Senin, 21 Oktober 2024

Penyakit DBD di Batam Capai 550 Kasus, Paling Banyak di Bengkong dan Batam Kota

Berita Terkait

spot_img
ilustrasi demam berdarah
Ilustrasi.

batampos – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Batam terus meningkat sepanjang tahun 2024, dengan total 550 kasus yang tercatat hingga 17 Oktober 2024.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, Meldasari, merinci kasus DBD setiap bulannya.

Pada Januari terdapat 29 kasus, Februari 30 kasus, Maret 37 kasus, April 12 kasus, Mei 29 kasus, Juni 50 kasus, Juli 126 kasus, Agustus 112 kasus, September 76 kasus, dan hingga 17 Oktober tercatat 49 kasus.

“Totalnya mencapai 550 kasus,” ungkap Melda, Sabtu (19/10).

Baca Juga: Pembahasan UMK Batam Tahun 2025 Menunggu Data Inflasi dari BPS

Dari seluruh kecamatan di Batam, kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Bengkong dengan 91 kasus, diikuti Batam Kota dengan 89 kasus, dan Sagulung dengan 79 kasus. Kecamatan lain yang juga mencatat angka cukup tinggi adalah Sekupang dengan 78 kasus, Batu Ampar 53 kasus, Batu Aji 52 kasus, serta Lubuk Baja 37 kasus. Sementara itu, Kecamatan Bulang menjadi satu-satunya kecamatan yang tidak melaporkan kasus DBD sepanjang tahun ini.

Untuk menanggulangi lonjakan kasus, Dinkes Kota Batam mengeluarkan berbagai langkah antisipatif, termasuk menerbitkan Surat Edaran (SE) Wali Kota Batam Nomor 23 Tahun 2024 tentang Kewaspadaan Dini Peningkatan Kasus DBD.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi, menyatakan SE tersebut bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, terutama memasuki musim hujan yang dapat memicu peningkatan kasus DBD.

“Kami telah membentuk Jumantik Rumah, Jumantik Perkantoran, dan memperketat pengawasan di tempat-tempat umum untuk mengawasi penyebaran jentik nyamuk di lingkungan sekitar,” kata Didi.

Baca Juga: Harga Cabai Merah Merangkak Naik di Batam

Selain itu, Dinkes juga menggalakkan Gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, serta tindakan tambahan pencegahan lainnya) untuk mencegah berkembangnya nyamuk Aedes aegypti, penyebab DBD. Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) juga turut dikampanyekan, di mana setiap rumah tangga wajib memiliki satu juru pemantau jentik nyamuk.

“Dengan G1R1J, kami berharap setiap rumah tangga bisa memastikan tidak ada tempat berkembang biak bagi nyamuk penyebab DBD,” tambah Didi.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan angka kasus DBD di Batam dapat ditekan dan risiko penyebaran virus dapat diminimalisir.

“Kami juga mengimbau masyarakat untuk terus waspada dan melakukan upaya pencegahan, demi menjaga kesehatan dan keselamatan lingkungan masing-masing,” tutupnya. (*)

 

Reporter: Azis Maulana

spot_img

Update