batampos– Angka pengangguran masih menjadi persoalan di Batam saat ini. Di tengah tuntutan upah yang cukup tinggi, keterbatasan lapangan kerja juga masih menjadi persoalan.
Adanya tuntutan berpengalaman menjadikan kesempatan kerja terbatas. Saat ini Batam masih tercatat membutuhkan tenaga kerja di bidang galangan, dan Offshore.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan untuk tingkat pengangguran terbuka ini, kebanyakan berasal dari luar daerah. Tidak bisa dipungkiri Batam masih menjanjikan untuk mereka pencaker, terutama tamatan SMA sederajat
“Buktinya masih datang. Setiap hari ada yang urus kartu pencari kerja. Dalam setahun biasanya rata-rata 20 ribu pencaker yang urus kartu angkatan kerja atau kartu kuning ini,” ujarnya.
Namun mayoritas pendatang ini, segera melakukan perubahan data penduduk, sehingga tercatat sebagai pemegang KTP Batam. Hal ini yang menjadikan angkatan kerja di Batam meningkat.
“Mayoritas dari luar, namun karena perubahan data, semua tercatat pengangguran Batam. Kita kan tidak bisa larang pendatang datang, atau ubah data kependudukan merek,” sebutnya.
Hal ini yang menjadikan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Batam tertinggi di Kepri. Jumlah penduduk Batam di Kepri paling banyak, jadi wajar saja TPT tinggi.
BACA JUGA:Â Ekonomi Kepri Melambat, Pengangguran Meningkat
Untuk TPT ini, tidak bisa hanya soal tahun ini. Coba dilihat data selamat tiga tahun belakang. Tahun 2021 lalu TPT di Batam 11,5 persen, tahun 2022 TPT 9,5 persen, artinya turun dua persen.
“Tahun ini menjadi 8,4 persen. Artinya dengan adanya angka ini menunjukkan kesempatan angka kerja banyak, sehingga angka TPT turun,” jelas Rudi.
Soal pengangguran terbuka ini diukur berdasarkan usia 17-45 tahun. TPT diakibatkan bukan oleh orang Batam, namun juga dari luar yang tercatat di Disnaker.
Perubahan kecendrungan pencari kerja mengganti dokumen kependudukan menjadi KTP Batam juga mempengaruhi angkatan kerja ini. Ini membuktikan Batam masih menjadi destinasi untuk mendapatkan pekerjaan.
Rudi menilai kebutuhan pencari kerja tetap ada. Perusahaan masih terus melakukan rekrutan. Namun persoalan saat ini terbentur oleh kebutuhan yang diperlukan perusahaan.
Ia mengakui sudah sejak dua tahun belakangan ini, kebutuhan perusahaan yang bergerak di bidang Offshore dan galangan mengalami peningkatan. Bahkan mereka berebut untuk mendapatkan tenaga welder, guna mendukung proyek mereka.
“Ini yang terjadi saat ini. Lowongan ada, orangnya tak ada. Sehingga tidak terserap maksimal. Sebab yang tersedia tidak memenuhi kebutuhan perusahaan,” jelasnya.
Pihaknya mengakui ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan juga masih krisis. Batam dikenal sebagai daerah industri, namun belum sepenuhnya didukung oleh ketersediaan SDM.
Misalnya sekolah kejuruan yang menyediakan jurusan perkapalan, Offshore juga belum banyak. Sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan perusahaan.
Hal in seharusnya menjadi perhatian dari sektor pendidikan, agar lebih mengutamakan dan menyesuaikan jurusan dengan kebutuhan di perusahaan.
SMK ada salah satu wadah untuk melahirkan generasi siap kerja. Karena menang tagline SMK ini siap langsung memasuki dunia kerja. Sementara yang ada sekarang, belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
“Jadi jika memang Dinas Pendidikan Kepri mau membuat sekolah yang menyediakan jurusan seperti welder, atau yang berhubungan dengan Offshore saya sangat mendukung. Karena yang diharapkan adalah mereka langsung terserap,” bebernya.
Menekan angka pengangguran juga dilakukan dari hulu. Melalui program bursa kerja khusus (BKK) atau job fair di SMK, diharapkan perusahaan bisa mendapatkan calon tenaga kerja langsung dari sumbernya.
“BKK ini menggandeng langsung perusahaan. Jadi para alumni bisa mencari kesempatan kerja di sekolah mereka. Kalau ada yang cocok, perusahaan langsung ambil. Ini adalah salah satu cara meminimalisir angka pengangguran lokal,” ungkapnya.
Saat ini, Disnaker Batam sudah melakukan sosialisasi terkait perusahaan wajib lapor loker, dan jumlah tenaga kerja yang terserap, selama masa perekrutan.
Perusahaan memiliki kewajiban melaporkan lowongan pekerjaan yang mereka buka. Saat proses wawancara dan penerimaan, perusahaan diminta untuk menarik kartu AK1 untuk dilaporkan ke Disnaker.
“Dari situ kami bisa tahu, berapa banyak serapan tenaga kerja sesungguhnya di Batam ini,” sebutnya.
Rudi menyebutkan untuk saat ini angka pencari kerja masih didominasi oleh pencaker Batam. Presentasenya 65 persen lokal, dan 35 persen luar Batam. Namun perlu ditekankan yang menggunakan KTP Batam ini juga banyak dari perubahan dokumen pendudukan.
Terkait calon pencari kerja yang kesulitan mencari pekerjaan, Rudi menjelaskan kebutuhan di Batam ada dua, pertama untuk manufaktur, dan kedua galangan dan Offshore.
Untuk manufaktur ini persyaratan tidak terlalu tinggi, atau membutuhkan keahlian yang terlalu. Namun berbeda dengan galangan dan offshore, kebutuhan lebih menjurus dan dibutukan keahlian. Sebab mereka banyak mengerjakan berbagai jenis kapal, sehingga dibutuhkan yang memiliki keahlian.
“Mereka juga dikejar oleh waktu, sehingga cari pekerja yang sudah bisa langsung kerja. Makanya dibutuhkan yang ada keahlian. Kebetulan tahun ini Shipyard dan Offshore ini yang banyak buka,” bebernya.
Rudi mengungkapkan kondisi saat ini adalah kebutuhan industri, tidak sesuai dengan lulusan yang ada di Batam ini. Batam memiliki karakteristik galangan, Offshore, manufaktur. Sedangkan lulusan tidak banyak yang sesuai dengan kebutuhan.
“Misalnya SMK yang punya kelas welder belum banyak. Meskipun jumlah SMK cukup banyak. Persiapannya di situ. Kebutuhan tidak sesuai dengan yang dihasilkan,” imbuhnya.
Upaya yan bisa dilakukan menekan TPT adalah menggelar pelatihan, dan BKK. Pelatihan ini diarahkan lebih banyak untuk pencaker. Ini adalah untuk mengantisipasi angka pengangguran.
“Tahun depan lebih ke welder, dan kebutuhan Offshore dan galangan,” tambahnya.
Ia berharap upaya ini bisa menekan angka pengangguran di Batam tentunya. Karena sampai saat ini upah di Batam cukup menjanjikan, sehingga menarik pencaker datang ke Batam.
“Soal upah sudah pasti jadi pertimbangan mereka ke Batam. Di banding daerah lain, Batam cukup tinggi untuk upah di wilayah Sumatera ini,” ungkapnya.
Batam saat ini menerapkan upah Rp4.5 juga setiap bulannya. Angka ini masih cukup tinggi di Indonesia, bahkan di Kepri. Sehingga angka menarik pendatang untuk mengarahkan tujuan mereka ke Batam. (*)
reporter: yulitavia