
batampos – Dampak perang dagang global, khususnya antara Amerika Serikat dan Tiongkok, turut memengaruhi iklim investasi di Kota Batam. Alhasil, pemerintah pun terpaksa memutar otak.
Deputi Investasi dan Pengusahaan BP Batam, Fary Djemy Francis, menyebut sekitar 25 persen ekspor dari Batam ditujukan ke pasar Amerika Serikat. Namun, kondisi ini justru mendorong BP Batam untuk lebih proaktif dalam menarik investasi yang lebih strategis dan berdaya saing tinggi.
Di bawah arahan Kepala dan Wakil Kepala BP Batam, langkah diversifikasi investasi kini menjadi prioritas. Salah satu sektor yang tengah digencarkan adalah pengembangan pusat data (data center).
“Kami identifikasi sektor dengan daya saing tinggi dan tidak dimiliki daerah lain. Data center menjadi salah satu fokus, apalagi Batam memiliki daya tarik tersendiri,” ujarnya dalam wawancara bersama Batam Pos, pada 5 Mei lalu.
Pengembangan kawasan data center skala dunia kini diarahkan ke Nongsa. Rencananya, akan dibangun 13 data center bertaraf internasional di wilayah tersebut. Langkah ini bukan sebagai bentuk penghindaran terhadap ekspor ke AS, melainkan upaya memperkuat posisi Batam sebagai basis produksi dan layanan digital regional.
Lebih lanjut, BP Batam memandang persaingan regional dengan Singapura dan Malaysia tidak perlu dilihat sebagai ancaman. Menurut dua, kedua negara justru bisa menjadi mitra saling melengkapi dalam pembangunan kawasan.
“Kita tidak melihat mereka sebagai musuh, tapi bagaimana kekuatan masing-masing bisa saling mendukung,” katanya.
Sementara itu, proyek investasi strategis lainnya di sektor energi baru terbarukan juga terus berjalan. Ia memastikan, proyek pengembangan panel surya oleh Adaro Group di Batam masih on the track dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Proyek ini terdiri dari dua tahap, yaitu 120 hektare pada tahap awal dan 720 hektare pada tahap lanjutan. Proyek energi surya tersebut diarahkan untuk memproduksi listrik hijau dengan tarif premium yang sebagian besar akan diekspor.
“Kemungkinan listrik ini tidak seluruhnya terserap di Batam. Tapi PT Adaro sudah mendapat izin dari pemerintah Singapura untuk menjual listrik ke sana,” ujar Fary.
Selain untuk ekspor, kapasitas pembangkit juga disiapkan untuk kebutuhan domestik. Salah satunya adalah proyek milik PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), yang dirancang untuk menyuplai listrik ke Batam. Listrik yang dihasilkan nantinya akan dijual ke PLN, dan pembeli sudah dalam posisi menunggu realisasi.
Secara keseluruhan, BP Batam kini tengah mengubah strategi pengelolaan investasi dengan pendekatan aktif dan kolaboratif. Proyeksi masa depan Batam sebagai hub digital dan energi hijau pun semakin menguat di tengah tantangan geopolitik global. (*)
Reporter: Arjuna