batampos – Gangguan aliran air bersih di kawasan Tiban, Batam, telah berlangsung lebih dari tiga hari, menyisakan keresahan di kalangan warga.
Selain aliran air yang tersendat, kualitas air yang mengalir juga jauh dari kata layak. Warna air kekuningan membuat banyak warga ragu untuk menggunakannya, bahkan sekadar untuk mandi sekalipun.
Ajun, warga Tiban Kampung, mengeluhkan kondisi ini yang dianggapnya sangat mengganggu aktivitas harian. “Jangankan buat kumur, mau mandi pun sanksi dengan kondisi air kuning seperti ini. Ini sudah masuk empat hari, kondisinya begini terus. Tidak ada kejelasan dari konsorsium air bersih,” katanya, Kamis (16/1).
Baca Juga: 25 Ribu Kendaraan Terdaftar, Fuel Card 5.0 Siap Diterapkan di Batam Maret 2025
Keluhan serupa juga disampaikan Ari, warga lainnya, yang menyatakan terpaksa membeli air galon untuk kebutuhan harian.
“Kita punya anak kecil, kalau airnya kuning begini tentu kami khawatir. Tolong ABH berbenah segera. Kalau ada gangguan seperti ini, harusnya ada pemberitahuan resmi lebih awal. Jangan sampai warga bingung dan khawatir seperti sekarang,” kata Ari.
Gangguan ini memicu pertanyaan warga terhadap kesiapan konsorsium pengelola air bersih di Batam, PT Air Batam Hilir (ABH). Mereka menilai kurangnya respons cepat dan komunikasi yang jelas dari pihak pengelola turut memperburuk situasi.
Menanggapi keluhan tersebut, Corporate Communications PT ABH, Ginda Alamsyah, menyebut bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat kekeruhan air baku akibat hujan deras yang mengguyur Batam dalam beberapa hari terakhir.
Baca Juga: Tantangan Program MBG di Batam: Kekurangan 15 Dapur Umum Sehat
“Itu karena pengaruh cuaca di Batam yang beberapa hari terakhir diguyur hujan terus-menerus sehingga mengakibatkan tingkat kekeruhan air meningkat. Kami mencatat tingkat kekeruhan mencapai 250 NTU (tingkat kekeruhan air),” katanya.
Menurut dia, air baku dengan kadar kekeruhan tinggi membutuhkan proses pengolahan yang lebih lama di Instalasi Pengolahan Air (IPA). Situasi ini turut memengaruhi kapasitas produksi air bersih yang didistribusikan ke pelanggan.
Pihaknya telah berupaya maksimal untuk memproduksi air bersih yang lebih layak. “Hari ini (Kamis), produksi kita sudah mulai naikkan. Sudah mulai ada produksi air yang lebih bagus dan jernih. Namun, perkiraan kapan air bisa benar-benar jernih dan normal kembali tidak bisa dipastikan karena banyak faktor, seperti cuaca dan proyek pembangunan,” tambahnya.
Kondisi di wilayah Patam Lestari bahkan lebih parah, dengan aliran air mati total selama beberapa hari terakhir. Warga di sana harus bertahan tanpa pasokan air bersih sama sekali, menambah beban dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Baca Juga: Pengendara Sepeda Motor Harus Menggunakan Lajur Kiri, Dishub Batam Perbanyak Rambu di Jalan
Kondisi tersebut, lanjut Ginda, disebabkan tingkat kekeruhan air yang tinggi. Hal itulah yang menyebabkan ABH menurunkan kapasitas produksi di daerah tersebut.
“Kami tidak bisa memproduksi maksimal karena tingkat kekeruhan tinggi. Jadi, distribusi air di daerah Patam berhenti mengalir,” katanya.
Meski begitu, ia memastikan bahwa konsorsium sedang berupaya mengembalikan aliran air di wilayah tersebut. Kalau ini semua berjalan normal, besok kemungkinan sudah mampu mengalir semua ke pelanggan. (*)
Reporter: Arjuna