batampos – Para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Batam mengeluhkan dampak dari kenaikan tarif listrik yang diumumkan oleh PT PLN (Persero) Batam.
Pelaku UMKM khawatir kenaikan listrik mulai bulan depan akan berdampak pada kelangsungan bisnis mereka, saat mereka baru mulai bangkit usai dihantam pandemi Covid-19 selama dua tahun.
Seorang pemilik usaha nasi Padang di Sekupang, Imam mengaku keberatan dengan kebaikan harga tarif listrik untuk pelanggan ini. Pasalnya, di tengah ekonomi yang tidak stabil saat ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan tidak pro rakyat.
Baca Juga: Kenaikan UMK 4 Persen, tapi Kenaikan Tarif Listrik 9 Persen, DPRD Kepri Desak Peninjauan Kembali
“Buat saya makin menambah beban karena usaha belum berjalan normal. Bahan-bahan pokok semakin mahal. Disisi lain tarif listrik malah naik duluan,” katanya kepada Batam Pos.
Pemilik usaha laundry di Sekupang, Yanti menilai kenaikan tarif ini dianggap makin memberatkan mereka di tengah daya beli masyarakat yang menurun dan biaya operasional yang terus meningkat.
“Jelas kita tak setuju. Karena ini akan berdampak luas terhadap biaya operasional kami, ” ujarnya.
Senada pemilik Usaha Kuliner di Batam Center Wahyuni mengungkapkan kekhawatirannya dengan adanya rencana kenaikan tarif listrik ini. Ia khawatir dagangannya akan semakin sepi, dikarenakan ikut menaikan harga dagangannya saat ini.
“Kami sudah kesulitan dengan biaya bahan baku yang naik dan sekarang listrik juga naik. Sekarang saja udah sepi gimana nanti kalau kita ikut menyesuaikan ke masyarakat, ” ujarnya.
Wahyuni juga khwatir, penurunan daya beli masyarakat akan semakin memperburuk kondisi ekonomi mereka. “Belum lagi sewa tempat. Harusnya ada kompensasi buat kami,” kata dia.
Senada itu, Ahmad Yani, seorang pengusaha laundry di Bengkong, juga merasa kenaikan tarif listrik ini akan semakin menyulitkan usahanya. Dia bingung harus menaikan harga layanan atau tetap bertahan untuk menjaga pelanggan.
“Pengeluaran kami untuk listrik sudah besar, apalagi dengan tarif baru ini. Kami mungkin harus menaikkan harga layanan, tapi takut pelanggan justru berkurang,” keluh Ahmad.
Para pelaku UMKM berharap pemerintah dan PLN Batam bisa memberikan solusi atau kompensasi untuk meringankan beban mereka para pelaku UMKM.
“Kami berharap ada subsidi atau bantuan bagi UMKM agar bisa tetap bertahan. Kalau tidak, banyak usaha kecil yang akan gulung tikar,” kata dia.
Terpisah Ketua Komisi II DPRD Kepri Wahyu Wahyudin mengkhawatirkan dampak kenaikan tarif listrik terhadap penurunan daya beli masyarakat yang otomoatis melemahkan pemulihan ekonomi.
Dia mengatakan, kenaikan tarif listrik ini akan memperlemah daya saing industri rumah tangga dalam menghadapi pemulihan ekonomi pasca Covid-19. “Masyarakat kaget tarif listrik di Batam naik hingga 9 persen,” kata Wahyu.
Menurutnya, membengkaknya biaya produksi kebutuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah akan memacu inflasi di daerah. “Rata-rata subsidi itu 450-900 VA sudah jarang. UMKM disini menggunakan 2400 VA harus menyesuaikan harga,” katanya
Wahyu menambahkan, kenaikan tarif listrik ini harus dievaluasi kembali. Untuk itu ia meminta Pemerintah Provinsi Kepri melalui Dinas ESDM menyurati Kementerian ESDM.
“Katanya PLN merugi, tapi kami tidak tau apa betul itu hasil audit BPK secara transparan dan terbuka. Kita meminta Dinas ESDM surati Kementerian untuk mengkaji ulang kenaikan tarif listirk ini,” tegasnya. (*)
Reporter: Rengga Yuliandra