Sabtu, 25 Januari 2025

Pabrik Hilirisasi Timah Rp1 Triliun Dibangun di Batam, Siap Ekspor ke Pasar Global

Wamen Hilirisasi dan Investasi Hadiri Groundbreaking PT BTS, Target Produksi 16.000 Ton per Tahun

Berita Terkait

spot_img
Groundbreaking PT BTS yang dilakukan langsung oleh Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, Gubernur Kepri Ansar Ahmad, beserta para petinggi perusahaan. (foto: Arjuna Batam Pos)

batampos – PT Batam Timah Sinergi (BTS) resmi melakukan groundbreaking pembangunan pabrik hilirisasi timah di Batam, Jumat (24/1). Total investasi proyek tersebut ditaksir lebih dari Rp1 triliun.

Pabrik ini akan mengolah logam timah menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah. Groundbreaking ini menandai langkah maju Batam, kota industri, dalam mengembangkan lini hilirisasi pertambangan.


Didukung oleh PT Prima Dredge Team, perusahaan ini akan memanfaatkan lahan seluas enam hektare di kawasan industri Sei Lekop, Batam, untuk memproduksi senyawa kimia timah dalam bentuk cair. Beberapa produk yang akan dihasilkan meliputi Stannic Chloride, Dimethyl Tin Dichloride (DMTCL), dan Methyl Tin Mercaptide. Total kapasitas produksi pabrik ini diperkirakan mencapai 16.000 metrik ton per tahun, menjadikannya produsen terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.

Pemilihan Batam sebagai lokasi pembangunan pabrik bukan tanpa alasan. Manajemen perusahaan memilih Bandar Dunia Madani sebab menawarkan sejumlah keunggulan, mulai dari infrastruktur yang memadai, ketersediaan energi listrik yang stabil, tenaga kerja berkualitas, hingga status kawasan perdagangan bebas atau Free Trade Zone (FTZ) yang memungkinkan 90 persen hasil produksi diekspor ke berbagai negara.

Dalam proses produksinya, PT BTS akan menjalankan tiga tahap utama. Tahap pertama adalah produksi Stannic Chloride dari timah ingot dan klorin. Selanjutnya, proses kedua melibatkan produksi Dimethyl Tin Dichloride (DMTCL) dari timah ingot, methyl chloride, dan Stannic Chloride. Tahap terakhir adalah produksi Methyl Tin Mercaptide melalui reaksi DMTCL dengan 2-Ethylhexyl Thioglycolate (2EHTG) dan amonia.

Keunggulan teknologi yang diterapkan di pabrik ini terletak pada sistem otomatisasi yang akan memastikan efisiensi dan konsistensi kualitas produk. Dengan teknologi ini, PT BTS optimistis mampu bersaing di pasar global dan memenuhi kebutuhan industri kimia di berbagai negara.

Saat ini, PT BTS telah mendapatkan 93 persen Letter of Intent (LOI) atau surat pernyataan minat dari target produksi bulanan mereka. Permintaan tersebut datang dari berbagai negara seperti Tiongkok, India, Amerika Serikat, Vietnam, Thailand, dan beberapa negara di benua Eropa.

Pabrik ini diperkirakan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2026 mendatang. Proyek tersebut tidak hanya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan di Batam dan memperkuat posisi Indonesia di kancah industri hilirisasi timah secara global.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, turut hadir dalam acara groundbreaking tersebut. Ia memastikan komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi berbagai komoditas mineral strategis di Indonesia, termasuk Batam.

“Kita ingin fokus pada hilirisasi, dan pemerintah siap mendukung agar kita bisa memperoleh manfaat yang maksimal dari sumber daya alam yang kita miliki,” katanya.

Dia menyebut, Indonesia memiliki 28 komoditas unggulan, termasuk timah dan nikel, yang siap untuk didorong dalam proses hilirisasi. Menurut Todotua, Batam memiliki posisi strategis karena dekat dengan Selat Malaka dan Singapura, menjadikannya lokasi ideal untuk investasi di sektor industri manufaktur dan teknologi.

“Batam saat ini juga sedang dalam proses pengembangan untuk menjadi pusat industri semikonduktor dan pusat data center,” ujar Todotua.

Direktur Utama PT BTS, Bambang Triadi Gunawan, menyebut pabrik ini nantinya akan melakukan pengolahan logam timah menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah.

“Kita ingin fokus pada hilirisasi, dan pemerintah siap mendukung agar kita bisa memperoleh manfaat yang maksimal dari sumber daya alam yang kita miliki,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Timah Drageteams, Soehasono, membeberkan tujuan utama pembangunan pabrik ini. Perusahaan ingin mengurangi ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah.

“Kita selama ini menjual bahan baku ke luar negeri, padahal kita bisa mengolahnya di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Dengan dukungan pemerintah, kami berharap dapat merealisasikan visi ini,” katanya.

Ia menambahkan, Indonesia memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia, sehingga peluang untuk mengembangkan industri berbasis timah sangat besar. Pria yang akrab disapa Ahua ini berharap dukungan pemerintah terus berlanjut sehingga industri hilirisasi timah di dalam negeri dapat berkembang seperti yang telah dilakukan dalam sektor nikel dan bauksit.

Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan dukungan penuh dari pemerintah daerah terhadap proyek ini. Batam dan wilayah sekitarnya, seperti Karimun, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri berbasis sumber daya alam.

“Kami akan mendukung penuh proyek ini demi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kepri,” katanya. (*)

 

 

Reporter: Arjuna

spot_img

Update