Senin, 7 Oktober 2024

Pelemahan Dolar Singapura Berdampak pada Ekspor dan Impor

Berita Terkait

spot_img

 

batampos – Nilai tukar dolar Singapura terhadap Rupiah sempat menguat dan menyentuh Rp 10.727 per dolar Singapura pada 7 Februari 2022 lalu. Namun, pada perdagangan 11 Maret 2022 mengalami pelemahan dan menyentuh Rp 10.500 dolar Singapura atau mengalami pelemahan sekitar 2 persen dalam periode 7 Februari hingga 11 Maret 2022.

Pelabuhan Batuampar ff Iman Wachyudi
Pelabuhan Batu Ampar, Batam. foto: Iman Wachyudi / Batam Pos

Selanjutnya, pada Senin (14/3/2022) nilai tukar dolar Singapura terhadap rupiah cenderung di bawah Rp 10.478/SGD, Selasa 10,496.04/SGD.

Kepala Tim Perumusan Bidang Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (Kekda) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kepri, Dedy Prasetyo, mengungkapkan, ada sejumlah faktor pemicu pelemahan dolar Singapura terhadap rupiah.

”Di antaranya, kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang masih baik yang ditopang kenaikan harga komoditas dan surplus neraca perdagangan,” ujarnya kepada Batam Pos, Selasa (15/3).

Faktor lainnya, karena membaiknya sentimen pelaku pasar setelah mengalami gejolak akibat konflik Rusia dan Ukraina. Dijelaskannya, ini, tentunya membawa dampak dari sisi ekspor dan impor.

Dari sisi impor, industri di Batam tentu akan diuntungkan karena harga bahan baku impor dan biaya kirim yang menggunakan standar satuan mata uang dolar Singapura akan menjadi lebih murah.

Sementara dari sisi ekspor, pelemahan nilai tukar Singapura akan berdampak pada penurunan pendapatan ekspor.

Khususnya bagi industri yang posisi perdagangannya mencatatkan net ekspor (ekspor > impor).

”Secara agregat, neraca perdagangan Kepri dengan Singapura pada Januari 2022 mengalami surplus 257,12 US dolar,” katanya.

Meski demikian, menurutnya, pelemahan nilai tukar dolar Singapura terharap rupiah yang terjadi belakangan ini masih dalam batas wajar (2%), yang sangat mungkin terjadi perubahan.

Faktor yang lebih signifikan dari nilai tukar adalah volatilitas nilai tukar atau seberapa besar perubahannya dalam suatu waktu.

”Dalam konteks tersebut, peran penting Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai nilai fundamentalnya untuk menjaga iklim usaha,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Batam, Rafki Rasyid, mengatakan, ketika kurs mata uang asing melemah, baik itu dolar Singapura maupun dolar AS, akan berdampak pada barang yang diekspor maupun diimpor.

Sebab, ketika rupiah menguat terhadap mata uang asing, maka para importir akan diuntungkan. ”Karena harga barang yang diimpor tersebut akan menjadi lebih murah jika dikonversikan ke nilai rupiah,” ujar Rafki, Jumat (11/3).

Namun, hal itu tidak berlaku bagi eksportir karena barang yang diekspor dari Indonesia akan menjadi lebih mahal di pasar internasional. Para eksportir di Indonesia, akan diuntungkan ketika rupiah melemah.

”Karena pembayaran diterima dalam mata uang asing. Ketika dikonversi ke rupiah nilai rupiahnya jadi lebih banyak,” tuturnya.

Namun, ia menilai pergerakan mata uang dolar Singapura saat ini, fluktuasinya masih dalam batas normal. Meskipun saat ini nilai tukar dolar Singapura melemah, ia melihat belum mempengaruhi ekspor barang dari Batam.

”Net ekspor dari Batam masih akan positif untuk beberapa bulan ke depan, bahkan sampai akhir tahun ini,” imbuhnya. (*)

 

 

Reporter : Eggi Idriansyah
Editor : RYAN AGUNG

spot_img

Update