batampos – Pengusaha di Batam mengingatkan ancaman resesi yang akan berimbas kepada kinerja industri manufaktur di kota ini tahun depan. Sebab, industri di Batam yang berorientasi ekspor tujuannya banyak ke Amerika dan Eropa yang sudah terlihat tanda-tanda resesi.
Ketua Bidang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia, Tjaw Hioeng bahwa Batam sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, selama ini orientasi terbesarnya adalah ekspor sebesar 80 hingga 90 persen. Ekspor selama ini tujuannya terbesarnya yakni ke Singapura, Amerika, China dan beberapa negara eropa lainnya.
“Ketika negara tersebut, Amerika dan Eropa alami resesi, akan mempengaruhi daya beli di sana. Seperti di Inggris sudah terjadi unjuk rasa mengenai ekonomi disana,” katanya.
Baca Juga: Perusahaan di Batam Banyak Rekrut Tenaga Kerja Baru Jelang Akhir Tahun
Sebab, ketika demand-nya menurun tentu akan mempengaruhi suplainya. Sedangkan Batam ekspornya selain ke Singapura untuk di Asia kebanyakan ke Amerika dan Eropa. Sehingga hal ini yang harus diwaspadai untuk tahun depan. Terutama terkait dengan kinerja industri manufaktur.
“Karena rata-rata sasaran pasarannya itu ada di sana kecuali Singapura, China dan Jepang. Tapi Singapura harus kita lihat juga dan urai juga barang-barang hasil manufaktur yang kita kirim ke Singapura itu tentunya kebanyakan ke Eropa dan Amerika lagi. Artinya potensi akan mempengaruhi kinerja industri manufaktur itu sangat besar sekali. Kalau terjadi resesi di Amerika dan Eropa,” jelasnya.
Dengan adanya ancaman resesi ini, ia menilai perlunya duduk bersama lagi antara pemangku kepentingan dari beberapa stake holder. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar konsumsi dalam negeri.
Baca Juga:Â Ini WNA yang Paling Banyak Ditolak Saat Masuk ke Batam
Sebab menurutnya, konsumsi dalam negeri itu jumlahnya juga cukup besar. Sehingga, hasil yang diproduksi di Batam bisa mensupport kegiatan industri yang ada di dalam negeri.
“Kalau itu bisa diambil tentu akan sangat menyelematkan manufaktur yang ada di Batam. Tapi juga aturannya juga harus direvisi,” tuturnya.
Baik itu aturan dalam bidang perpajakan dan bea masuk juga harus menjadi perhatian. Kemudian tata cara mengeluarkan barang juga harus diperjelas.
Baca Juga:Â Jadwal dan Harga Tiket Kapal Pelni Rute Batam-Belawan dan Batam-Tanjungpriok
Menurutnya, saat ini pemerintah masih punya waktu untuk merevisi aturan mengenai pajak dan bea masuk itu. Sehingga, barang-barang hasil produksi Batam bisa kompetitif.
Daripada, perusahaan yang ada di Indonesia mengimpor dari negara-negara Asean untuk bahan baku atau bahan penolong industrinya.
“Kenapa kita tidak manfaatkan Batam. Karena rata rata industri manufaktur di Batam ini hampir sama di regional Asia. Disini yang perlu kita berdayakan kembali melalui kemudahan-kemudahan atau ada semacam sisi insentif yang diberikan oleh pemerintah. Sehingga tidak terlalu parah kondisi manufaktur ketika tahun depan benar-benar terjadi resesi,” imbuhnya. (*)
Reporter : Eggi Idriansyah