batampos – Gaya hidup pasangan menikah di Batam tengah menyenangi “KB alami” dari pada menggunakan alat kontrasepsi yang dianjurkan pemerintah. Penggunaan alat kontrasepsi menjadi solusi dalam mengendalikan jumlah penduduk di Indonesia.
Banyaknya dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan alat kontrasepsi seperti kegemukan, muncul flat hitam, hingga siklus menstruasi, serta gangguan kesehatan membuat banyak pasangan memilih KB alami.
KB alami ini merupakan kesepakatan bersama antar pasangan. Mereka bersepakat tidak menggunakan alat kontrasepsi karena alasan kesehatan, dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan alat kontrasepsi.
Muhammad, 28 tahun menuturkan memilih KB alami karena ada alasan kesehatan. Sebelum menikah, ia bersama pasangan melakukan pemeriksaan kesehatan.
Baca Juga:Â Angka Fertilitas di Kota Batam Menurun dalam 10 Tahun Terakhir
Saat pemeriksaan ada benjolan di bagian payudara. Sehingga ada kekhawatiran bila menggunakan alat kontrasepsi akan muncul benjolan berikutnya.
“Akhirnya kami bersepakat untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi, demi alasan kesehatan. Karena alat kontrasepsi itu pengaruhnya sama hormon. Sehingga kami sepakat untuk tidak ber-KB,” jelasnya.
Mengenai tingkat kenyamanan dalam berhubungan seksual, ia menjelaskan ada rasa khawatir, karena kemungkinan hamil cukup tinggi.
“Was-was itu kalau saat jadwal menstruasi istri. Kalau telat sudah mulai khawatir. Jangan-jangan jadi,” selorohnya.
Begitu juga dengan, Gendis, 28, yang juga menerapkan KB alami. Ia mengatakan alasan kesehatan dan menghindari efek menggunakan alat kontrasepsi seperti kegemukan, flat hitam, hingga siklus menstruasi yang tidak lancar.
“Jadi saya dan suami sepakat tidak menggunakan alat kontrasepsi sejak awal kami menikah. Hanya saja kami memang perlu berhati-hati dalam menyalurkan hasrat seksual agar tidak menyebabkan kehamilan,” terangnya.
Baca Juga:Â Sidang Praperadilan Terhadap Polresta Barelang Digelar Hari Ini, Ada 24 Perkara
Ketua Pokja Keluarga Berencana (KB), Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Kepri, Desri Mulyono menjelaskan secara keseluruhan total usia subur mencapai angka kurang lebih 300 ribu pasangan.
“Hampir 190 ribu lebih berada di Kota Batam. Jadi memang Batam saat ini capaiannya paling rendah dibanding kabupaten atau kota yang ada di Kepri. Hal ini karena jumlah usia subur yang tinggi, berbeda dengan daerah lain di Kepri. Namun kalau secara jumlah Batam sudah banyak yang ikut KB dibanding usia subur di daerah lain di Kepri,” terangnya saat dijumpai di Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Kepri di Batam, Senin (30/10) siang.
Ia menyebutkan alat kontrasepsi merupakan upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk. Tidak itu saja, tujuan lainnya adalah mencegah terjadinya stunting, yang diakibatkan tidak terkendalinya angka kelahiran.
“Dengan alat kontrasepsi mereka bisa merencanakan kapan akan memiliki anak, atau menambah anak. Meskipun masih ada kemungkinan jebol atau jadi. Namun cukup kecil, dibandingkan dengan KB alami yang berisiko 50 persen lebih untuk hamil di luar rencana,” ungkapnya.
Baca Juga:Â Hampir 50 Persen Warga Batam Belum Punya Akta Lahir
BKKBN selalu berupaya untuk meningkatkan capaian pengguna alat kontrasepsi di berbagai jenis seperti suntik, spiral, IUD, maupun vasektomi atau tubektomi.
“Setiap program KB di BKKBN itu gratis. Bahkan kami memberikan apresiasi kepada mereka yang mau ikut dalam program ini. Ada insentif yang kami berikan mulai dari Rp100 ribu hingga Rp500 ribu untuk yang vasektomi atau tubektomi,” beber Desri.
Hal ini merupakan bentuk penghargaan kepada pasangan usia subur yang ingin ikut dalam program pengendalian penduduk di Kepri. (*)
Reporter: YULITAVIA