjawab kebutuhan puskesmas akan pengelolaan farmasi yang lebih baik, tetapi juga diharapkan dapat menjadi model inovasi yang bisa diterapkan di daerah lain. Didi menyebutkan bahwa pelatihan penggunaan aplikasi ini telah diberikan kepada para petugas puskesmas, agar mereka siap menerapkan sistem digital ini dalam pekerjaan sehari-hari.
Didi menambahkan, SIPOPI akan terus disempurnakan seiring waktu agar dapat memenuhi kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang berkembang. “Kami akan mengevaluasi dan menambah fitur-fitur baru pada aplikasi ini agar pengelolaan farmasi semakin efektif, sekaligus mendukung upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan di Batam,” tutupnya.(*)
Reporter: Rengga Yuliandra