![](https://metro.batampos.co.id/storage/2025/01/IMG-20250117-WA0001.jpg)
batampos – Upaya perburuan buaya yang lepas dari penangkaran PT PJK di Pulau Bulan mulai berkurang. Tim gabungan yang dikerahkan untuk menangkap buaya yang terlepas sejak awal Januari lalu telah berhasil menangkap kembali 39 ekor buaya. Namun, jumlah pasti buaya yang lepas masih belum terkonfirmasi secara pasti.
Meskipun sebagian besar buaya telah ditangkap kembali, masyarakat tetap diminta untuk waspada. Kawasan perairan Pulau Bulang dan Sagulung merupakan habitat alami buaya liar, yang sering kali muncul di area pemukiman. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri, terutama bagi warga yang beraktivitas di sekitar alur sungai.
Salah satu kawasan yang menjadi perhatian khusus adalah alur Sungai Seilangkai. Kepala Resort BKSDA Mukakuning Rempang Batam, Yon Romby, menegaskan bahwa sungai ini memang habitat buaya liar. Oleh karena itu, pihak berwenang telah memasang plang peringatan agar warga tidak mendekati bantaran sungai tanpa keperluan mendesak.
Selain itu, masyarakat yang bermukim di sepanjang sungai juga diimbau untuk tidak membuang sisa makanan, terutama daging atau darah, yang dapat mengundang buaya mendekat. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko konflik antara manusia dan buaya, mengingat predator tersebut memiliki insting berburu yang tajam terhadap bau darah.
Baca Juga: Menyandera dan Menyudut Rokok, 3 Warga Ditetapkan Tersangka
Kapolsek Sagulung, Iptu Rohandi Tambunan, juga menyampaikan hal yang sama. Ia mengingatkan agar warga, terutama para pemancing dan mereka yang sering beraktivitas di sekitar sungai, lebih berhati-hati. “Mencegah lebih baik. Ini bukan hanya soal buaya penangkaran yang kabur, tetapi juga tentang buaya liar yang memang habitatnya di sini,” ujarnya.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa pemukiman di sepanjang alur Sungai Seilangkai cukup rawan terhadap ancaman buaya. Tidak adanya pagar pembatas di sekitar pemukiman membuat buaya bisa masuk dengan mudah, sehingga membahayakan keselamatan warga.
Sunardi, seorang warga Perumahan Sagulung Raya, berharap adanya solusi dari pemerintah, seperti pembangunan pagar pengaman di sepanjang aliran sungai. “Kalau ada pagar, setidaknya lebih aman. Sekarang kami khawatir kalau tiba-tiba ada buaya masuk ke lingkungan rumah,” katanya.
Baca Juga: Nek Awe: Ikon Perlawanan Sejati Rempang
Sementara itu, terkait perburuan buaya yang lepas dari penangkaran, tim gabungan masih terus melakukan pencarian. Ketua DPRD Kepri, Iman Setiawan, yang belum lama ini meninjau lokasi penangkaran PT PJK, menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada angka pasti mengenai jumlah buaya yang melarikan diri.
“Laporan dari perusahaan hanya 39 ekor, tapi. Itu serta merta kita yakini. Kita berharap perusahaan benar-benar serius membereskan persoalan ini. Pastikan semua buaya yang lepas kembali ditangkap, ” ujarnya.
Ketidakjelasan data ini menimbulkan kekhawatiran, mengingat buaya yang lepas bisa saja masih berkeliaran di sekitar perairan Batam. Oleh karena itu, masyarakat diminta tetap meningkatkan kewaspadaan, terutama di wilayah yang berbatasan langsung dengan habitat alami buaya.
Dengan kondisi ini, upaya mitigasi dan edukasi kepada masyarakat sangat diperlukan. Selain langkah preventif seperti pemasangan pagar dan plang peringatan, diperlukan koordinasi antara pemerintah, BKSDA, serta pihak penangkaran untuk memastikan tidak ada lagi insiden serupa di masa mendatang. (*)
Reporter: Eusebius Sara